16. Dia Muncul

828 110 52
                                    

16. Dia Muncul

***

Jangan lupa makan sebelum baca, karena baca juga butuh tenaga heheh

--------

"Elina!"

Mata Elina terus menatap sosok yang tengah berlarian di lapangan basket. Itu, Mirza. Kakak kelasnya yang sudah beberapa hari terakhir menjauh darinya.

Rocky yang duduk di belakang Elina menepuk bahunya agak keras.

"Eh ayam, ayam!" Elina latah kaget. Ia memutar tubuhnya ke belakang dan menatap Rocky tajam.

"Elina!"

"Ah, iya Miss?" Elina langsung menghadap ke depan begitu miss Sania memanggil namanya. Ia menelan ludahnya gugup karena barusan latah, pasti miss Sania akan menghukumnya.

"Ini kelas saya dan kamu berani tidak memperhatikan penjelasan saya."

Elina menelan ludahnya. Kalau begini tamat sudah riwayatnya.

"Silahkan keluar dari kelas saya untuk hari ini. Saya harap kamu merenungkan kesalahan kamu." Miss Sania menunjuk pintu keluar, mengisyaratkan agar Elina segera keluar dari kelasnya.

Tak sengaja buku paket tebal milik Elina terjatuh membuat bunyi berdebat yang keras. Miss Sania sampai kembali menoleh padanya.

"Kamu tidak terima saya mengeluarkan kamu dari kelas?"

Elina meringis. Kepalanya menggeleng pelan. Berjalan keluar setelah berhasil membereskan bukunya.

Dalam hati ingin melangkah ke lapangan basket, tapi nanti pasti akan ketahuan oleh miss Sania. Guru kimia itu punya banyak mata dimana-mana.

Menghembuskan napas dalam-dalam Elina melangkah ke perpustakaan. Tempat teraman yang bisa ia tiduri selain UKS.

Ia menutup pintu perpustakaan pelan. Matanya bergerak menatap sekeliling dengan hati-hati.

Perpustakaan siang ini sepi. Bahkan petugas perpustakaan yang biasanya duduk di balik meja juga tidak ada.
Elina bersorak dalam hati. Ia bisa tidur dengan nyenyak kalau tidak ada siapa-siapa sekarang.

Tapi, pikirannya berkata lain. Kakinya melangkah menyusuri setiap rak-rak tinggi di perpustakaan yang penuh dengan buku. Membaca sekilas judul-judul yang tertera.

Elina menarik sebuah buku bersampul hitam yang terlihat usang. Terlihat sangat kuno dan berdebu. Elina sampai harus menutup hidungnya agar tidak bersin.

"Kok kosong?" gumamnya pelan saat kertas-kertas kuning yang dia buka kosong. Tak ada tulisan apapun disana. Membuatnya terheran-heran.

Pat!

Elina menjatuhkan bukunya karena kaget. Lampu perpustakaan yang menyala terang, padam. Ruangan itu gelap gulita. Entah bagaimana bisa cahaya di luar sana tak bisa masuk ke dalam. Ia meraba-raba sekitar, merapatkan dirinya pada rak buku yang menjulang dengan perasaan takut.

Elina menoleh ke samping saat bau amis bercampur busuk memenuhi indra penciumannya.

Tampak sosok hantu dengan rambut panjang yang berlumuran darah berdiri dengan senyumannya yang mengerikan. Bibirnya tersenyum terlalu lebar hingga sampai ke telinga. Darah menetes ke lantai keramik dengan belatung yang keluar dari mulutnya.

Elina menutup mulutnya dengan tangan, ia merasa mual.

Hantu itu mendekat pada Elina. Menatap mata Elina tepat. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum lebar hingga membuat banyak darah menetes ke lantai.

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang