Jisung tengah duduk di kursi balkon sambil memeluk erat kakinya. Pandangannya terarah pada matahari jingga yang perlahan mulai tenggelam di balik tingginya bangunan-bangunan di kota. Angin sore sedikit menerpa rambutnya, namun tak mampu menyadarkannya dari lamunannya sejak tadi. Biarkan saja angin musin panas yang hangat memanjakannya sore itu.
TING TONG
Ia terlonjak saat mendengar bel apartmentnya berbunyi. Dengan segera ia beranjak turun dan melongokkan kepalanya ke intercom di pintu. Tapi sayangnya, ia tidak melihat siapapun di depan pintu. Meski heran, ia tetap tergerak untuk membukakan pintu.
"Ya?"
GREB
Jisung terhuyung ke belakang dengan mata yang membulat sempurna saat seseorang tiba-tiba saja memeluknya begitu erat. Aroma mint yang menyegarkan langsung memenuhi indera penciumannya. Ia tau aroma tubuh siapakah ini.
"Min- Minho?"
Bahkan tak butuh waktu lama baginya mengenali siapa sosok yang memeluknya tersebut. Masih dengan keterkejutannya, tiba-tiba saja ia dibawa ke dalam ciuman yang hangat oleh sosok di depannya itu. Ia bersandar pada pintu yang sudah tertutup, meremat kerah coat yang dipakai sosok itu kuat-kuat, sedangkan ia bisa merasakan pinggangnya tengah dipeluk begitu erat.
"Aku sangat merindukanmu, Jisung." bisik Minho setelah melepaskan tautan bibir mereka.
Ia menyenderkan kepalanya pada bahu Jisung sambil memejamkan mata, menikmati aroma tubuh sosok itu, aroma yang sudah dua hari tidak dapat diciumnya sehingga membuatnya serasa gila akan rasa rindu yang membuncah. Jisung tersenyum dan mengusap-usap punggung Minho.
"Kau beneran datang, haha." kekehnya.
Minho melepas pelukannya setelah cukup lama. Ditatapnya wajah yang selama dua hari ini memenuhi kepalanya. Tangannya tergerak untuk mengusap lembut pipinya, membuat Jisung memejamkan matanya untuk menikmati hangatnya sentuhan tersebut.
"Kau baik-baik saja di sini? Tidak kesepian?" tanya Minho.
"Aku sudah terbiasa sendirian, kan?"
Entah kenapa kalimat itu membuatnya sedih.
"Tidak apa-apa, sekarang ada aku di sini." serunya.
Jisung terkekeh. Melihat pipi Jisung yang perlahan memerah membuat Minho merasa gemas sendiri. Ternyata kekasihnya itu masih saja pemalu, sama seperti dulu. Kembali terngiang sedikit memori saat pertama kali mereka bertemu hingga saat ketika ia tanpa sadar mulai memendam rasa untuk sosok tersebut.
'Kau benar-benar tidak berubah. Membuatku tambah mencintaimu saja.'
"Eh, ayo duduk. Aku ambilkan minum, kau mau apa?" seru Jisung yang sudah mulai beranjak masuk ke dalam.
"Apapun itu tak masalah." balas Minho sambil membawa kopernya untuk duduk di salah satu sofa ruang tengah.
Beberapa detik kemudian, Jisung kembali sambil membawa dua gelas berisi sirup jeruk. Ia meletakkannya di atas meja sebelum ikut duduk di sebelah Minho yang masih sibuk melihat ke sekeliling apartmentnya.
"Jadi, bagaimana dengan liburanmu?" tanyanya.
"Aku cukup tersiksa." balas Minho sambil mengambil gelas sirup buatan Jisung tadi.
"Hush! Gak boleh bilang begitu. Bersyukurlah kau dapat waktu libur." seru Jisung sambil menepuk pelan lengan Minho.
"Serius. Aku cukup iri karena melihat yang lain bermesra-mesraan, sedangkan aku harus menahan rindu karena kau jauh dari jangkauanku. Taukah kau seberapa inginnya aku menemuimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Right, I Know ✔
FanfictionCOMPLETED (Nov. 2020) | STRAY KIDS Kisah tentang cinta yang dipaksa untuk bersatu meski harus menentang waktu dan status [HyunJeong] | [ChanMin] | [ChangLix] | [MinSung]