Jaemin dan Jeno tengah berada dirumah milik Hyunjin. Rumah yang tak terlalu megah seperti rumah mereka namun terasa hangat dan membuat mereka nyaman berada disana.
Ibu Hyunjin sangat baik terhadap mereka, buktinya baru sampai dirumah Hyunjin mereka langsung disambut dengan sangat ramah. Aura kekeluargaan sangat terasa disana, hati Jeno dan Jaemin berdenyut melihat bagaimana perhatiannya Ibu Hyunjin.
"Kalian mau makan apa? Kalau Felix tunggu buka ya sayang." Ucap Ibu Hyunjin pada mereka.
"Eh? Nggak usah tante." Jawab Jeno sungkan yang dihadiahi cubitan dari Jaemin.
"Gue laper, Jen." Bisik Jaemin.
"Panggil mami Joya atau joy aja, bentar ya mami ambil makanan dulu buat kalian. Felix sabar, bentar lagi buka."
"Iya mi, Felix kan kuat."
Hyunjin mencibir pelan, ibunya memang selalu seperti itu jika ada temannya yang mampir. Namun Hyunjin sadar, kedua remaja yang kini dihadapannya sangat membutuhkan sosok seperti sang ibu dalam hidup mereka.
"YES ADZAN!" Felix berseru kemudian langsung menyeruput air putih yang telah ia pegang sedari tadi.
Joya datang dengan satu nampan berisi makanan penuh.
"Jadi ngrepotin, tante nih." Ucap Jeno dengan tersenyum canggung, sedangkan Jaemin langsung saja memakan apa yang ada dihadapannya ini.
"Panggil mami jangan tante, Jeno?"
"Iya tan- mami saya Jeno, ini Jaemin."
"Bukan mami, saya yang Jeno dia yang Jaemin."
Hyunjin menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua remaja itu.
"Mereka emang sering ketuker, Mi." Ucap Hyunjin yang dibalas anggukan dari Joya.
"Papi pulang!"
Tubuh Jaemin dan Jeno menegang melihat siapa pemilik suara tersebut.
"P-papa?" Panggil Jaemin membuat lelaki yang ia panggil dengan sebutan 'Papa' membelakan matanya.
"Na-nana?"
Tangan Jaemin mengepal pemuda itu beranjak meninggalkan rumah itu diikuti dengan Jeno dibelakang pemuda yang kini tengah menahan emosinya.
"Cepet Jen, kita pulang."
"Gue yang bawa motornya."
"Gue aja."
"Lo lagi emosi, nggak baik bawa kendaraan. Gue juga masih pengin hidup." Jeno mengambil alih tempat yang Jaemin duduki.
Jaemin hanya pasrah, pikirannya sedang kalut sekarang.
"Tuhan nggak adil banget ya, Jen?" Jeno tertegun mendengar ucapan Jaemin.
"Hyunjin dapet Papa, om Jimin dapet mama. Gue? Gue sendiri Jen, egois banget nggak sih mereka? Oke, emang bener mereka ngasih gue uang yang bahkan lebih dari yang gue minta. Tapi pernah nggak sih mereka mikir gimana perasaan gue?"
Jeno diam, ia tak tahu harus menjawab apa. Bukan karena dia bingung, tapi karena dia nggak denger Jaemin ngomong apa.
Jeno sebenernya nggak tahu lewat jalan mana, matanya makin malem makin nggak jelas.
Tapi tiba-tiba mata Jeno yang minus ngelihat sesosok makhluk tak kasat mata yang tengah duduk dipinggir trotoar.
Mata Jeno menyipit guna memastikan kebenaran tersebut.
"HAECHAN!!!" Terik Jeno pada makhluk tersebut. Pemuda itu tak salah jalan ternyata.
"Ya Allah, gue cariin sampe pada mencar. Kemana aja lu bangsul?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Dream [Nct] Completed✅
FanfictionBukan kisah fantasi, bukan juga kisah benci jadi cinta, ini merupakan kisah perjalanan dari ke tujuh lelaki dengan segala perbedaan yang membuatnya menjadi satu, kisah dimana persahabatan mereka akan diuji, kisah dimana mereka dipandang rendah, kisa...