7

628 64 15
                                    

Angin musim gugur yang kering dan terasa dingin berhembus sedikit kencang, membuat gorden jendela ruang TV bergerak-gerak. Mereka semua sedang bersantai di ruangan tersebut dengan maksud hati ingin berbincang-bincang tentang cerita masa lalu maupun cerita masa kini yang menurut mereka berkesan. Kehangatan yang tercipta di antara mereka seakan mengikis dinginnya angin yang selama itu telah menemani mereka, hingga membuat mereka menjadi lupa waktu.

"Sudah larut, guys. Tidurlah." seru Bangchan sambil mencoba bangkit dari duduk silanya di lantai.

"Ck, kita semua udah dewasa, ya, bukan anak dibawah umur lagi yang harus tidur tiap jam 10." oceh Felix yang diangguki oleh semuanya.

Bangchan hanya tertawa simpul sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya, iya yang udah dewasa tapi kelakuan masih manja kayak balita." balasnya, dan langsung mendapat lemparan bantal dari sang tersangka.

"Bener, masih manja." sambung Minho.

Felix mendelik menatap orang yang duduk tepat di sebelahnya itu.

"Bilang apa? Mau kukucir mulutmu!?"

"Hmm-hmm." Minho menggeleng sambil membungkam erat bibirnya.

Yang lain hanya bisa tertawa melihat kelakuan dua sahabat itu, termasuk Changbin yang tanpa sadar mengukir senyum di wajahnya yang selalu tampak dingin. Tidak bisa dipungkiri, semakin lama ia seperti semakin kecanduan dengan tingkah menggemaskan kelinci kecilnya tersebut. Apakah hal itu aneh?

"Udah, ah. Aku mau mandi."

Bangchan beranjak dari sana. Namun, sebelumnya ia sempat meraih jaketnya yang tergeletak di lantai dan memakaikannya di kedua bahu Seungmin. Hal itu membuat Seungmin mendongakkan kepalanya yang semula fokus menatap layar TV.

"Kenapa kau hobi memakai kaos tipis, huh? Padahal cuaca sudah dingin sekarang. Mau sakit lagi?"

Mendengar itu, Seungmin hanya bisa kembali menunduk. Tak ada niatan dari dirinya untuk menjawab, dan sepertinya tak ada niatan pula bagi Bangchan untuk mendengarkan jawaban Seungmin karena setelah itu ia berlalu begitu saja. Tiba-tiba, rasa sesak sedikit menghantam jantungnya. Iya, tentu saja ia gemetaran karena perlakuan manis Bangchan, seperti biasa. Tapi, kini ada sedikit rasa sakit yang hinggap di dirinya karena perlakuan tersebut. Ia ingin tau. Ia ingin mendapatkan penjelasan. Tentang kejadian beberapa hari lalu yang terus menghantui otaknya, ia ingin tau apakah itu juga bagian dari kata 'teman' yang sempat Bangchan ucapkan waktu itu. Jika memang benar, maka ia hanya kembali menyakiti dirinya sendiri karena selalu saja berharap lebih padahal ia sadar akan realitanya. Mata bulatnya terasa panas. Gawat. Kenapa ia tiba-tiba jadi lemah begini? Ia tidak boleh menangis sekarang, kan? Ada teman-temannya di depan mata.

"Guys, aku kamar dulu, ya. Udah ngantuk, nih." seru Seungmin yang kemudian bangkit dan berlalu begitu saja tanpa menoleh.

Beberapa pasang mata hanya bisa menatapnya dengan heran dalam diam.

"Eh, Seungmin kenapa? Kok kayak tiba-tiba murung?" tanya Felix yang menyadari perubahan raut wajah Seungmin.

Jeongin yang ditanya hanya bisa mengendikkan bahu tanda tidak tau.

"Kalau gitu aku juga mau tidur saja." Sambung Jeongin kemudian dan beranjak dari ruang TV.

"Yah, gak seru. Pada pergi, nih." omel Felix.

Hyunjin menatap kepergian Jeongin dalam diam. Sejujurnya, ia tau alasan kenapa Seungmin menjadi seperti itu. Iya, karena ia juga merasakan hal yang serupa. Hanya saja, ia sadar bahwa Seungmin pasti jauh lebih rapuh karena ia telah dibelenggu oleh sikap manis Bangchan yang sejujurnya adalah ranjau ganas untuk dirinya sendiri. Sayang sekali. Bangchan yang selalu memperlakukannya dengan manis malah tanpa sadar membunuh hati Seungmin secara perlahan. Tanpa berkata apa-apa, ia bangkit untuk menyusul Jeongin ke kamar.

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang