8

596 64 12
                                    

Bangchan membuka matanya saat merasakan cahaya mulai masuk menembus kelopak matanya. Hari telah berganti, namun kepalanya masih penuh dengan bayangan semalam. Sebuah kejadian yang sangat menakutkan baginya. Melihat Seungmin menjadi rapuh dan hancur di depan matanya, dan karena dirinya. Sakit, hatinya selalu sakit saat mengingat hal tersebut. Ia pun menoleh dan mendapati wajah Seungmin yang masih terlelap menghadapnya. Ia menatap wajah itu lekat-lekat. Ia ingat, semalam ia menggendong tubuh pingsan Seungmin, mengusap wajah yang penuh air mata itu dengan air hangat, dan memeluknya begitu erat hingga ia tertidur karena takut sosok itu benar-benar akan menjadi hancur berantakan.

Ditelisiknya wajah itu. Wajah yang seharusnya berbinar-binar manis dengan kedua mata bulatnya yang indah dan senyum yang merekah manja, serta keceriaan yang selalu terpancar karena cara bicara dan gesturenya yang lucu. Bangchan tersenyum samar mengingat semua moment lucu sosok di depannya itu. Sayangnya, kejadian semalam seakan menjadi sihir hitam yang mengubah semua padang bunga tersebut menjadi lahan kosong dengan rumput-rumput layu. Bangchan rindu semuanya. Tangannya tanpa terasa terulur untuk mengusap pipi Seungmin. Memainkan jarinya di sekitar hidung mancung itu, di kedua mata dengan bulu mata yang panjang itu, di dagu lancip itu, dan berhenti di bibir yang masih sedikit bengkak itu.

Bangchan terkejut saat tersadar jarinya tengah mengusap bibir itu. Wajahnya kembali memanas saat ia mengingat ciuman mereka semalam. Meski tidak disengaja karena Seungmin yang tengah mabuk, namun tetap saja sensasi lembut bibir itu masih membekas di bibir plumnya. Tunggu dulu? Kenapa dirinya jadi merasa sangat gugup seperti ini? Ia baru sadar. Kenapa ia tidak marah saat Seungmin mencuri ciumannya? Kenapa ia tidak merasa aneh saat Seungmin berkata bahwa ia mencintainya? Kenapa justru hatinya sakit dan kecewa saat Seungmin berkata bahwa ia tengah hancur karenanya? Kenapa Bangchan baru menyadari hal tersebut sekarang? Tunggu. Apakah mungkin dirinya?

"Ngh?"

Belum sempat ia melanjutkan pemikirannya sendiri, suara lenguhan Seungmin di sebelah membuatnya sontak menoleh. Dilihatnya Seungmin membuka kedua matanya yang masih sangat bengkak akibat menangis terlalu lama semalam.

"Akh." keluhnya sambil memegangi kepalanya.

Bangchan tau, sosok itu pasti merasa sangat pusing karena terlalu banyak minum, ditambah lagi ia menangis dengan parah. Ingin rasanya ia merengkuh kembali tubuh itu. Tapi entah kenapa tubuhnya jadi kaku sekarang.

Seungmin menoleh dan mendapati Bangchan sedang menatapnya. Rasa gugup langsung menyerang dirinya, membuatnya memalingkan wajah dengan cepat dan beranjak dari sana.

"Seungmin."

Bangchan mencoba meraih tangan kurus itu, tapi Seungmin langsung menarik tangannya dan keluar kamar tanpa berkata apapun. Bangchan hanya bisa menatap nanar kepergian sosok itu.

*****

Seungmin memasuki kamar mandi dan langsung membasuh wajahnya dengan kasar. Ia menjadi miris sendiri saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Kacau, sangat kacau. Mata yang bengkak, hidung yang kemerahan, bibir yang bengkak, dan rambut kecoklatannya yang acak-acakan. Benar-benar tampak seperti orang gila. Sangat mencerminkan dirinya yang memang tengah gila karena rasa cintanya sendiri pada Bangchan. Ia kembali merasa sesak, tapi kini ia bertekad untuk tidak menangis lagi. Ia tidak akan menjadi rapuh lagi. Ia ingat. Ia ingat bahwa semalam ia sempat mengakui perasaannya pada Bangchan. Tapi hanya itu yang ia ingat samar-samar. Ia tidak ingat apa yang terjadi setelahnya, dan sepertinya lebih baik ia tidak mengingatnya. Bangchan pasti akan merasa jijik dengan dirinya kini.

Ia kembali membasuh wajahnya dan mulai merapikan rambutnya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mencari alasan untuk ia katakan pada anggota lain. Mereka pasti akan sangat terkejut bila melihat keadaannya sekarang. Maka dari itu, ia tengah melatih dirinya untuk tersenyum manis. Ia tidak akan menunjukkan kesedihannya lagi. Meski senyum yang ia keluarkan kini justru terlihat menyeramkan karena terkesan sangat dipaksakan. Tidak apa-apa, ia akan berusaha. Dan satu lagi. Entah apa yang harus dilakukannya saat berhadapan dengan Bangchan nanti. Ingin rasanya ia menghilang sesaat, menghindari eksistensi sosok itu. Hanya saja itu tidak mungkin karena Bangchan adalah leader mereka, dan mereka adalah rekan grup yang otomatis akan selalu bersama. Apalagi mereka akan segera kembali beraktivitas seperti biasa. Ia harus tetap mempertahankan keprofesionalitasannya demi grupnya sendiri. Memikirkan hal itu membuat kepalanya semakin pusing.

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang