14. Penasaran
***
Yuhuuu selamat hari minggu!
Hari Minggu, kalian mau ngapain aja, nih??
--------
Sedari tadi Mirza memang sudah berada di Banana cafe. Duduk di sofa lantai dua bersama Daniel, sahabatnya. Ia sudah akan beranjak sebelum matanya menangkap Elina yang masuk dengan lima gadis lainnya.
Mirza mengurungkan niatnya untuk pulang. Ia menyandarkan punggungnya pada sofa dan memanggil pelayan untuk memesan. Tak jadi pulang.
"Lo kenapa, sih?" seorang gadis dengan rambut gelombang yang diikat satu membuka obrolan. Mirza mendengarkan sambil berpura-pura meminum kopinya.
"Ada hantu yang gangguin lo?"
Mirza tersedak kopinya.
"Itu kopi juga gak bakalan lari, santai aja kali minumnya, Za," sahut Daniel, temannya itu yang sedang mengisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya pelan dengan mata terpejam.
Mirza hanya mendelik. Tak berniat menyahut. Meletakkan gelas kopinya yang baru ia minum sedikit ke atas meja dengan agak kasar sampai menimbulkan bunyi.
"Pms, lo?"
Mirza mengumpat.
"Mereka gak bakal muncul kalau gak ada sesuatu. Atau jangan-jangan lo bikin masalah sama dia, ya?"
Mendengarnya membuat Mirza jadi berpikir. Tadi, Elina juga bilang kalau ada yang mengikutinya. Tapi, ia merasa kalau tak pernah berbuat aneh-aneh, jadi mana mungkin ada yang mengikutinya.
Mirza menoleh pada Daniel yang sedang mematikan rokoknya. "Niel, gue pernah bikin masalah, gak?" tanyanya.
Pemuda bergigi kelinci itu mengernyit sebentar. "Banyak. Lo baru keluar dari bk tadi," jawab Daniel dengan mata memicing menatap Mirza.
"Bukan yang itu!" Mirza berdecak.
"Yang mana? Masalah lo banyak, masalah hidup misalnya," sahut Daniel asal. Pemuda jangkung itu bangkit, sedikit merapikan jaketnya yang kusut, "ayo balik!"
Mau tak mau Mirza mengikutinya meski terus menggerutu kesal. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Matanya melirik sekilas saat melewati sofa tempat Elina berada. Perempuan itu tengah asyik mengobrol dengan keempat temannya.
"Tapi gue serius, Niel, waktu nanya gue pernah bikin masalah apa enggak," bisik Mirza saat keduanya menuruni tangga.
Daniel melirik lewat bahu lebarnya. "Ada apaan, sih?"
Mirza mengulum bibirnya, dalam hatinya sedang berperang ingin memberi tahu Daniel atau tidak.
"Gue deketin cewek, tapi dia bilang kalau ada yang ngikutin gue terus. Lo tau, kan, gue paling anti sama yang namanya hantu," tutur Mirza pada akhirnya.
Daniel mengangguk-anggukan kepala. "Anaknya gimana? Cantik, gak? Eh, gak mungkin kalau dia jelek Mirza masih mau deketin."
Mirza menoyor kepalanya kesal, membuat pemuda bergigi kelinci yang berjalan di depannya mengaduh kesakitan.
"Masalahnya tuh gue gak bikin masalah apapun dan katanya dia ngikutin gue terus," seru Mirza. Ia merasa miris saat tahu kalau ada hantu yang mengikutinya meski sebelumnya ia tak merasa pernah membuat masalah.
"Anggap aja lo gak pernah denger itu dari dia," sahut Daniel santai. Pemuda itu melemparkan kunci mobilnya pada Mirza yang ditangkap dengan baik.
Mirza mengumpat. "Tau gini, gue pergi sama sopir aja tadi."
***Yuhuuu Riz apdet!
Jangan lupa tekan bintang kalau suka<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Wings ✓
Fiksi Remaja❝Aku suka sama Kakak!❞ Elina takut hantu. Tapi gara-gara pelajaran olahraga dia jadi bisa ngelihat mereka. Masalahnya Elina suka sama kakak kelas. Dan gara-gara kemampuannya itu dia jadi tahu fakta tentang kakak kelas yang disukainya. Ig : @quiriezt...