Setelah dua jam berputar mencari alamat rumah Zayn, akhirnya kini Gavin telah menemukannya. Dengan cepat Gavin langsung turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju rumah berlantai dua yang sederhana namun terkesan asri karena banyak pepohonan dan tumbuhan yang tertanam di sekitarnya.
"Maaf pak, Zayn nya ada?". Tanya Gavin pada seorang pak satpam yang sedang duduk sembari meminum secangkir kopi di pos dekat gerbang rumah Zayn, sontak pak satpam itu langsung berdiri dan menghampiri Gavin untuk menyambutnya dengan ramah.
"Ooh den Zayn ada didalam kok, aden ini temannya den Zayn?". Gavin mengangguk seraya tersenyum.
"Silahkan masuk den, biar saya panggilkan den Zayn nya". Lagi-lagi Gavin hanya mengangguk lalu berjalan masuk ke halaman rumah Zayn untuk menunggu pak satpam memanggil sang tuan rumah.
Seketika pandangan Gavin langsung menyapu sekitar halaman rumah Zayn yang hijau, aneka macam tumbuhan ada disini, bahkan udaranya pun terasa segar dan menenangkan jiwa, sesaat dia teringat akan rumah Asoka yang juga sama asrinya dengan rumah ini, sayangnya dia terlalu malu untuk datang kesana lagi, malu karena perbuatannya yang telah menyakiti hati orang tua Asoka.
Gavin menghela napas panjang.
"Ngapain lo kesini?". Tiba-tiba dia dikejutkan dengan pertanyaan itu, sontak dia langsung berbalik dan dia dapati Zayn yang kini telah berdiri dihadapannya.
"Gue gak berniat ngajak lo ribut, gue cuma mau tanya sesuatu".
"Tanya apaan?".
"Tentang Bianca". Dahi Zayn berkerut seketika, lalu dia menoleh ke kanan dan ke kiri, setelah memastikan keadaan aman, dia segera menarik lengan Gavin menuju samping rumahnya.
"Ikut gue". Gavin sama sekali tidak memberontak dan terus mengikuti langkah Zayn, sampai akhirnya ternyata Zayn membawa Gavin ke sebuah pohon besar disamping rumahnya yang diatasnya terdapat sebuah rumah pohon mini berwarna coklat.
"Naik". Pintanya, Gavin hanya menganggukkan kepalanya lalu mulai memanjat tangga dari tali ini agar bisa sampai di atas sana.
"Di dalem ada tamunya bokap, disini aja gak papa kan?". Tanya Zayn saat keduanya telah sampai di atas.
"Gak papa kok".
"Terus kedatangan lo kesini mau tanya soal apa?".
"Soal hubungan lo sama Bianca dan Keiza". Sontak Zayn langsung menatap Gavin tidak suka, mungkin sebenarnya dia malas untuk mengungkit hal itu lagi, namun sepertinya dia memang harus membuka suara untuk memperjelas semuanya, lagi pula hubungannya dengan Keiza sudah berakhir beberapa tahun yang lalu, sehingga sudah tidak ada rasa apapun yang tersisa saat ini.
"Keiza gak bersalah saat itu, yang salah gue". Gavin mengerinyitkan dahinya seketika, bukannya yang salah itu Bianca?
"Dulu gue cinta banget sama Keiza, tapi gue ngerasa sifat kita itu gak cocok dan gak bisa saling melengkapi, Keiza yang rajin belajar sampai gak ada waktu untuk gue, sedangkan gue hanya cowok berandalan yang terkadang cemburu sama buku yang di pegang Keiza".
"Terus lo nyakitin hati adek gue?". Potong Gavin cepat.
"Bentar dong ah, gue belum selesai cerita ini".
"Oke lanjutkan".
"Semakin lama adek lo itu semakin gak ada waktu untuk gue, akhirnya gue memutuskan untuk pergi, tapi dianya nolak, katanya dia gak bisa hidup tanpa gue, gue bilang terserah dong, tapi sekali gue bilang pergi gue akan tetap pergi walaupun dia masih gak rela gue pergi, dan malam itu saat gue baru saja mengakhiri hubungan gue sama Keiza, gue langsung pergi ke bar dan bertemu sama Bianca, saat itu dia lagi berantem sama om-om yang ada disana, katanya sih karena Bianca gak mau nglayanin dia tapi gak mau balikin uangnya, murahan banget emang tuh orang".
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN✔ [END]
Teen Fiction[COMPLETE] Perhatian! Baca cerita High School Married dulu, baru baca cerita ini. Biar nyambung. 🚫Plagiathor diharap menjauh🚫 Rank 3 #Ceritaindonesia tgl 17 Juli 2020 Mengapa aku tidak rela melihat dia menjual dirinya untuk mendapatkan uang? Bahka...