25. Masa Lalu Arisha

736 92 25
                                    

25. Masa Lalu Arisha

***

Udah akhir tahun aja, nih.

Coba sebutin harapan kamu buat tahun 2021=>

***

Aku selalu tersenyum ketika memandangmu, tetapi kau malah memberikan senyummu pada orang lain. Waktu berlalu begitu cepat. Kini kau telah berada di tempat yang jauh lebih baik. Berada di sisi-Nya dan berkumpul kembali bersama keluargamu. Tanpa harus menderita.
–Daniel

-------

Mereka berdua kini sudah berada di pulau pribadi milik keluarga Handira. Langsung terbang kemari dengan helikopter pribadi milik Daniel secepatnya karena dia sudah tidak sabar.

"Lo yakin disini tempatnya?" tanya Daniel pada Elina yang berjalan di sampingnya.

Elina mengangguk. "Di mimpi gue, tempatnya disini pas gue nemuin kalungnya."

"Tapi, ini kan pantai," sangkal Daniel pelan. Matanya berkeliaran memandang sekitar. Hanya pantai kosong, tempatnya terakhir kali bertatap dengan Arisha.

"Kak bentar, deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak bentar, deh. Gue ngantuk, nih." Elina memegang lengan Daniel dan langsung merosot ke bawah. Membuat Daniel menoleh panik seketika.

Daniel sesekali menepuk pipi Elina dan memanggil namanya. Dia sudah panik sekarang, siapa yang tahu kalau misalnya gadis itu pingsan? Tak ada dokter di sini. Dan dia hanya membawa dua bodyguard saja yang tetap berjaga di helikopter sana.

Sepertinya sia-sia. Daniel akhirnya menghentikan aksinya untuk membangunkan Elina yang terlelap. Dia duduk berselonjor di samping Elina yang terlelap dengan menopang ke badannya.

Tak lama kemudian Elina membuka matanya. Perempuan dengan rambut panjangnya itu menjerit heboh seakan menemukan sesuatu.

Daniel yang ikutan tertidur jadi harus membuka matanya karena kaget.

"Kak Daniel, Kakak tau gak, sih?" Elina bahkan sampai melompat-lompat dengan raut yang terlihat bahagia, "Arisha ada disini!"

Raut Daniel berubah. Dia terkejut mendengarnya. "Lo bilang apa?" tanyanya pelan. Mungkin saja telinganya yang salah mendengar.

Elina menganggukkan kepala antusias. "Iya, Kak. Arisha ada disini." Tangan Elina bergerak menyentuh dadanya. Dia tersenyum pada Daniel yang hanya tertegun menatapnya.

Elina memutar tubuhnya, menghadap pantai biru yang indah. "Kita bisa menghanyutkan kalungnya disini," ucap Elina. Pandangan matanya melembut, "karena disini, Arisha pergi."

Daniel masih tertegun. Tak beranjak dari posisinya sedikitpun. Sampai Elina kembali berputar menghadapnya dengan menunjukkan senyuman manisnya.

"Kak Daniel mau, kan, kalau Arisha pulang? Dia udah menderita karena gak bisa pulang, ini satu-satunya kesempatan dia buat bisa pulang," jelas Elina lirih.

Hening sesaat. Hanya suara deburan ombak yang terdengar. Angin kencang berhembus menerbangkan rambut gadis di hadapannya yang masih menatapnya lekat.

Daniel mengerjapkan matanya. Ia menganggukkan kepalanya pelan, seakan terhipnotis begitu saja. Tangannya masuk ke dalam saku celana, mengeluarkan sebuah kotak beludru kecil yang langsung dia buka untuk mengambil kalung yang tersimpan di dalamnya dan mengulurkannya pada Elina.

"Biar lebih enak, Kakak aja yang ngelakuin. Karena bisa aja Arisha masih disini juga karena ada orang yang gak mau menerima kepergiannya."

Daniel menurut. Melangkah mendekati air yang tengah berombak ke arahnya. Sampai ke air yang dirasa sudah cukup dalam, Daniel memejamkan mata sebentar, mengucap harapannya kemudian berjongkok untuk menghanyutkan kalung pemberiannya.

Elina menatap punggung Daniel dengan senyuman lega. Mungkin, Arisha bisa pulang sekarang.

Arisha melayang, menatap Daniel jauh di depan. Ia ingin menangis saat sebuah memori menyelinap masuk ke dalam otaknya.

Arisha menitikkan air matanya, tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Pemuda itu, Arisha menyia-nyiakannya hanya dengan memilih menyukai Mirza daripadanya. Arisha menyesal sekarang.

Flashback

Arisha hanya pegawai biasa di sebuah toko perhiasan terbesar milik keluarga temannya. Dia yang hanya seorang gadis biasa bertemu dengan Daniel dan berteman. Berlanjut dengan berkenalan dengan Mirza yang telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali jumpa.

Arisha tak punya keluarga. Dia hidup sebatang kara setelah ibunya menghembuskan napas terakhirnya lima tahun yang lalu, saat ia menginjak usia 12 tahun. Sejak saat itu dia dituntut dewasa oleh keadaan.

Kemalangan terjadi padanya sejak nyonya Handira melihat kalung yang tergantung manis menghias lehernya. Nyonya Handira langsung memecatnya tanpa pikir panjang, karena mengira dia telah mencuri kalung di sana.

Mirza datang untuk menghiburnya, membawanya berlibur ke pulau pribadinya bertiga. Tidak. Jangan lupakan beberapa bodyguard yang terus mengawasi tuannya.

Sore itu, Arisha ingin sekali menaiki speedboat sendirian. Dia memanggil Daniel untuk mendekat, menitipkan kalung pemberian pemuda bergigi kelinci itu sebagai hadiah ulang tahun untuknya beberapa hari lalu. Itu benda berharga yang dia punya selain ibunya, Arisha tak mau dia menghilang.

"Lo gak bisa berenang, Arisha." Daniel mengatakannya dengan raut khawatir. Arisha tak bisa berenang, itu akan sangat berbahaya untuknya terlebih lagi dia perempuan.

Arisha menggeleng pelan, memberikan senyuman manisnya untuk meyakinkan Daniel. "Gue gak apa, kok. Simpen aja kalungnya, gue takut dia hilang."

Setelahnya Arisha berjalan menuju seseorang yang sudah menyiapkan speedboat untuknya. Daniel hanya menatapnya sebentar, kemudian kembali ke penginapan setelah Mirza meneleponnya untuk datang.

Arisha tertawa lebar di atas speedboat. Angin yang berhembus kencang menerbangkan helaian rambut panjangnya. Air juga menciprat ke arahnya. Dia merasa senang dan melupakan masalahnya sejenak.

Arisha memelankan laju speedboat nya saat ada sebuah kapal pesiar mewah di sebelahnya. Dia menengok ke belakang dan agak terkejut saat pantai tak lagi kelihatan, dia bermain terlalu jauh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perempuan manis itu memutar speedboat miliknya, berniat untuk segera kembali sebelum Daniel dan Mirza mencarinya.

Tapi, sesuatu menghantamnya keras. Arisha kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dia tak bisa berenang! Jaket pelampung ini tak mampu membantunya.

Disusul dengan sebuah ledakan besar. Arisha memejamkan matanya.

Flashback off



***

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang