9. Hanya Mimpi

991 141 61
                                    

9. Hanya Mimpi


***

Masih kuat buat baca, kan??


--------

Ini menyiksaku dan membuatku hancur. Kau tahu apa itu? Terbangun setelah memimpikan takdir buruk seseorang.
–Elina

-------



Elina terbangun. Napasnya memburu. Matanya melirik sebuah jam beker hello kitty pink yang berdiri manis di atas meja samping kasurnya yang jarumnya menunjuk pada angka 12 dan 2. Tangannya bergerak menghapus peluh di dahinya. Padahal malam ini sangat dingin, tapi dia malah berkeringat.

Meong

Elina tersentak saat Milo mengeong. Bibirnya mengukir senyum tipis saat Milo mendekat padanya. Tapi, Elina melihat sesuatu yang lain.

Si penjaga dan kudanya itu benar-benar nyata. Elina masih melihat dinding pink nya yang menampakkan bayang-bayang dari si penjaga tadi.

Lampu kamarnya tidak pernah mati saat ia tidur semenjak kejadian itu. Membuatnya bisa melihat bayangan kuda tanpa kepala dengan jelas mengelilingi dinding kamarnya yang kecil.

Meong

"Milo, aku takut." Elina meraih Milo ke dalam pelukan. Menyalurkan rasa takutnya, berharap semoga Milo mengerti.

Bayangan itu masih ada. Berlari pelan mengelilingi dinding kamar. Membuat Elina memejamkan matanya rapat-rapat karena rasa takut yang mendera.

Meong

"Milo, aku mau tidur." Elina membalikkan badan. Menarik selimutnya dan tidur membelakangi Milo. Mencoba memejamkan mata, tapi Elina malah semakin kepikiran.

Membuka selimutnya dengan kasar dan menarik napas sebanyak-banyaknya, Elina melirik dinding kamarnya. Ia tersentak dan duduk, kaget menatap dindingnya yang kembali normal.

Tak ada apapun disana. Hanya dinding bercat pink muda yang polos tak berhiaskan apa-apa.

"Milo, mereka udah pergi?" bisik Elina pelan. Ia masih tak percaya kalau si penjaga dan kudanya telah pergi.

Elina menyingkirkan selimutnya, menurunkan kakinya. Melangkah pelan menuju dinding terdekat. Tangannya menyentuh dinding yang terasa dingin itu.

"Beneran gak ada?"

Kakinya melangkah menuju sisi dinding yang lain. Melakukan hal serupa. Hanya rasa dingin yang dia rasakan. Seakan-akan si penjaga dan kudanya tadi hanyalah imajinasinya saja.

"Itu tadi asli atau cuma mimpi?"

Meong

Elina mengerjap. Baru teringat kalau besok ia masih harus sekolah. Berjalan tergesa-gesa menuju kasurnya dan mulai memejamkan mata dengan Milo yang ikut meringkuk di sampingnya.

Satu jam berlalu. Elina mengedipkan matanya, kembali melihat jam beker di atas meja. Sudah jam 1.

Dalam hati ia menghitung anak domba. Kembali memejamkan matanya. Berharap bisa segera tidur agar nanti tidak kesiangan.

Tapi, lagi-lagi matanya terbuka sempurna. Seakan tidak mau untuk tidur. Menghela napas berat, akhirnya Elina memutuskan untuk mengambil sebuah buku pelajaran secara acak. Berharap dengan membacanya ia bisa merasakan kantuk dan berakhir tertidur.

***

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang