Setelah memikirkan matang matang, Jaemin akhirnya mau menemui sang ayah dengan ditemani Renjun. Sebenarnya Jeno yang menemaninya, namun Eric meminta Jeno untuk kembali kerumah sebentar.
Suasaana disana sangat canggung, terutama Renjun. Pemuda itu sedari tadi hanya menatap Jaemin dan ayahnya yang masih membisu.
"Apa kabar?" Tanya Yuta pada sang putra setelah sekian lama membisu.
"Baik."
Suasana kembali hening.
"Ayah nggak nyangka kamu udah sebesar ini."
Mendengar itu Jaemin hanya tersenyum miris. Bagaimana ayahnya tahu bahwa dia telah menjadi seorang pemuda yang tampan, sedangkan ayahnya sendiri pergi meninggalkan dirinya dan sang ibu sekitar tujuh tahun yang lalu.
"Ayah minta maaf, nggak seharusnya ayah nyembunyiin ini dari kamu." Jaemin mengerutkan dahinya mendengar itu.
"Sebenarnya kamu bukan anak dari ayah dan ibu kamu, kamu anak ayah dengan joy."
Mata Jaemin membelak.
Apa maksud dari pernyataan ayahnya?"Ayah, ibumu, Joy dan satu lagi teman ayah adalah sahabat, kemana mana selalu bareng. Sampai suatu hari ayah melakukan sebuah kesalahan dengan Joy, Joy hamil. Ayah nggak tau harus berbuat apa, ayah cinta sama Joy tapi ayah dijodohkan dengan ibumu. Joy meminta ayah untuk tetap menikah dengan ibumu, sampai akhirnya beberapa bulan kemudian ibumu hamil tapi kemudian keguguran dan dokter bilang ibumu nggak bakal bisa hamil lagi. Hingga Joy menawarkan anaknya untuk ibumu, dimana itu kamu. Dan Joy, dia pergi membawa satu anak lelaki kami. Hyunjin."
"M-maksud ayah, aku sama--"
"Iya, kamu dan Hyunjin kembar."
Renjun yang mendengar itu membelakan matanya, menatap Jaemin yang terlihat sangat terkejut.
"Ayah bahagia sama ibunya Hyunjin?"
Diam diam Joy mengintip dari balik pilar dapur, ia menangis mendengar bagaimana putra kandungnya memanggil dirinya seakan itu adalah orang lain.
"Ayah mencintainya." Jaemin menganggukan kepalanya, lalu tersenyum getir.
"Kenapa ayah nyembunyiin ini dari dulu?"
"Ayah nunggu kamu dewasa,"
"Nunggu dewasa? Apa ayah nggak pernah mikir perasaan Jaemin?. Disaat semua orang merayakan hari natal, tahun baru, hari valentine dengan orang orang tersayang Jaemin hanya sendiri ayah. Jaemin sendiri. Disaat semua orang liburan bareng keluarga, Jaemin cuma dirumah sendirian. Apa selama ini ayah nggak mikir perasaan Jaemin kan? Jaemin juga butuh ayah! Tapi nyatanya cuma Jaemin yang butuh ayah, dan ayah nggak butuh Jaemin."
"Jangan bilang gitu, Na. Ayah butuh Nana."
"NANA UDAH MATI!! NANA MATI SEMENJAK AYAH NINGGALIN AKU SENDIRI!! NANA MATI SEMENJAK BUNDA NINGGALIN AKU SENDIRI!!"
Jaemin berdiri, membuat Renjun yang melihatnya mengikuti pemuda itu.
"Terima kasih atas pengakuan yang begitu menyakitkan. Dan selamat atas keluarga baru kalian, ah salah keluarga lama bukan? Saya pamit, sekali lagi terima kasih."
Sebelum beranjak pergi, Jaemin menatap sekeliling. Matanya menangkap siluet wanita yang tengah memandangnya sendu.
Anak katanya? Kenapa hanya Hyunjin yang ia bawa? Kenapa harus dirinya yang diserahkan? Itu yang dinamai kasih sayang?
Joy menahan isakannya saat melihat semburat kekecewaan didalam mata anaknya.
"Ayo pulang njun!" Jaemin berjalan meninggalkan tempat tersebut, membuat Renjun kelabakan.
"Eh? Anu om, saya pamit." Renjun membungkuk pada Yuta sebelum akhirnya mengikuti Jaemin yang telah lebih dulu keluar dari rumah itu.
Jaemin mengepalkan tangannya kuat saat melihat Hyunjin yang baru memasuki halaman rumahnya dengan tertawa riang disamping Felix.
Hyunjin menghentikan tawanya saat melihat Jaemin yang tengah menatapnya.
"Na?"
Mulai detik ini Jaemin sangat membenci panggilan itu. Sangat benci.
Pemuda itu berjalan melewati Hyunjin, membuat Hyunjin segera memutar badannya.
"Na, maaf."
Langkah Jaemin terhenti, bukan karena ucapan Hyunjin tapi karena Renjun masih ada didalam. Maklum kaki Renjun pendek.
"NJUN CEPETAN!!" Teriak Jaemin tanpa memperdulikan raut wajah Hyunjin dan Felix.
"SABAR JINGAN!" Balas Renjun dengan berlari menuju Jaemin.
Jaemin dan Renjun berjalan meninggalkan rumah Hyunjin. Mereka telah meminta Haechan menjemputnya. Dengan motor.
Mereka menunggu Haechan didepan indomaret dekat rumah Hyunjin. Renjun membuka plastik yang ia bawa dari rumah Hyunjin.
"Apaan tuh?" Tanya Jaemin.
"Makanan awokwok, tadi bokap lo ngasih." Ucap Renjun lalu memakan kue bolu yang Yuta berikan tadi
"Minta dong!" Jaemin menggeser plastik itu agar berada tepat didepannya.
"Dih."
"Laper njir abis ngomong banyak." Jaemin mengambil kue brownis dan langsung memakannya.
"Katanya benci." Cibir Renjun saat melihat Jaemin memakan kue tersebut dengan lahap.
"Benci orangnya, makanannya enggak."
"Yeu!" Renjun menjitak ubun ubun Jaemin,membuat pemuda itu mengaduh sakit.
"Mama, kakak itu nggak puasa."
Renjun dan Jaemin sontak menolah pada sumber suara. Sepertinya mereka kenal pada anak kecil itu, tapi siapa?
"Biarin ga ada akhlak ya gitu."
Jaemin bodo amat dan melanjutkan makannya, sebelum akhirnya tersedak mendengar teriakan dari bocah itu.
"MAMA KAKAK INI YANG MAKAN ES KRIM AKU!!!"
Sial!
Renjun segera menarik Jaemin saat tiba tiba ayah dari anak itu muncul. Bukan apa apa, hanya saja tampilan ayah anak itu terlihat mengerikan.
Renjun berlari lalu menaiki motor Haechan yang baru saja sampai disana.
"Jalan anjing!!" Ucap Renjun dengan memukul kepala Haechan yang tertutup helm.
"Nggak usah pake anjing segala!! Anjing!"
"Bacot cepetaan!!"
Haechan segera menjalankan sepeda motornya, sebelum akhirnya sebuah teriakan membuatnya mengerem sepeda motornya secara mendadak.
"WOY JABINGAN!! GUE KETINGGALAN!!"
Mereka menolah melihat Jaemin berlari dengan sandal yang berada pada tangannya, diikuti dengan ayah dari bocah itu.
"LARI MIN CEPET!!"
"RAN MIN RAN!!"
"RAN APAAN ANJER?!"
"Bahasa inggrisnya lari, bego!!"
"ITU RUN AH SIALAN!"
Bruk!
Haechan hampir saja kehilangan keseimbangannya saat Jaemin langsung menaiki motor tersebut dengan sangat cepat.
"JALAN!!"
Setelah jauh dari tempat tadi mereka tertawa lepas, seakan tak memiliki beban dihati mereka.
Jaemin bersyukur masih mempunyai sahabat seperti mereka yang selalu ada disaat dirinya rapuh.
Mata Jaemin berpusat pada seorang pemuda yang sangat ia kenali kini tengah berjalan dengan tas yang berada dipunggungnya.
"Jeno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Dream [Nct] Completed✅
FanfictionBukan kisah fantasi, bukan juga kisah benci jadi cinta, ini merupakan kisah perjalanan dari ke tujuh lelaki dengan segala perbedaan yang membuatnya menjadi satu, kisah dimana persahabatan mereka akan diuji, kisah dimana mereka dipandang rendah, kisa...