🐧 Tigo Likur 🐧

458 29 3
                                    

"Ngapain lo kesini lagi?".

"Gue cuma mau minta maaf Bi, gue sudah dengar cerita yang sebenarnya dari Zayn". Bianca bangkit seketika. Dia masih menatap Gavin dengan tatapan yang penuh kecewa.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun Bianca langsung melangkahkan kaki hendak pergi dari hadapan Gavin, namun dengan cepat Gavin langsung mencekal lengan tangannya.

"Bi, gue mohon! Kasih gue kesempatan".

"Jangan paksain diri lo Vin! Jangan kasihani gue! Kalau emang hati lo sudah gak percaya lagi sama gue, buat apa lo datang kesini lagi?".

"Gue sudah dengar cerita aslinya dari Zayn Bi, lo gak bersalah, begitupun adek gue, itu semua hanyalah kejadian yang tidak disengaja, karena Zayn dalam keadaan setengah sadar". Bianca tampak tersenyum pahit mendengarnya, ditelinganya masih saja terngiang ucapan Gavin pagi lalu, sangat menyakitkan.

"Gue tahu gue salah Bi, maafin ucapan gue tadi pagi, gue sudah salah nilai lo Bi".

"Gak usah minta maaf, lo benar nilai gue, gue emang murahan!". Sekali lagi Gavin mencekal lengan Bianca.

"Maafin gue sudah nuduh lo tanpa bukti, tolong! Kasih gue kesempatan buat jadi teman dekat lo lagi". Bianca tampak menampilkan smirknya.

"Teman? Lo yakin masih mau jadi teman gue? Udah deh! Lo itu sama aja kayak semua orang! Gak usah pura-pura baik! Gue gak perlu dikasihani".

"Bi, gue serius minta maaf, gue tulus jadi teman lo! Gue gak ada niatan apa-apa, gue cuma merasa nyaman didekat lo, itu aja!". Bianca tampak menatap tepat dimanik mata Gavin, mencoba mencari kebohongan disana. Namun nihil, dia hanya dapat melihat ketulusan disana. Apakah Gavin benar-benar tulus?

"Lo sudah menyimpulkan kalau gue itu cewek gak bener, jadi buat apa lo berteman sama gue lagi? Gue gak pantas jadi teman lo, lebih baik lo cari teman yang jauh lebih pantas buat lo, bukan cewek jalang kayak gue". Satu bulir air mata menetes dipipi Bianca. Sejujurnya, dia juga merasa sangat nyaman jika berada didekat Gavin, namun apakah semuanya akan berakhir? Apakah pertemanan mereka akan berakhir?

"Enggak Bi! Lo adalah satu-satunya teman yang terbaik buat gue!". Hati Gavin tersentuh seketika saat melihat air mata Bianca yang menetes. Dia semakin merasa bersalah atas perilakunya tadi pagi yang sepertinya sangat menyakiti hati Bianca.

Perlahan Gavin pun menarik lengan Bianca agar mendekat ke arahnya, lalu dihapusnya air mata Bianca, dan direngkuhnya tubuh Bianca ke pelukannya untuk memberikan sebuah ketenangan.

"Gue gak bisa ngontrol ucapan gue tadi pagi karena emosi Bi, gue mohon, maafin gue". Ucap Gavin tulus seraya membelai lembut rambut Bianca, membuat Bianca langsung menghapus air matanya dan melepaskan pelukan Gavin.

"Gue maafin lo". Ucap Bianca yang masih menunduk.

"Serius?". Bianca hanya mengangguk.

"Makasih Bi, gue janji, gue gak akan kecewain lo lagi".

"Jangan ucapin janji Vin, cukup dijalani saja kedepannya. Yasudah, sekarang lo pulang aja, gue lagi pengen sendiri". Setelah mengucapkan hal itu Bianca langsung berbalik dan berjalan maju menuju ke dalam rumah.

"Tapi Bi--". Namun sudah terlanjur, Bianca telah menghilang dibalik pintu, membuat Gavin menghela napas panjang. Lalu dia mulai berbalik dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya untuk pergi ke kantor.

○○○

Malam hari dengan langit yang cukup cerah. Gavin yakin saat ini Keiza tengah berada di rooftop untuk menikmati pemandangan bintang yang bertaburan dilangit. Dengan keyakinan yang cukup penuh untuk berdamai dengan adiknya, perlahan Gavin pun naik ke tangga untuk menemui adik kembarnya di rooftop.

GAVIN✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang