Aku mengerjapkan mataku saat merasakan hangatnya sinar mentari yang menerobos masuk ke dalam kamarku melalui jendela kaca, tunggu! Sejak kapan tirainya sudah terbuka? Oh mungkin Bunda yang membukanya, perlahan aku bangkit dari ranjang dan seperti biasanya setelah bangun tidur aku langsung merapikan tempat tidurku sendiri, maklum belum punya istri, ada gak yang mau daftar jadi istriku untuk merapikan tempat tidurku? Eh, bentar lagi ada Asoka, lupa.
Setelah selesai dengan urusan merapikan tempat tidur, aku melirik sejenak jam beker yang ada diatas nakas samping tempat tidur, waktu sudah menunjukan pukul 08.00 AM, aku menghembuskan napas panjang, kapan aku bisa menghilangkan kebiasaan buruk kembali tidur selepas sholat subuh? katanya sih itu pamali, tapi ya sudahlah aku segera berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi pagiku.
Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dan telah rapi mengenakan jeans warna hitam serta kaos putih lengan panjang, simple tapi perfect.
Saat aku hendak melangkahkan kaki keluar kamar untuk turun ke bawah menyambut sarapan buatan Bunda, mataku tak sengaja melihat selembar kertas yang tadi malam, aku berpikir sejenak, mungkin ini adalah saatnya untuk aku mengumpulkan bukti tentang Aunty shiren, aku pun meraihnya dan melipatnya lalu memasukannya kedalam saku celanaku dan kembali berjalan ke bawah untuk sarapan.
"Pagi Papa, Bunda". Sapaku hangat setelah sampai dimeja makan, terlihat mereka hanya menatapku dengan tatapan tanda tanya, mungkin mereka berpikir kenapa aku sudah tidak marah dengan mereka akibat kemarin? Hmm, sama anak sendiri kok masih tidak tahu sifatnya sih, aku merupakan orang yang gampang move on dari segala masalah, ya mungkin itu memang takdirku yang tidak bisa aku lawan.
"Bunda masak apa?". Tanyaku sembari melihat ke meja makan.
"Bunda masak tumis udang sama jamur crispy, kamu mau Bunda buatin nasi goreng spesial kesukaan kamu?". Tawar Bunda.
"Enggak perlu Bun, Gavin suka kok sama yang Bunda masak pagi ini". Tolakku lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan Papa.
"Kamu gak marah lagi sama kita Vin?". Tanya Papa.
"Enggak". Balasku enteng.
"Terus apa alasan kamu menerima perjodohan ini?". Tanya Papa lagi.
"Ya gak tau, pokoknya Gavin mau terima, apa Papa mau Gavin menolaknya lagi?".
"Eh enggak kok, yaudah makasih kamu sudah mau mengerti situasi ini".
Aku hanya mengangguk lalu mulai menyantap sarapan pagi dengan hikmat.
○○○
Saat ini disinilah aku berada, diruang kerja Farel sahabatku untuk memintanya melacak semua hal yang bersangkutan tentang Aunty Shiren, aku telah menemukan beberapa dokumen-dokumen yang bersangkutan dengan pekerjaannya, tinggal meminta Farel untuk melacaknya lalu aku akan mendatangi perusahaannya untuk meminta bekerja sama.
Aku menemukan dokumen-dokumen itu dirak milik sekertarisku yang isinya kumpulan dokumen dari perusahaan yang ku tolak ketika meminta bekerja sama, waktu itu aku belum tau kalau pemilik dokumen ini adalah Aunty Shiren makanya aku menolaknya karena pada saat itu banyak sekali perusahaan-perusahaan besar yang meminta bekerja sama dengan perusahaanku, dan menurut dokumen ini kelihatannya perusahaan Aunty Shiren merupakan perusahaan pendistribusian dari perusahaan-perusahaan besar, dari sini aku mulai curiga, mengapa Aunty Shiren meminta pada Bianca untuk bekerja ditempat yang haram padahal hasilnya dalam bekerja menjadi Direktur utama diperusahaan pendistribusian ini sangat cukup untuk hidupnya bersama Bianca? Apakah dia mempunyai sebuah dendam pada Bianca?
"Vin, gue udah tau tempat perusahaan ini". Ucap Farel yang membuyarkan lamunanku.
"Dimana Rel?". Tanyaku antusias
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN✔ [END]
Teen Fiction[COMPLETE] Perhatian! Baca cerita High School Married dulu, baru baca cerita ini. Biar nyambung. 🚫Plagiathor diharap menjauh🚫 Rank 3 #Ceritaindonesia tgl 17 Juli 2020 Mengapa aku tidak rela melihat dia menjual dirinya untuk mendapatkan uang? Bahka...