3

673 77 15
                                    

Jeongin membuka matanya saat merasakan cahaya di dalam kamarnya terasa semakin terang. Tepat detik itu juga, wajah tampan dan tegas milik Hyunjin yang masih terlelap dengan tenang di sampingnya langsung menyapa penglihatannya. Tanpa sadar ia tertawa kecil. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi tirus itu, sampai akhirnya.. -

"HYUNJIN, BANGUN!!! UDAH SIANG!!!!"

"ADUHHH!"

Jeongin menarik hidung mancung Hyunjin dengan kencang sembari berteriak tepat di telinga yang bersangkutan. Hyunjin yang merasa hidungnya seakan terkoyak langsung membuka matanya dengan paksa.

"Ahahahahaha!!"

Ia bisa melihat Jeongin yang melompat turun dari kasur dan berlari keluar kamar sambil tertawa dengan kerasnya. Hyunjin memegang hidungnya yang terasa berdenyut-denyut perih hingga air matanya seakan nyaris mengalir keluar.

"YANG JEONGIN!!! AKU BENAR-BENAR AKAN MEMUKUL WAJAHMU!" teriak Hyunjin dengan keras.

Sedangkan dari arah bawah ia bisa mendengar suara tawa khas Jeongin yang keras itu.

"Hahhh, untung sayang." gumamnya, lalu beranjak turun dari ranjang, menata seprei dan selimut yang mereka gunakan, dan keluar kamar.

Di bawah, Jeongin masih berlari kecil menuruni tangga sambil sesekali menoleh ke belakang, takut-takut sosok besar Hyunjin tiba-tiba sudah mengunci lehernya dengan lengan kekar miliknya seperti tempo lalu. Ia masih tertawa kecil dan fokus melirik ke belakang, sampai tidak menyadari tubuh kecilnya menghantam tubuh orang lain.

BUKK

"Aduh!"

Changbin hanya bisa pasrah saat tubuhnya terasa terbang akibat hantaman bar-bar seorang Jeongin. Untung saja ia bisa mengendalikan diri sehingga tidak terjungkal ke depan dan menghantam rak pembatas ruang santai dan ruang makan. Terlebih lagi, untung ia bisa menyelamatkan cup yogurt yang sedang dipegangnya sehingga tidak jatuh berceceran di lantai.

"Dasar." gumamnya, lalu berjalan ke ruang santai.

"Maaf, Changbin!" teriak Jeongin.

Ia memasuki dapur untuk mencari segelas air, dan menemukan Seungmin yang sedang membuat segelas susu di sana.

"Pagi kakak tercintaku~" sapa Jeongin dengan suara yang dibuatnya seimut mungkin.

Seungmin hanya meliriknya dengan datar.

"Cukup dengan Hyunjin saja kau menjadi manja seperti ini." serunya.

Jeongin hanya tertawa.

Saat ia mengambil air di sebelah Seungmin, ia menyadari bahwa mata besar Seungmin yang biasanya berbinar-binar dengan cantik kini terlihat redup dan sedikit bengkak.

"Seungmin, kau habis menangis!?" pekiknya.

Dalam sekali gerakan, telapak tangan Seungmin langsung membungkam mulut licin milik Jeongin.

"Ngomong apa, sih!? Aku cuma terlalu lelah dan tidak bisa tidur semalam. Siapa yang menangis!?" serunya sambil melotot ke arah Jeongin.

Jeongin langsung melepas telapak tangan Seungmin dan mencebikkan bibir.

"Kan aku hanya tanya." serunya, lalu berlalu keluar dapur sambil membawa segelas air putih. "Kak Bangchan~! Seungmin membentakku~"

Seungmin hanya mendengus sebal. Entah kenapa moodnya pagi ini langsung memburuk begitu ia membuka mata. Apa ini karena efek semalaman ia menangisi hal yang tidak penting itu? Setelah diingat-ingat lagi, ia merasa kalau kelakuannya kemarin malam benar-benar memalukan.

"Itu karena kau yang terus menggodanya." seru Bangchan membalas Jeongin, terdengar jelas di telinganya.

Sosok itu kebetulan masuk ke dapur dan melihat Seungmin yang akan beranjak keluar. Ia menahan tangan si manis dan memperhatikan wajahnya sejenak.

"Kau benar-benar terlihat kelelahan, Seungmin. Biar aku saja yg memasak hari ini." serunya.

Seungmin tersenyum.

"Silahkan. Aku request ayam semur pedas, ya."

Bangchan terkekeh mendengarnya.

"Siap!"

Ia mengusap pucuk kepala Seungmin lalu berlalu meninggalkan sosok yang sudah berjalan ke arah meja makan dengan kedua pipi yang sedikit memerah.

*****

Changbin melangkahkan kakinya menuju ke ruang santai, dan matanya langsung disapa dengan dua orang yang sedang duduk berduaan. Yang lebih manis sedang menyandarkan kepalanya di pundak yang lebih tegas dengan mata mengantuknya yang fokus menonton TV, sedangkan si pemilik pundak sedang fokus bermain game di ponselnya.

"Ehem."

Ia sedikit berdehem saat melintas di depan dua insan tersebut, sebelum akhirnya terduduk di sofa sebelah mereka. Felix yang fokusnya sedikit terpecah langsung mengangkat kepalanya dari pundak Minho dan menoleh ke arah Changbin.

"Eh, minta dong~" rengeknya sambil mendekat ke arah sofa yang diduduki laki-laki berwajah dingin itu.

Minho melirik sekilas ke arah keduanya dan mematikan ponselnya.

"Eh, iya dong, minta dikit." sambungnya.

Changbin menaruh sendok yogurt yang tadi dipegangnya ke dalam mulutnya, lalu menatap dua orang di depannya itu dalam diam, membuat keduanya mengernyit heran.

"Apa?" tanya Felix.

"Ambil sendiri." seru Changbin kemudian, dan kembali menikmati yogurt kesayangannya sambil menonton TV.

Felix dan Minho mendengus kesal.

"Dasar!" dengus Felix sambil mencoba bangkit.

Tapi belum sempat sosok itu berlalu, Changbin menahan tangannya.

"Sudahlah, ini. Kan aku hanya bercanda."

Dan ekspresi cemberut di wajah imut itu langsung berubah menjadi senyum lebar.

"Nah, gitu, dong."

Felix kembali duduk dan mengambil alih yogurt milik Changbin, memakannya dengan raut yang tanpa sadar membuat wajah dingin Changbin tersenyum samar.

"Hey, bagaimana denganku?" tanya Minho sambil menunjuk dirinya sendiri.

Felix nyaris menyuapkan yogurt berwarna putih itu ke arah mulut Minho, sebelum tangan Changbin menariknya kembali.

"Ambil sendiri." serunya sambil tersenyum miring.

Felix yang sadar kalau Changbin sedang menjahili Minho langsung memeletkan lidahnya. Minho hanya bisa menyipitkan mata rusanya dengan sebal, lalu beranjak dari sana. Melihat itu, Felix dan Changbin tertawa.

Namun berbeda dengan tawa geli Felix, Changbin tertawa karena entah kenapa ia merasa telah... menang? Menang karena berhasil mengambil alih kelinci kecilnya yang selalu bermanja-manja dengan kucing besar tersebut. Terkadang ada rasa tidak suka di hatinya saat melihat mereka berdekatan satu sama lain. Tapi, Changbin sendiri tidak tau kenapa. Hanya tiba-tiba kesal saja. Tapi, apakah seekor kelinci yang mungil itu mampu membuka hatinya untuk berani berdekatan dengan beruang besar yang berwajah dingin ini? Ia penasaran apakah kisah seperti dongeng manis itu akan terjadi di dunia nyata. Di kisah hidupnya.

*****

Sekali lagi, aku bener-bener berterimakasih sama kalian yang udah mampir ke cerita ini, bahkan ada beberapa yang ngasih bintang :"

Meski cuma satu, itu udah bikin aku terharu~ banget dan semakin semangat buat nulis kelanjutan cerita ini. Thank you so much, everyone~ I'll try my best to improve this story <3 XOXO

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang