Bulan telah berganti bulan, selama satu bulan itu hanya ada warna kelabu yang melingkupi hari-hari Bianca. Sekelebat rasa penyesalan juga tidak jarang menghampiri hati kecilnya yang rapuh.
Bianca merasa bingung harus melakukan apa. Satu-satunya orang yang tidak pernah memandang Bianca rendah, kini dia sudah tidak peduli lagi dengan Bianca. Bahkan selama satu bulan ini Bianca sama sekali tidak pernah melihat wajah pria itu lagi, seolah pria itu telah disibukkan oleh hal baru sehingga tidak pernah mengunjungi kediaman Bianca sama sekali.
Bianca tersenyum pahit. Memangnya siapa dirinya sehingga dia berharap agar pria itu kembali mengunjunginya seperti dulu? Bianca memang tidak pernah tersadar, akibat keputusannya yang tidak disaring terlebih dahulu itu, membuat kehidupannya bertambah lebih buruk dari pada sebelumnya.
Jika sebelumnya ada orang yang selalu membela ketika dirinya direndahkan oleh tokoh masyarakat, namun sekarang orang itu telah pergi, kini semua orang menjadi sama jahatnya, walaupun dirinya sudah tidak lagi melakukan pekerjaan haram itu lagi, namun tetap saja nama pelacur tidak akan pernah hilang dari dalam dirinya sampai kapanpun.
Begitulah rakyat Indonesia, tidak pernah mau untuk menghargai seseorang yang telah berubah, dan selalu mengungkit-ungkit semua keburukan yang pernah orang itu perbuat.
Bianca membuang napas dengan lelah.
Ini semua memang telah menjadi alur kehidupannya, dia harus bisa lebih sabar lagi untuk menghadapinya.
Bianca menggelengkan kepalanya pelan. Langkahnya kian dipercepat karena teriknya sinar matahari semakin menyengat kulit tubuhnya, dia harus secepatnya sampai di toko buah untuk membeli perlengkapan buahnya di kulkas yang sudah habis.
Tin.. tin..
Suara klakson mobil itu membuat Bianca menoleh. "Mau ke mana mbak jalang?" Teriak orang itu dari dalam mobil, membuat Bianca memutar kedua bola matanya dengan malas. Lantas dirinya segera mempercepat langkahnya lagi untuk menjauhi mobil pria yang sangat aneh menurutnya. Namun tetap saja, mobil itu terus mengikuti langkah Bianca hingga dirinya sampai di depan toko buah.
"Mau apa sih lo, Zayn?!" Tanya Bianca ketika sang empu pemilik mobil keluar dari dalam mobilnya dan mendekat ke tempat Bianca berdiri.
"Lo ngapain di sini?" Ucap Zayn yang malah balik bertanya membuat Bianca mendengus dengan kesal. "Lo nggak lihat ini toko apa? Mata lo dibuka lebar-lebar! INI TOKO BUAH! Yang pastinya gue mau beli buah di sini, bukan beli lingerie!" Setelah mengatakan hal itu Bianca segera membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju ke dalam toko buah. Namun langkahnya kembali terhenti tatkala matanya menangkap sosok pria yang saat ini tengah memilih buah di keranjang apel, sosok pria yang selama ini sangat dia rindukan.
Seketika kakinya terasa ragu untuk kembali melangkah. Hingga tangan seseorang berhasil menyadarkan semuanya.
"Lo kenapa berhenti di sini?" Tanya Zayn heran, namun Bianca tidak meresponnya, membuat Zayn segera mengikuti arah mata Bianca yang menatap ke arah sosok pria di dekat keranjang apel.
Zayn memutar kedua bola matanya dengan malas, dia meraih tangan kiri Bianca, menggandengnya untuk tetap masuk ke dalam sana. "Apa-apaan sih?" Teriak Bianca memberontak, namun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Zayn, membuat dirinya terpaksa mengikuti langkah Zayn untuk masuk ke dalam toko buah ini.
"Nggak perlu takut. Lo mau beli buah apa?" Tanya Zayn, namun mata Bianca masih setia menatap sosok pria yang kini berganti memilih buah anggur. "Ooh, lo mau beli anggur?" Melihat tatapan Bianca yang terus menerus menatap keranjang anggur, membuat Zayn menariknya untuk menuju ke sana, dan hal itu membuat Bianca sangat terkejut. "Zayn!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN✔ [END]
Teen Fiction[COMPLETE] Perhatian! Baca cerita High School Married dulu, baru baca cerita ini. Biar nyambung. 🚫Plagiathor diharap menjauh🚫 Rank 3 #Ceritaindonesia tgl 17 Juli 2020 Mengapa aku tidak rela melihat dia menjual dirinya untuk mendapatkan uang? Bahka...