Jeffry dan Teo pulang pukul empat sore tadi, kini mereka telah berada diruang keluarga Jaemin usai menjalankan sholat bagi yang mengerjakannya.
Wajah murung Teo mambuat mereka tahu apa yang akan disampaikannya.
"Saya belum bisa menyewa pelatih untuk kalian." Ucap Teo dengan nada yang sedikit bergetar.
"Nggak papa Pak, mungkin ini belum saatnya." Mark berucap seraya mengadahkan kepalanya menahan tangis.
Percayalah, ia baru saja melihat sisi lain dari Teo. Pria yang dikenal dingin, dengan tatapan mata yang tajam justru menangis karena hal seperti ini.
Setelah hampir dua minggu mereka tinggal bersama Teo, mereka tahu bahwa Teo itu tipe penyayang, tipe pengalah, dan tipe calon suami author.
"Maaf."
"Saya yang seharusnya minta maaf Pak. Karena saya bapak harus repot repot seperti ini." Ucap Jeno menunduk.
"Lo ngomong apa si panjul?!" Jaemin menatap tajam Jeno.
"Ya, ini emang salah gue kan? Gue yang---mbpftttt." Renjun membekap mulut Jeno dengan keras.
"Sekali lo nyalahin diri lo, kita nggak pernah saling kenal lagi!"
"Lebay lu berdua." Mendengar itu Renjun segera menarik kerah baju Haechan.
Mereka hanya menghembuskan nafas lelah melihat Renjun dan Haechan yang selalu bertengkar seperti ini.
"PERMISI! ASALAMU'ALAIKUM!"
Mereka menoleh menuju pintu depan yang terbuka.
"BABEH?!" Teriak Haechan kemudian berlari menuju seseorang yang ia panggil 'Babeh'.
"Babeh, Echan rindu!" Haechan merentangkan tangannya berusaha untuk memeluk sang ayah.
"Rindu rindu, wong kamu disuruh pulang aja ndak mau." Pria itu menepis tangan Haechan kemudian masuk.
"Nggak kangen apa sama anak sendiri." Gumam Haechan dengan membututi sang ayah.
"Loh? Welahdalah Teo sama Jeffry?! ya Allah kangen banget aku."
"Gue juga kangen lo." Jeffry memeluk ayah Haechan.
"Teil, gimana kabar lo?" Tanya Teo kemudian memeluk Teil.
"Alhamdulillah, sehat apalagi kalau tiap hari liat dek Wendy."
"Hilih bucin sekali." Cibir Haechan.
"Ndak sopan sekali kamu!"
Teo dan Jeffry hanya tersenyum, cara bicara Teil sama sekali belum berubah saat terakhir kali mereka bertemu, sekitar tujuh belas tahun mungkin? Namun wajah mereka masih sama, hanya saja Jeffry tambah ganteng walaupu duda.
"Ini lagi ngumpul mbahas opo to?"
"Kita lagi cari guru--- KENAPA NGGAK LO AJA?!" Mereka kaget mendengar teriakan Teo.
"Suara lo kan bagus, lo mau kan jadi guru nyanyi mereka? Lo kan Main Vocal juga waktu diband kita!"
"Kalian punya band?" Tanya mereka heran.
"Iya, nama grupnya Nct 127."
"Wih bagus tuh, gimana kalau kita Nct Dream? Jadi ibaratnya kita penerus dari grup milik kalian!" Mereka berseru mendengar pendapat Mark.
"Terus yang ngajarin dance biar Daddy aku aja gimana, om?" usul Chenle.
"Sama Papi aku juga! Papi aku jago dance juga kok!" Tambah Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Dream [Nct] Completed✅
FanfictionBukan kisah fantasi, bukan juga kisah benci jadi cinta, ini merupakan kisah perjalanan dari ke tujuh lelaki dengan segala perbedaan yang membuatnya menjadi satu, kisah dimana persahabatan mereka akan diuji, kisah dimana mereka dipandang rendah, kisa...