🐧 Sedasa 🐧

643 35 2
                                    

"What?? Seriously? Bunda mau jodohin Kakak sama anaknya tante Andin?!". Kalian tau siapa pemilik mulut tidak sopan ini? Ya siapa lagi kalau bukan adik kembarku, dia pulang pagi tadi dengan suasana yang tidak enak, ada sedikit masalah tentang kami sehingga menyebabkan dia marah kepadaku, namun setelah aku jelaskan tadi akhirnya dia memaafkanku, ya yang namanya kembar pasti hatinya itu satu, kita gak bisa saling jauh dan terus bermarah-marahan.

"Iya Kei".

"Terus Kakak menerimanya dengan mudah?".

"Yah gimana lagi, Kakak terpaksa, seperti yang Kakak ceritain tadi, tante Andin menderita leukimia".

"Untungnya bukan Kei yang dijodohin".

"Kamu ini ya Kakaknya lagi sedih, kamu malah bersyukur".

"Hmm, yadeh maap".

Aku hanya memutar bola mata malas, sudah biasa dengan sifat Kei yang seperti ini, sebel sih pasti sebel, tapi mau gimana lagi? Orang sayang, baru saja aku hendak bercerita kembali dengannya tiba-tiba ponselku berdering menandakan panggilan masuk, dan ketika aku melihat layar ponsel ternyata itu adalah panggilan dari Farel.

"Hallo Rel?".

"Lo kemana aja sih? Kemaren lo yang minta buat kerja sama dengan perusahaan pendistribusian Shirenca, tapi sekarang lo gak masuk ke kantor, gimana sih? Ini asistennya udah nungguin lo lebih dari satu jam loh Vin". Seketika aku langsung menjauhkan ponselku dari telingaku saat mendengar celotehan-celotehan dari Farel yang membuat telingaku berdengung, dasar tidak punya sopan santun!

"Iya-iya gue ke sana sekarang!".

Tut!

Aku menghembuskan napas kesal lalu bangkit dari ranjang Keiza untuk keluar dari kamarnya.

"Kak, mau kemana?". Tanya Keiza

"Ke kantor". Balasku tanpa menatapnya, terdengar dia mulai menggerutu tidak jelas namun aku hanya mengabaikannya dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

Awalnya Bunda bersikeras melarangku untuk pergi ke kantor karena aku perlu beristirahat untuk acara pertunangan besok, namun dengan satu ancamanku yang bisa membatalkan semuanya membuat Bunda takut dan akhirnya mengijinkanku untuk pergi semauku, maafkan anakmu Bunda, karena mungkin ini adalah yang terbaik.

Sesampainya dikantor, bahkan baru saja aku keluar dari dalam mobil terlihat Farel dari dalam kantor berlari tergesa-gesa menghampiriku dengan raut wajah kepanikan, aku hanya menghembuskan napasku ketika melihat tingkahnya, tidak bisa kah dia menghadapi klien dengan santai dan tidak perlu tergesa-gesa? Kebiasaan!

"Parah lo Vin! Klien lo nungguin lo dari tadi tau! Untung dia-".

"Ya aku tau". Potongku cepat lalu mulai melangkahkan kakiku melewati Farel untuk menuju ke dalam kantor, sedangkan Farel dia hanya menggelengkan kepalanya saat melihat sikapku yang menurutnya terlalu santai.

"Siang pak". Sapaku ketika sampai diruang tamu perusahaan Zeroun corp, terlihat seorang laki-laki yang sepertinya berumur 30-an langsung berdiri dan menyambutku dengan penuh kehormatan.

"Siang juga Mr. Gavin".

"Maaf kalau saya telat".

"Tidak apa-apa sir, rasa penat saya tidak akan pernah terasa kalau menunggu Mr. Gavin, tuan terhormat yang sangat berbakat didunia bisnis, saya senang bisa bekerja sama denganmu sir". Bagiku ucapannya itu sangat berlebihan bukan? Aku tau jika dalam hatinya sudah bergemuruh dengan macam-macam gerutuan akibat terlalu lama menungguku, aku pun tersenyum miring sembari membaca dokumen-dokumen baru yang dia sediakan dari perusahaannya.

GAVIN✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang