1

1.2K 94 10
                                    

Hyunjin melirik laki-laki mungil nan manis yang sedang tertawa terbahak-bahak menatap ponselnya di pojok ruang dance. Ia tahu kalau laki-laki itu pasti sedang menonton acara komedi favoritnya. Menatapnya yang sedang tertawa membuat Hyunjin tanpa sadar ikut melebarkan bibirnya.

"Ngapain ketawa-ketawa sendiri, huh? Bikin takut tahu!"

Hyunjin menolehkan kepalanya untuk menatap sang asal suara yang kini ikut duduk di sampingnya.

"Ck."

Ia berdecak sebentar dan kembali menatap objek yang sejujurnya sudah sejak lama menjadi objek favoritnya. Bangchan, sosok yang baru saja berseru, ikut menolehkan kepalanya melihat ke objek yang dilihat 'adik' kesayangannya itu.

"Hey, Hyunjin. Sekarang jujur padaku, kau.. -"

"Apa?"

Bangchan terdiam sejenak menatap Hyunjin yang kini tengah menatapnya tajam. Sedetik kemudian ia menggeleng sambil tersenyum simpul.

"Gak, gak apa-apa." serunya.

Ia menatap ke arah objek di depan mereka sekali lagi, sebelum akhirnya kembali melanjutkan.

"Tapi Hyunjin, sekali-kali jujurlah pada perasaanmu sendiri."

Belum sempat Hyunjin berseru balik, laki-laki bermanik teduh itu sudah berdiri kembali, berjalan menjauh untuk menghampiri teman grup mereka yang lain.

"Jujur?" gumamnya.

Bagaimana? Bagaimana bisa ia jujur? Bagaimana mungkin seorang laki-laki mengakui perasaannya kepada sesamanya? Bukankah itu hal yang tidak lazim? Dan ia tidak mau merasakan sakit. Sakit karena ia yakin temannya itu pasti akan menolak dan meninggalkannya karena.... jijik? Lebih menyakitkan daripada menahan suatu perasaan bukan?

"Jin? Hyunjin?"

Laki-laki berwajah tegas itu tersadar dari lamunannya dan tiba-tiba saja mendapati laki-laki manis yang baru saja melintasi otaknya sudah duduk di depannya.

"Jeongin?"

"Kenapa? Udah mulai lelah latihan, ya?" seru Jeongin dengan senyum manisnya yang merekah lebar.

Hyunjin diam-diam mengepalkan tangannya sambil mengigit bibir.

'Jangan tersenyum, tolong. Manisnya justru membuat hatiku terasa pahit.'

"Hmm, sepertinya begitu. " jawabnya singkat.

"Kalau begitu, makan siang, yuk! Aku lagi pengen banget makan yakisoba di rumah makan dekat stasiun."

Hyunjin terseyum, lalu mengangguk.

"Ayo, deh."

Hyunjin berdiri, sedangkan Jeongin mengulurkan kedua tangannya yang membuat Hyunjin mengerutkan keningnya heran.

"Apa?"

"Bantu aku bangun~" manja Jeongin.

Entah kenapa jantung Hyunjin lagi-lagi berdetak dengan kencang. Tidak, tolong jangan lagi. Ia sudah menahan perasaan itu sejak lama, kenapa bukannya menghilang justru malah semakin kuat?

"Hyunjin, pegel nih tangan."

"Ah, maaf."

Buru-buru Hyunjin menarik kedua tangan kurus itu sehingga sang empunya langsung berdiri tegak, lalu menepuk-nepuk celananya, bermaksud membersihkan debu yang mungkin menempel di sana,

"Ayo!"

Jeongin keluar dari ruangan tersebut, diikuti Hyunjin yang berjalan sambil tersenyum simpul.

"Anak itu... Mau sampai kapan membohongi perasaannya, huh?" komentar laki-laki bermata rusa yang baru saja menegak air minumnya.

"Benar, dia pikir kita semua tidak sadar apa." balas yang lainnya.

"Jangan dikira gampang berkata jujur ke orang yang kau sukai." balas laki-laki manis yang duduk di samping Bangchan.

Mungkin tidak ada yang menyadari kalau sembari berkata begitu, mata tajamnya melirik sekilas ke arah manik teduh Bangchan yang sedang memainkan ponselnya.

"Kau terlihat pernah mengalaminya, Seungmin." komentar Minho, sang mata rusa sambil tertawa kecil, membuat yang lain ikut tertawa.

Sambil tersenyum simpul, Seungmin bergumam kecil.

"Memang."

*****

Meninggalkan gedung agensi tempat mereka berlatih, Hyunjin dan Jeongin berjalan melintasi trotoar yang ramai menuju ke toko yakisoba kesayangan Jeongin yang berada di dekat stasiun. Hyunjin sesekali melirik ke arah Jeongin yang terkadang tanpa sadar tersenyum kecil karena terlalu senang akan makan makanan favoritnya tersebut.

"Hey, Jeongin."

"Hm?" laki-laki manis itu menoleh dengan imutnya sambil menelengkan kepalanya.

Hyunjin menatapnya sebentar, lalu tersenyum dan menggeleng.

"Enggak apa-apa, kau terlihat begitu senang." jawabnya.

"Tentu saja! Sudah seminggu aku menahan hasrat untuk gak makan yakisoba karena kesibukkan kita latihan, akhirnya sekarang lah saatnya!" semangat Jeongin.

Hyunjin tertawa melihat.

"Iya, ya. Kau pasti akan pesan 3 mangkuk lagi seperti minggu lalu. Dasar."

"Harus lah. Mumpung bisa makan."

Sungguh kekanakan. Tapi Hyunjin suka. Itulah daya tarik Jeongin yang membuat dia menyukainya.

'Ternyata kau memang manis.'

*****

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang