13. Curhat

911 119 35
                                    

13. Curhat

--------

Saat ini Elina berada di Banana Cafe bersama dengan beberapa teman kelasnya. Mereka segera memesan makanan dan memilih tempat duduk di sofa pojok lantai dua karena isinya yang banyak.

Elina duduk di single sofa lalu memeluk bantal dengan erat. Merengek-rengek tak jelas. Membuat yang lain mengernyit bingung.

"Lo kenapa, sih?" tanya Sellindra.

Elina mengerucutkan bibirnya. Membuka mulut ingin berbicara tapi segera mengatupkannya lagi. Bingung ingin memulai dari mana.

 Bingung ingin memulai dari mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meisie mengangkat satu alisnya. "Ada hantu yang gangguin lo?"

Wah. Tepat sasaran. Meisie juga indigo, atau mungkin tidak. Dia hanya bisa merasakannya saja dan sering mendapat penglihatan dalam mimpi, sekaligus dia bisa membaca pikiran orang lain.

Elina hanya mengangguk tak bersemangat.

Febrina mendekat. "Emang kenapa sih, Mah? Itu sering muncul, ya? Terus bikin lo jantungan sampai gak tahan gitu?"

Elina melotot ke arah Febrina. Lalu berdecak sebal. "Masa tadi pas mau ke kamar dia ada di kamar gue! Mana dia tuh bentuknya serem banget!"

Febrina memekik kaget. Sellindra menepuk dahinya. Meisie tetap stay cool. Sedangkan Joe dan Dea mengerjapkan matanya karena tak paham.

"Heh, Mamah! Seriusan dia udah berani masuk ke kamar?" Febrina terlihat frustrasi. Dia paling takut dengan hantu, apalagi memiliki teman seperti Elina yang bisa melihat mereka awalnya membuatnya terkejut dan menjauh. Tapi, ada yang kurang saat dia menjauh dari Elina.

Elina mengerucutkan bibirnya. "Terus gue harus gimana? Kalau muncul di kamar mandi, kan, gak lucu! Milo gak mungkin ikut mandi bareng gue."

"Coba lo taruh bawang di kamar, siapa tau dia gak berani masuk lagi," usul Sellindra sambil menatap Elina serius.

Meisie menggelengkan kepalanya. Tangannya bersedekap di dada dan menatap Elina tepat. "Mereka gak bakal muncul kalau gak ada sesuatu. Atau jangan-jangan lo bikin masalah sama dia, ya?"

Elina melotot pada Meisie yang menuduhnya begitu saja. "Enak bener itu mulut kalau ngomong, berdiri sebelahan aja gue takut apalagi bikin masalah sama dia?!"

Joe meminum milkshakenya lalu bertanya, "Emang dia sering banget muncul, ya?"

Elina menghembuskan napas berat. Menahan emosi karena Joe yang memang sangat lambat untuk mencerna selain pelajaran.

"Lo kemana aja, Joe? Dari tadi kita disini ya bicarain itu!" Dea menyela sambil menoyor kepala Joe pelan karena kebetulan Joe duduk di sebelahnya.

Joe hanya ber-oh ria. Meletakkan tangannya di atas meja untuk menopang dagunya, memperhatikan Elina dengan serius.

Elina menjentikkan jarinya saat teringat sesuatu tadi. "Gue lupa. Tadi gue bilang ke kak Mirza kalau gue indigo!" serunya heboh.

"Apa?!" Febrina sampai menyemburkan milkshake nya. Tangannya bergerak mengambil tissue dengan cepat.

"Jorok banget lo!" Sellindra menggeser duduknya agar berjauhan.

"Gimana ini?" Elina memegang kepalanya, merasa frustrasi.

"Lo, sih! Ngapain pake bilang segala?" tanya Dea nyolot.

Elina menggelengkan kepalanya pelan. "Dia nyuruh gue jujur, sih. Gue, kan, anak baik."

"Samperin aja besok ke kelasnya," sahut Joe enteng.

Elina melotot ke arahnya. "Heh! Dimana-mana yang nyamperin tuh cowoknya bukan cewek! Lagian ntar hilang, dong, kekaleman gue."

Elina sudah bersiap akan melempar bantal ke Joe tapi segera dihalangi Sellindra yang berada di sebelahnya. "Woah. Kalem dong, El. Mana nih yang katanya Elina anak seangkatan yang paling kalem?"

Elina memasang ekspresi ketusnya. "Joe, tuh."

Sedangkan Joe menatap Elina penuh tanya. "Kok jadi gue? Gue, kan, cuma ngasih saran," kilahnya.

"Udah-udah. Jangan ribut, ini tempat umum." Dea mencoba melerai. Dia adalah yang paling dewasa di antara mereka berlima.

Meisie dengan santai meminum habis jus alpukat miliknya. Lalu melihat jam tangannya. Elina tertegun sebentar, itu mengingatkannya pada kebiasaan Mirza saat sedang bersamanya akhir-akhir ini.

"Udah malem, yuk, balik?" Lantas Meisie berdiri lalu berjalan menuju pintu tangga. Yang lain mengikutinya dengan diam. Aura Meisie memang seperti macan betina yang bisa meledak kapan saja. Jadi, lebih baik langsung ikuti saja daripada terkena masalah.

***

Nanya dong:(

Gimana sih rasanya punya frenemy gitu???

I need saran T_T

Mari berjuang menuju 700 pembaca (。>﹏<。)

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang