5. Berbeda

1.6K 232 188
                                    

5. Berbeda

***

Jam berapa kamu baca part ini??


***


Kenalan yukss (〃∀〃)ゞ

Aku Riz anak Malang, kalau kamu??

-------

Elina mendengus kesal, menatap jalanan yang ramai dengan jengah. Sudah setengah jam dia menunggu, tapi kakaknya itu tak kunjung menjemputnya. Mengirim pesan pun tidak.

Elina menghembuskan napas berat. Kakinya bergerak tak tentu di bawah. Tangannya memegang tali tas yang menggantung di kedua sisi. Tatapannya terfokus ke depan, takut melihat ke arah lain.

Dengan tak sabaran Elina mengambil hapenya. Kembali mengirim pesan pada sang kakak.

Elina : kak?

Elina : gue udah nunggu lama

Elina : lo dimana sih?

Setelahnya Elina kembali memasukkan hape ke dalam saku roknya. Menyandarkan punggungnya di kursi halte yang tengah sepi itu.

Tentu saja sepi, karena yang lain pasti sudah pulang. Apalagi sekarang sudah hampir petang. Elina mengikuti ekstrakurikuler dulu tadi, membuatnya pulang terlambat dan berakhir menunggu sang kakak.

Kak Erza : El, kakak masih belum kelar

Kak Erza : tunggu bentar ya

Mendengus kesal Elina bangkit. Berniat melihat jadwal kedatangan bus selanjutnya.

"Elina!"

Elina berbalik, mendapati seorang laki-laki berkacamata yang tengah melambai padanya di balik kaca mobil.

Elina mengernyitkan dahi. Merasa tak punya teman yang punya mobil merah menyala seperti itu.

Laki-laki itu melepas kacamata hitamnya, tersenyum manis pada Elina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu melepas kacamata hitamnya, tersenyum manis pada Elina. "Masih belum pulang?"

Sejenak Elina terpesona. Mirza si kakak kelas yang kalem dan murah senyum itu menyapanya.

"Helo." Mirza kembali melambaikan tangannya. Merasa aneh pada Elina karena malah melamun, bukannya menjawab pertanyaannya.

"Iya, kenapa, kak?"

Mirza mengernyit, tapi kembali mengulangi pertanyaannya tadi.

"Belum lah, kan, aku masih disini. Kalo udah di rumah berarti aku udah pulang," jawab Elina disertai tawa pelan yang terdengar manis.

"Bareng gue aja, yuk?" tawar Mirza, "lumayan lah, hemat ongkos naik bus."

Elina terdiam sebentar, kemudian mengambil hapenya dan mengirim pesan pada kakaknya.

Elina : kak, gue pulang bareng temen.

Elina tersenyum, berjalan dengan riang menuju mobil Mirza. Tapi senyumnya pudar saat matanya menangkap sesuatu yang tengah memperhatikannya dari atap mobil.

"Kenapa, El?" tanya Mirza saat Elina tak kunjung masuk. Alisnya mengerut, menatap Elina heran.

Elina menggeleng pelan. "Gak apa-apa, kok," jawabnya. Perempuan itu duduk di kursi sebelah Mirza, karena mobil itu memang hanya muat untuk dua orang saja.

Dalam hati Elina sudah terkagum-kagum. Dilihat dari mobilnya yang khusus untuk dua orang saja, Elina bisa menebak kalau Mirza adalah anak dari orang terpandang.

"Rumah lo dimana?"

Elina mengerjap. Berdeham pelan untuk mengurangi kegugupannya. Kemudian menunjukkan arah menuju rumahnya.

Sore itu, Elina merasa senang. Tertawa keras karena lelucon garing yang dilontarkan Mirza, mengobrol seputar masalah kesehatan dengannya, dan yang terpenting, bersama Mirza dia mampu melupakan keberadaan sosok seram dalam mobil kakak kelasnya itu.

***







Btw itu gambarnya Riz gambar sendiri yaa jangan dicuri karena nggambarnya butuh tenaga heheh (↑ω↑)

Mari berjuang menuju 200 pembaca<3

Jangan lupa vote dan komentarnya Ψ(≧ω≦)Ψ
Quiriezt

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang