21 [Goodbye and Welcome]

803 67 12
                                    

"Siapa yang donorin jantungnya buat Yangyang?" tanya Jaemin pada Suho.

"Siapa pak?!" tegasnya lagi.

Suho menunduk tak mampu menjawab pertanyaan Jaemin.

"Kalau begitu biar saya tanya sama suster yang lain!"

Suho mencekal tangan Jaemin yang akan pergi, lelaki itu menghembuskan nafasnya pasrah.

"Kenapa kamu ingin sekali mengetahuinya Jaemin?"

"Karena saya merasa Jeno sedih pak."

Suho tersenyum tipis, seerat itukah persahabatan mereka? Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa Jeno yang--"

Suho melepas cekalan tangannya, kemudian berkata "pergi saja ketempat pemakaman Lavender, disana kamu akan menemukan jawabannya."

Jaemin berlari, diikuti dengan semua teman temannya. Tempat pemakaman itu tak jauh dari rumah sakit itu, membuat Jaemin langsung berlari sekencang mungkin mengabaikan teman temamnya.

Pemuda berjalan melewati gundukan gundukan tanah, mencari sebuah nama yang mungkin akan mengejutkannya.

Langkahnya terhenti pada sebuah nama yang sangat ia kenali. Tubuh Jaemin membungkuk guna memastikannya benar atau tidak. Mata Jaemin masih benar, dan ia pun harus menerima kebenaran tersebut.

Mark dan yang lainnya sampai, mereka menutup mulut tak percaya dengan nama yang tertera disana.

"Kalian ngapain disini?" Semua menoleh pada sumber suara.

"I-ini--"

Ia tersenyum tipis, tapi matanya mampu menjelaskan keadaannya saat ini.

"Iya, dia pergi meninggalkan kita semua."

"L-lo baik baik aja kan?"

"Baik? gimana gue bisa baik, kalau kembaran gue yang pergi."

Semua memeluk pemuda itu, guna menenangkannya.

"Udah jangan nangis, Jeno yang kita tau itu kuat."

Jeno berjalan menuju tempat dimana kembarannya disemayamkan, pemuda itu mengusap pelan nisan itu.

"Kok nggak pake prosesi pemakan agama katolik bang?" tanya Chenle membuat mereka menatapnya tajam.

"Eric ikut agama Mamah, dia Islam."

"Huahh, Jinjja?!" seru Haechan tak percaya.

"Ohh, nggak kaget sih kalau bang Jeno tau sedikit sedikit tentang islam," ucap Chenle dengan tersenyum.

"Bang," panggil Jisung dengan kepala tertunduk.

"Maaf," ucapnya dengan menitiskan air matanya. Jeno bangkit lalu memeluk Jisung.

"Nggak, lo nggak salah. Gue yang salah disini, gue kembarannya tapi nggak tau Eric sakit ginjal. Dan ini semua juga terjadi karena Eric mau nyusulin gue, i-ini semua salah gue! Sa-lah g-gue," ucap Jeno dengan mengepalkan tangannya.

"Jangan gitu Jen, Eric nggak bakal suka kalau lo nyalain diri lo sendiri," ucap Jaemin dengan mengelus punggung Jeno.

"Sekarang kita semua punya lo, jangan anggap lo sendiri. Kita semua sahabat, bahkan lebih dari sekedar sahabat. Kita keluarga," ucap Renjun dengan terasenyum tipis.

"Jangan nangis, malu tuh diliatin mbak kunti."

"BANG MARK!"

Mereka kemudian menaburi makam Eric dengan bunga yang telah dibeli Jeno sebelumnya.

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang