20 [Liu Yangyang]

698 75 6
                                    

Jeno menelpon keluarga dari Liu yang tak lain adalah keluarga Jisung.

Pemuda itu cemas akan keadaan Liu yang terlihat sangat pucat dari biasanya.

"Bang Jen, A-abang Liu." Jisung datang dengan teman teman yang lain tentunya.

"Lagi diurus dokter,"

Jisung menggigit kukunya takut, pemuda itu takut jika terjadi apa apa pada Liu. Mau bagaimanapun Jisung pernah mempunyai kenangan yang indah dengan Liu.

"Jen, jen.. Liu mana?!" Winwin datang dengan Mina yang kini tengah menangis dipelukannya.

"Liu didalem om, lagi ditanganin dokter," ucap Jeno dengan tersenyum tipis, guna melegakan sedikit perasaan mereka.

"Pi," panggil Jisung yang kemudian dibalas pelukan dari Winwin.

"Liu sakit nak, Abangmu sakit jantung."

Deg!

Tubuh Jisung menegang mendengar itu.

"A-apa?"

"Liu sakit jantung, sejak dia kelas lima sekolah dasar. Kita udah sering berobat keluar negeri, berharap Liu sembuh dengan terapi."

"Jadi, selama ini..,"

"Iya nak, Papi sama Mami pergi keluar negeri bukan untuk liburan. Tapi untuk kesembuhan abang kamu," ucap Winwin dengan menahan air matanya yang akan terjatuh.

"Kenapa kalian nggak ngasih tahu aku?!"

"Liu yang ngelarang kami, dia nggak mau kamu sedih."

Tubuh Jisung merosot dari pelukan Winwin, bocah berusia lima belas tahun itu menangis tersedu sedu.

Ia menyesal dengan perbuatannya, sekarang yang ia harapkan hanya kesembuhan Liu.

Dokter Suho keluar dari ruangan tersebut, wajah sendu Suho membuat harapan mereka mungkin hanya angan angan.

"Kondisi pasien kritis, jantungnya semakin melemah. Kita harus secepatnya mencari pendonor untuk cangkok jantung, jika tidak maka nyawa putra bapak yang akan menjadi taruhannya."

Tangis Jisung dan Mina semakin mengeras, bagaimana mungkin mereka mendapatkan pendonor secepat itu?

Suho meninggalkan mereka diikuti dengan Jeno dibelakangnya.

"Loh kamu ngapain disini, Jen?" tanya Suho saat melihat Jeno dibelakangnya.

"Boleh bicara sebentar Pak?" Suho mengangguk kemudian mempersilahkan Jeno untukn memasuki ruangannya.

"Pak, apa tidak ada cara lain selain dengan cangkok jantung?"

"Jantung teman kamu semakin hari akan semakin melemah Jeno, terapi yang dia lakukan juga berpengaruh kecil," ucap Suho dengan membaca hasil pemeriksaan Liu.

"Tapi saya nggak bisa lihat teman saya sedih dok," ucap Jeno.

"Berdoa saja, semoga akan ada pendonornya."

"Tapi ini jantung dok, mana ada yang mau donor jantung seenak jidat mereka?"

"Jika tuhan menghendaki, kenapa tidak."

Jeno menghela nafasnya pelan, Jisung sangat menyayangi Liu. Sebaliknya, Liu juga sangat menyayangi adiknya itu. Dan satu hal lagi, keluarga Liu masih membutuhkannya. Sedangkan Jeno?

"Kalau begitu, boleh saya kasih saran dok?"

Diruang rawat Liu hanya terdapat Jisung saja, semua orang menunggu diluar. Mark dan Renjun masih menenangkan kedua orang tua Jisung, sedangkan sisanya hanya duduk melihat kesedihan dimata mereka.

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang