Note : Disini aku nggak ngambil kejadian adanya corona ya.
**
Libur Ramadhan telah selesai, kini ketujuh pemuda tanggung mulai masuk sekolah seperti biasa.
Mark dan Haechan akan segera lulus, membuat mereka yang tersisa harus siap menghadapi masa masa sekolah tanpa mereka.
Jisung, sang bungsu yang hanya mempunyai mereka. Membuat mereka harus memikirkan cara agar Jisung mendapatkan seorang teman. Namun sayang, Jaemin terlalu memanjakan sang bungsu.
"Mau makan apa chung? Biar abang yang pesen, minumnya sekalian." Jisung tersenyum lebar mendengar penuturan Jaemin.
"Biarin mandiri napa Min," ucap Haechan yang langsung dihadiahi delikan mata dari Mark dan Jeno.
"Bener tuh kata malika," ucap Renjun setuju.
"Nggak usah bang." Jisung menolak dengan tersenyum tipis.
"Nah gitu mandiri, gimana coba kalau kita kita udah lulus? Lu mau sampai kapan nggak punya temen?"
"Njun!" Tegur Mark.
"Kan ada Lele yang nemenin, Lele bakal ada buat Jisung kok." Chenle menepuk pundak Jisung yang berada tepat disebelahnya.
"Bukannya gitu, kita cuma buat dia mandiri. Lo nggak inget waktu Jisung disuruh buat beli es krim sendiri? Dia aja sampai minta ditemenin padahal cuma diujung gang doang."
"Tapi nggak gitu bang,"
"Nggak gitu gimana? Gue cuma pengin dia mandiri, belajar semuanya sendiri. Udah tau kalau dirumah kayak gitu masih aja makan mie instan, kurus kan lu!?"
Bukannya marah Jisung justru merasa bahagia. Iya, walau nada bicara Renjun seperti itu, tapi didalamnya masih terselip rasa kasih sayang yang begitu dalam.
"Iya bang, Jisung mandiri." Jisung kemudian beranjak untuk memesan makanan, membuat mereka menatap kepergian pemuda itu.
"Ngapain harus kesana? Pesen lewat WA kan bisa," ucap Haechan dengan menggelengkan kepalanya.
"Maklum bang, pertama kali pesen."
Prang!!
Suara piring pecah membuat mereka menoleh pada sumber suara.
"EH TOLOL! MATA LO DIMANA!?"
Jisung, pemuda itu kini tengah terduduk dengan baju seragam yang basah dan tangan yang terluka.
"Lo nggak liat hah jam tangan gue kesiram kuah bakso lo!?"
"M-maaf nggak sengaja." Jisung hanya menunduk membuat pemuda itu menarik kerah baju Jisung.
"Tanggung jawab bego!!"
"Biasa aja kali," Chenle mendekat pada mereka yang kini telah menjadi tontonan para murid yang berada dikantin.
"Eh! Jam tangan gue mahal ya!"
Minho, nama yang tertera didalam name tag pemuda berparas tampan itu.
"Berapaan sih? Gue juga bisa kali gantiinnya," ucap Chenle dengan membantu Jisung berdiri.
"Lo, main main sama gue!?"
Han Jisung mengangkat tangannya berusaha untuk memukul Chenle, namun Jeno terlebih dahulu menghalanginya.
"Jangan main fisik." ujar Jeno datar, pemuda itu menatap seseorang yang berada tepat dibelakang Minho.
Hyunjin, pemuda itu tengah menatap mereka datar, tak ada ekspresi ataupun senyum cerah seperti biasa pemuda itu beri pada mereka. Terutama, Jaemin.
Bugh!
Jaemin memukul tepat pada rahang Minho, membuat pemuda itu tersungkur.
"Lo nggak usah ganggu dia!!" Teriak Jaemin pemuda itu hendak memukul Minho sebelum akhirnya Hyunjin menarik kerah baju pemuda itu.
"Temen lo yang salah!!"
Bugh!
"Lancang banget lo mukul gue!"
"Lebih lancang mana sama lo yang nggak mau ngakuin ibu lo sendiri?! Lebih lancang mana, hah!!??"
Deg!
Jaemin membisu, yang dikatakan Hyunjin memanglah benar adanya. Ia tak bisa menyangkal itu.
"Lo nggak tau kan gimana sedihnya Mami? Gimana Mami nangis tiap hari, gimana Mami nggak mau makan cuma gara gara mikirin lu! Mikirin Lu Jaemin!"
Melihat Jaemin diam dan menunduk Hyunjin melanjutkan ucapannya, masa bodoh dengan orang orang disekitarnya. Ia terlalu muak akan tingkah Jaemin.
"Gara gara lo, Mami sampai masuk rumah sakit. Mami sakit Na." Hyunjin terduduk, pemuda itu menangis kecil disana.
"M-mami?" Cicit Jaemin, kemudian menyamakan tingginya dengan Hyunjin.
Sementara Jeno dan teman temannya membubarkan kerumunan siswa yang tengah melihat itu, mereka membuat lingkaran kecil guna menutupi kedua saudara kembar itu.
"Mami sakit jantung,"
Lagi dan lagi, hantaman didada Jaemin membuat dirinya merasa menjadi manusia yang sangat berdosa.
"Mami butuh kita," lirih Hyunjin kemudian membawa Jaemin dalam pelukannya.
Mereka yang tengah menutupi kedua kembaran itu ikut merasa tersentuh, apalagi Jeno. Andai Eric dan dia seperti mereka, andai.
"KU MENANGIISSSS MEMBAYANGKAN--Eh eh kenapa nih?"
Felix membelah kerumunan itu lalu menutup mulutnya saat melihat Hyunjin dan Jaemin tengah mengusap air mata mereka.
"Gue telat?" Tanya Felix pada mereka yang tengah menatap langit langit berusaha untuk tidak meneteskan air mata mereka.
"Lah pada kenapa sih?" Felix menatap Haechan yang kini tengah menutup hidungnya.
"Lo kenapa lagi?"
"Bau tai anjir,"
Felix mengerutkan dahinya kemudian mencium tangannya,
"HOEK!!"
"Kenapa?" Tanya mereka, bukannya menjawab Felix justru menyodorkan tangannya pada mereka.
"ANJIR PILIKS HOEK!!"
"Gue lupa pake sabun, bodo ah gue balik dulu!!" Felix berteriak dengan berlari menuju toilet.
"Ambigu banget nggak sih?" Tanya Jaemin membuat mereka menatap pemuda itu heran.
"Nggak pake sabun, dia--"
"OTAK LO YANG AMBIGUAN!" Teriak mereka bersama kemudian meninggalkan Jaemin.
Wkwk maap aku bikin pendek, soalnya mau buat kejuatan untuk ulang tahunnya Moon Taeil💚💚 tapi nggak tau sih, soalnya cerita ini masih sedikit yang baca:((
BTW HAPPT NCTZEN DAY💚💚💚💚
DOAKU SEMOGA NCT MENJADI GRUP YANG LEBIH BAIK LAGI💚DAN INGET YA KALAU WAYV ITU TERMASUK NCT, JADI KALIAN NGGAK BOLEH PILIH KASIH OKE??
Salam NCTZEN!!💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
We Dream [Nct] Completed✅
FanfictionBukan kisah fantasi, bukan juga kisah benci jadi cinta, ini merupakan kisah perjalanan dari ke tujuh lelaki dengan segala perbedaan yang membuatnya menjadi satu, kisah dimana persahabatan mereka akan diuji, kisah dimana mereka dipandang rendah, kisa...