Saat ini di sinilah Gavin berada, duduk termenung di sofa yang terdapat di rooftop, tatapannya kosong, bahkan wajahnya pun terlihat sangat pucat, karena sudah dari kemarin dirinya tidak makan apapun, hanya satu gelas air putih saja yang dia minum tadi pagi.
Sampai detik ini, tidak ada kabar apapun yang Gavin dapat terkait dengan Bianca. Bahkan Gavin telah berkali-kali menghubungi Bianca, namun sama sekali tidak ada balasan, begitu pula dengan berita tentang kelanjutan pencarian korban, sampai saat ini tidak ada kabar yang menjurus tentang Bianca.
Gavin menengadahkan pandangannya ke langit, menatap langit sore yang jingga, dapat dia lihat jika ada sebuah pesawat yang terbang melewatinya di atas sana. Melihat pesawat itu, semakin membuat hati Gavin terasa campur aduk.
Dia menghela napas panjang.
Kenapa harus seperti ini?
Kenapa alurnya harus seperti ini?
Ketika dia baru merasakan rasa cinta, dan sangat mencintai gadis itu, namun mengapa harus alur seperti ini yang diberikan Tuhan?
Gavin ingin memberontak.
Gavin ingin semuanya di ulang dari awal.
Namun dia sadar, semua itu tidak akan bisa.
Dia mengacak rambutnya frustasi. Harapan tentang Bianca yang selamat mulai musnah.
Jika Gavin tahu kemarin lalu adalah hari terakhir pertemuannya dengan Bianca, maka Gavin tidak akan membiarkannya pergi ke bandara secepat itu, Gavin akan mengulurkan waktu sampai pemberangkatan mereka diundur, Gavin akan memeluk Bianca lebih lama lagi tanpa terburu-buru melepasnya, dan dia juga akan mengantarkan kepergian Bianca menuju bandara jika dia tahu dia tidak akan bisa melihat Bianca setelah itu.
Dan sekarang apa yang bisa Gavin lakukan?
Dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia hanya duduk termenung, sembari menunggu kabar terkait pencarian korban pesawat itu.
Gavin sangat berharap. Jika nantinya memang Bianca tidak bisa terselamatkan, setidaknya jenazahnya harus bisa ditemukan, supaya Bianca bisa beristirahat di tempat terakhir yang sesungguhnya.
Gavin kembali membuka ponselnya, mengecek kembali pesan yang dia kirimkan untuk Bianca, dan keadaannya masih tetap sama, pesan itu masih bercentang satu dan tidak ada balasan sama sekali.
Dia kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Lalu tiba-tiba saja Keiza datang dari bawah diikuti dengan seorang perempuan di belakangnya.
Gavin mengernyitkan dahinya bingung.
Zoya?
Untuk apa dia datang kemari?
Di waktu senja seperti ini?
"Kakak, ini Zoya mau bertemu dengan Kakak, ada urusan kantor yang harus di tanda tangani Kakak katanya." ucap Keiza setelah sampai di hadapannya kakaknya.
"Sore Pak Gavin," Gavin mengangguk seraya tersenyum tipis.
"Duduklah,"
"Yaudah, Kei ke bawah dulu ya, mau buatkan minuman." bertepatan dengan Zoya yang mulai duduk di samping Gavin, Keiza pun beranjak untuk kembali turun ke lantai bawah.
Sedangkan Zoya, dia mulai mengeluarkan berkas-berkasnya dari dalam tas. "Sebelumnya saya minta maaf Pak, sudah mengganggu Bapak di waktu senja seperti ini."
"Tidak papa, memangnya berkas yang mana? Sampai-sampai kamu rela datang ke sini,"
"Saya tidak sendirian kok Pak, ada Pak Farel di bawah, lagi ngobrol sama suaminya Mbak Keiza. Dan untuk berkas ini adalah berkas dari client Singapore Pak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN✔ [END]
Novela Juvenil[COMPLETE] Perhatian! Baca cerita High School Married dulu, baru baca cerita ini. Biar nyambung. 🚫Plagiathor diharap menjauh🚫 Rank 3 #Ceritaindonesia tgl 17 Juli 2020 Mengapa aku tidak rela melihat dia menjual dirinya untuk mendapatkan uang? Bahka...