🐧 Songo Likur 🐧

377 32 7
                                    

AUTHOR POV

"Maafin gue Bi". Ucap Keiza seraya menenggelamkan kepalanya di bahu kiri Bianca, sementara yang lainnya hanya bisa menunduk, membuat Bianca menghela napas panjang lalu tersenyum, perlahan tapi pasti tangannya terangkat, mengusap rambut Keiza dengan lembut.

"Bi, gue emang gak tau diri, gue udah jahat sama lo, tapi lo masih aja mau nolongin gue sampai keadaan lo jadi seperti ini. Seharusnya lo biarin gue aja yang tertabrak, gue pantas dapat itu". Air mata Keiza terus saja mengalir, bahkan matanya pun sudah mulai membengkak, membuat Bianca tidak tega melihatnya histeris seperti itu.

"Kei, itu sudah kewajiban gue sebagai umat manusia untuk menolong orang yang dalam bahaya".

"Tapi gara-gara itu lo hampir aja ninggalin kita semua Bi".

"Sekarang gue nggak jadi pergi kan? Gue ada di sini untuk kalian semua". Seketika Keiza kembali berhambur ke pelukan Bianca.

"Gue benar-benar minta maaf Bi, gue sudah salah menilai lo". Bianca tersenyum mendengarnya, sekali lagi tangannya kembali mengusap rambut Keiza dengan lembut.

"Gue sudah maafin lo Kei. Semua orang pasti mempunyai kesalahan, begitupun dengan gue, maafin gue juga kalau gue pernah buat lo kecewa". Perlahan Keiza mengangkat wajahnya, menatap mata Bianca seraya tersenyum.

"Makasih Bi". Bianca hanya mengangguk, lalu kemudian Keiza bangkit dari sana, melangkah menjauh dan mempersilahkan Bundanya untuk mendekat ke arah Bianca.

Sama halnya dengan yang lainnya, mata Allea juga tampak basah karena air mata. Dia menatap sendu ke arah Bianca, menggenggam erat jari-jemari Bianca, hingga akhirnya dia juga berhambur memeluk Bianca, mencium puncak kepalanya seraya tersenyum. "Maafin Tante ya nak, Tante sudah salah menilai kamu, coba saja dulu Tante mendengarkan apa kata Gavin pasal sifat kamu, pasti kita semua sudah hidup rukun sejak dulu". Ketika Allea hendak mencium tangan Bianca, spontan Bianca langsung menahannya, lalu dia menarik tangan Allea mendekat ke wajahnya, dan dia cium tangan itu dengan lembut.

"Tante tidak salah, saat itu keadaan Bianca memang buruk, Bianca dipaksa cari uang dengan cara menjadi wanita malam, wajar saja jika Tante tidak suka dengan Bianca". Allea semakin terharu mendengarnya, dia mengusap lembut rambut Bianca. "Kamu adalah anak baik, kamu pantas untuk mendampingi Gavin nak". Senyuman manis terukir di bibir Bianca, matanya sempat melirik ke arah Gavin sejenak, kemudian dia mengangguk samar.

"Makasih Tante". Allea mengangguk seraya tersenyum, lalu bergerak maju untuk mencium puncak kepala calon menantunya itu, hingga akhirnya dirinya menjauh dari sana.

"Kak Bianca, Asoka senang sekali akhirnya Kakak sadar". Ucap Asoka dengan senyum yang mengembang, dan senyum itu menular ke bibir Bianca hingga ikut tersenyum juga.

"Terimakasih ya Asoka, lo sudah mau doain gue".

"Iya Kak".

"Yasudah sebaiknya kita keluar dulu, biarkan dokter memeriksa keadaan Bianca". Ucap Allea yang diangguki oleh semuanya.

○○○

Hari ini merupakan hari kedua setelah Bianca sadar. Raut bahagia masih terpampang jelas di wajah Gavin. Sangat berbeda jauh dengan kemarin pada saat dirinya mendengar kabar jika Bianca yang koma dan meninggal. Bahkan sampai saat ini dia masih tidak yakin jika ini memang kenyataan di dalam hidupnya, alur cerita Tuhan yang begitu mengharukan.

Pagi ini Bianca telah dipindah ke ruang rawat setelah dipastikan kondisinya benar-benar telah stabil. Dan untuk merayakannya kini Gavin sedang merencanakan sesuatu untuk Bianca. Sesuatu yang telah ia bicarakan dengan kedua orang tuanya beserta adiknya, dan Alhamdulillah mereka semua menyetujui rencana Gavin.

GAVIN✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang