"Hyunjin!"
Hyunjin menatap nanar ke arah sosok manis tersebut. Ia masih setia duduk bersandar di atas kasurnya. Padahal ia ingin menghindari Jeongin sebentar selagi ia merefleksikan diri, tapi kenapa sosok itu malah tiba-tiba muncul di hadapannya begini?
"Hyunjin, aku ingin bicara." ulang Jeongin.
"Jeongin, bisakah kau memberiku waktu barang sebentar saja? Aku minta maaf, dan biarkan aku merefleksikan diriku sendiri dulu." balas Hyunjin pelan.
Bukannya membalas, Jeongin tiba-tiba melangkah cepat ke arahnya dan naik ke atas pangkuannya dengan paksa, menatap kedua manik tegas Hyunjin dengan seksama. Hyunjin sendiri jelas sangat kaget dengan hal tersebut dan jantungnya sudah berdetak tak karuan saat mata Jeongin menatapnya.
"A- Apa yang kau lakukan, Jeongin!?" pekiknya kaget.
Jeongin masih terdiam menatapnya. Hyunjin mulai salah tingkah dan segera memalingkan wajahnya kesamping.
"Kenapa kau tidak jujur padaku, Hyunjin?"
Pertanyaan Jeongin membuat Hyunjin kembali menoleh menatapnya. Dahinya mengernyit heran.
"Soal?"
"Kau mencintaiku, kan? Kenapa kau tidak pernah mengakui itu? Mau sampai kapan kau menyembunyikannya!?"
DEG
Hyunjin terkejut bukan main. Jeongin menyadari perasaannya? Rasa panik mendadak menggerogoti dirinya. Ketakutan kembali mengambil alih jiwa raganya.
"Kau.. -"
"Iya, aku tau semuanya!"
Jeongin mencengkeram kerah kemeja Hyunjin, membuat Hyunjin tertawa getir. Baiklah, semua akan segera berakhir. Jeongin akan menghajarnya dan setelah ini meninggalkannya, menjauhinya dan seakan tak mengenalnya. Ia sudah mulai mempersiapkan hal tersebut. Bahkan bila perlu, ia akan keluar dari grup ini dan pergi mengubur diri jauh-jauh dari sosok itu.
"Maaf, Jeongin. Seharusnya aku memang tidak memendam rasa untukmu. Benar, kan?"
Jeongin merasa hatinya tertohok saat mendengar Hyunjin mengatakan hal tersebut dengan senyum manis yang merekah di bibirnya. Entah kenapa matanya terasa memanas.
"Apa kau menyesal telah mencintaiku, Hyunjin?" tanyanya, dan Hyunjin terkekeh.
"Aku tidak pernah bisa menyesal telah mencintaimu."
Namun tepat pada saat itu, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar tidak pernah dibayangkan oleh Hyunjin. Ya, tiba-tiba saja Jeongin menarik kerah kemejanya dan membawanya pada ciuman yang dalam. Kedua matanya membulat. Ia tidak menyangka akan menerima hal tersebut dari sosok manisnya. Apakah ini ciuman perpisahan? Setelah beberapa lama, Jeongin menarik kembali bibirnya, dan air mata sudah mengalir deras dari matanya, membuat Hyunjin tambah terkejut.
"Apa sekarang kau sedang mencoba menyakitiku balik?" tanyanya.
"Apa maksudmu?"
"Aku tau kalau memendam rasa itu sakit. Dan sekarang ketika aku mulai mencintaimu, kau justru akan melupakanku? Apa kau memang setega itu, Hyunjin!?" pekik Jeongin.
Hyunjin masih menatap Jeongin tidak mengerti. Ia merasa indera pendengarannya sedikit bermasalah. Jeongin bilang apa tadi? Mencintainya?
"Kau? Men..-"
"Benar! Aku mencintaimu, Hwang Hyunjin!"
Hyunjin membulatkan kedua bola matanya. Apa Tuhan sedang mempermainkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Right, I Know ✔
Fiksi PenggemarCOMPLETED (Nov. 2020) | STRAY KIDS Kisah tentang cinta yang dipaksa untuk bersatu meski harus menentang waktu dan status [HyunJeong] | [ChanMin] | [ChangLix] | [MinSung]