12

827 104 13
                                    

"CHAN ITU JENO CHAN! CEPET KESANA!" Teriakan Jaemin membuat Renjun menutup telinganya.

Udah kecil, kecempit ditengah tengah, diteriakin.. wah daebak mantul.

Haechan segera menepikan motornya tepat didepan Jeno membuat langkah pemuda itu terhenti.

"Lo mau kemana Jen? Pake masker sama topi gitu." Tanya Renjun dengan menatap aneh Jeno.

"Saya bukan Jeno, saya Eric. Permisi."

Mereka menatap kepergian Jeno-- ah maksudnya Eric dengan kerutan didahi mereka.

"Tinggi mereka sama ya? Sampe gue nggak ngenalin." Ucap Haechan membuat Renjun dan Jaemin terdiam.

"Kita ikutin si Jeno."

"Lah? Katanya dia tadi Eric."

"Lo nggak tau! Diem deh." Haechan mencibir pelan mendengar itu.

Jeno berdiri pada balik tembok gang yang sempit yang buntu, ia telah menduga bahwa Renjun dan Jaemin pasti akan mengenalinya sekalipun ia berpakaian seperti ini.

Pemuda itu menatap pada sebuah kertas yang telah tak berbentuk.

Saya cuma mau bilang, kamu boleh keluar dari rumah saya. Dan ini, saya telah mengeluarkan kamu dari kartu keluarga saya.

Tubuh Jeno merosot, pemuda itu menangis disana. Menangis dengan menahan isakan yang seakan meraung ingin keluar, menahan sesak yang menjalar didadanya, menahan perih yang kini sangat menusuk hatinya. Sebatang kara? Mungkin itu definisi Jeno saat ini.

Jen lo mau cari duit? Gimana kalau kita ngeband aja? Kita mau kok bantu lo.

Jeno masih teringat kata kata Mark tadi malam. Lihat, bagaimana Jeno menyusahkan mereka? Cukup kemarin saja Jeno menyusahkan mereka, sekarang Jeno akan mandiri. Pergi, merupakan jalan terbaik yang Jeno miliki sekarang.

Dengan uang seadanya Jeno memutuskan untuk meninggalkan Jakarta, meninggalkan teman temannya, meninggalkan segala kenangannya disana.

Pemuda itu beranjak saat dirasa teman temannya telah pergi. Jeno berjalan menahan sesak yang dia rasa, ia hanya berharap semoga saudara kembarnya tak merasakan sakit yang dialami dirinya. Karena setiap Eric sakit, maka Jeno akan merasakan hal yang sama.

"Mau kemana lo?"

Refleks langkah Jeno terhenti mendengar suara yang berasal dari belakangnya. Pemuda itu masih disana walau hatinya berkata agar cepat berlari.

"Lo pikir gampang buat bohongin kita?"

"Tidak semudah itu samsudin."

Duk!

Renjun dan Jaemin langsung menjitak kepala Haechan yang kebetulan berada diantara mereka.

Jeno tersenyum tipis dibalik maskernya. Walaupun ia tak melihat kejadian itu, ia yakin wajah Haechan terlihat sangat kecut saat ini.

"Mau kemana bawa tas segede ini? Diusir lo?" Renjun menarik tas Jeno, membuat pemuda itu mundur beberapa langkah.

"Nggak kemana mana." Renjun tersenyum sinis.

"Nggak kemana mana bawa tas gitu, bego."

Jeno menahan tangisnya, ia memang seperti ini jika kalah berdebat. Pemuda itu merasa bahwa dirinya marah dan kesal pada dirinya sendiri. Jeno memang tidak ahli dalam berdebat tapi ia mempunyai keinginan yang kuat, jadi inilah yang menyebabkan pemuda itu sering bertindak atas dasar egonya sendiri. Namun dibalik sifatnya yang seperti itu, Jeno adalah tipe yang setia dan akan memperjuangkan suatu hal yang ia miliki saat itu.

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang