15

545 58 16
                                    

Matahari yang semakin naik untuk menemani kawanan awan-awan membuat Felix membuka matanya. Saat ia tersadar, ia sudah berada di kasurnya sendiri. Padahal ia ingat kalau semalam ia ketiduran di ruang TV sambil bersandar di tubuh Changbin. Ah, benar. Jangan-jangan Changbin lah yang sudah membawanya kemari. Temannya itu memang kadang sulit ditebak. Bisa menjadi begitu cuek dan dingin, tapi juga bisa menjadi begitu hangat dan sangat perhatian.

'Aku harus bilang terimakasih dulu, nih.'

Entah kenapa dengan menghabiskan waktu bersama Changbin semalam membuat perasaan dan pikirannya menjadi lebih baik. Sepertinya ia memang sedang butuh teman untuk berbagi cerita.

Ia turun dari kasur dan beranjak keluar kamar untuk menuju ke ruang makan. Benar saja, acara sarapan rupanya sudah dimulai karena ia memang bangun kesiangan. Dilihatnya Jeongin sedang asik menuangkan air ke gelas sambil sesekali melirik ke arah TV yang sedang ditonton oleh Minho, Seungmin, dan Changbin, sedangkan di sisi lain Bangchan seperti biasa menyibukkan diri di dapur, menggantikan tugas Seungmin.

"Hello everybody~"

Seperti biasa, Felix menebar senyum percaya dirinya kepada teman-temannya yang ada di sana, sambil sesekali melambaikan tangan.

"Sudah nyenyak tidurnya?" sarkas Minho saat melihat ekspresi temannya itu.

"Oh, tentu saja." balas Felix yang mulai mendudukkan dirinya di sofa yang masih kosong.

"Baguslah. Nampaknya kemarin kau teler sekali sampai Changbin harus menggendongmu ke kamar."

Benar. Felix jadi sadar akan tujuan awalnya.

"Changbin, makasih, ya."

Changbin yang semula fokus menonton TV sambil menikmati segelas yogurt kini menoleh menatap Felix yang tersenyum ke arahnya. Ia mengangguk kecil.

"Gak masalah." balasnya.

Ia sedikit meremat dada kirinya. Senyum Felix memang mampu menjadi alat pengejut listrik bagi jantungnya. Entah ia sendiri juga heran kenapa semakin lama jantungnya malah semakin lemah bila berada di dekat sosok tersebut.

"Oke, deh. Aku akan mentraktirmu es krim nanti." seru Felix.

"Aku?"

Felix melirik Minho dengan ekspresi sinisnya.

"Kenapa aku harus membelikanmu, huh?"

Mendengar itu, Minho langsung mengerucutkan bibirnya dan memeluk pinggang Seungmin yang duduk di sampingnya.

"Seungmin~ Felix mengkhianatiku~" erangnya.

Sedangkan Seungmin justru sedang mati-matian menahan rasa sakit yang ada di pinggangnya dengan menggigit bibirnya erat. Beruntung piring yang sedang dibawanya tidak meluncur ke lantai.

"Itu akibatnya kalau kau selalu usil dengannya." balas Seungmin, membuat Minho semakin menekuk wajahnya.

"Ngomong-ngomong, kau tidak makan, Felix?" sambung Seungmin.

Bukannya menjawab Seungmin, Felix malah bangkit dan menarik Changbin.

"Changbin, kau belum makan, kan? Ayo temani aku." serunya.

Changbin sendiri terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Felix.

'Apa? Kenapa?'

Ia menjadi heran sendiri. Apakah ia sedang bermimpi? Kenapa tiba-tiba Felix mendekatinya begini? Bukankah biasanya sosok itu akan lengket dengan Minho?

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang