🐧 Setunggal 🐧

2.8K 101 0
                                    



____________________

Hembusan angin sore menyertai langkahku disepanjang trotoar, menikmati indahnya senja dan para pedagang kaki lima yang telah bersiap disepanjang trotoar merupakan kebiasaanku setiap sore, menghirup udara segar dan menghibur diri terkadang memang perlu untuk menghilangkan kepeningan serta kesuntukan akibat masalah yang terjadi dikantor.

Sapaan hangat dari mpok Ati, salah satu pedagang kaki lima yang cukup aku kenal itu mampu membuat kakiku terhenti dan menyeretku untuk mampir sejenak kedalam tendanya.

"Sore mpok ati". Sapaku yang disambut hangat oleh mpok ati yang sedang menggulung mihun bercampur telur itu diwajan.

"Sore juga atuh den asep".

"Telur gulungnya mpok 5 ribu". Setelah memesan itu aku mengambil tempat duduk disamping mpok Ati yang sibuk membuat telur gulung sambil sesekali bercerita. Telur gulung ala mpok Ati ini merupakan satu satunya telur gulung ter enak yang ada disepanjang jalan trotoar ini, rasanya yang gurih mampu membuat lidah menjadi ketagihan, tidak heran juga jika banyak sekali pembeli atau pejalan kaki yang mampir ke tenda kecil ini, bahkan baru saja mpok Ati membuka tenda sudah banyak pembeli yang mengantre.

Saat aku tengah menikmati telur gulung milikku tiba tiba saja telingaku menangkap sebuah suara pertengkaran yang berasal dari seberang tenda mpok ati, langsung saja mataku mengikuti kemana arah suara itu dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sebuah kejadian yang membuatku sesak seketika, dimana seorang om om yang mungkin berusia sekitar 30 tahunan tengah memukul mukul dan mencaci maki seorang gadis yang sepertinya seusia denganku, sungguh aku tidak pernah bisa melihat seorang perempuan tersakiti seperti itu, om om itu memang tidak punya hati, pikirku.

"Mpok ati, aku kesana sebentar ya". Setelah itu aku segera melangkahkan kaki dari tenda mpok ati dan menuju ke arah 2 orang yang tengah bertengkar dan kini mereka telah dikerumuni oleh beberapa orang yang hanya ingin mengetahui bukan membantu.

"Om! Apa apaan ini? Kenapa om pukuli dia?". Aku menahan tangan om itu seketika saat tangannya yang mengepal hendak ia layangkan kewajah gadis yang saat ini berada dibelakangku, untung aku tepat waktu.

Mata elangnya yang menusuk tajam, wajahnya memerah karena emosi, tangannya mengepal, rambutnya acak acakan, ditambah kemejanya yang sudah keluar berantakan, penampilan yang sangat buruk menurutku.

"Ini bukan urusanmu!". Bentaknya sembari menunjukku menggunakan jari telunjuknya.

"Jelas ini menjadi urusan saya, karena om telah berlaku kasar dengan perempuan!".

"Kamu ga tau apa apa! Dia adalah jalang yang sudah saya bayar tetapi tidak mau melayani saya! Dan bahkan tidak mau mengembalikan uang saya!". Aku terkejut seketika, jalang? Jadi perempuan ini seorang jalang? Aku pun manatapnya seketika, pakaian kurang bahan yang hanya menutupi bagian dada dan membiarkan perutnya ter ekspos sempurna ditambah celana pendek yang hanya menutupi bagian setengah paha, ini memang pakaian khas seorang Bitch.

Aku menghela napas panjang "Baiklah, berapa nominal uangnya? biar saya yang mengganti semua uang om". Perempuan itu menatapku penuh tanda tanya tetapi aku hanya mengabaikannya dan beralih menatap om yang masih dengan tatapan mata elangnya.

"15 juta". Aku pun mengeluarkan kertas cek yang tersedia di dalam dompetku lalu menuliskan nominal uang yang disebut oleh om tadi beserta kelengkapannya lalu aku merobeknya dan memberikan secarik kertas berharga ini ketangan om itu.

"Ini om". Setelah menerimanya om itu menunjuk perempuan yang dibelakangku satu kali lagi lalu pergi meninggalkan kami tanpa mengucapkan terima kasih kepadaku.

GAVIN✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang