20

626 63 14
                                    

"Aku pulang, yuhu~"

Setelah menutup pintu depan, Minho melepas sepatunya dan berjalan ke arah ruang tamu. Terdengar suara-suara yang sangat ribut dari sana. Teman-temannya itu lagi-lagi pasti sedang heboh menceritakan aib masa lalu mereka. Kalau mereka melihat plastik penuh jajanan yang dibawanya kini, dirinya bisa-bisa diterkam mentah-mentah. Jujur, kalau masalah jajanan, mereka sangatlah bar-bar.

"Guys, masa dicuekin, sih. Kubawakan jajanan, nih."

Ia melangkah memasuki ruang tamu, membuat semua mata yang ada di sana berubah atensi ke arahnya.

"Oh, Minho! Coba lihat siapa ini." seru Seungmin sambil tersenyum lebar.

Minho menyipitkan matanya ke arah sosok yang terlihat menunduk di sofa sebelah Seungmin. Beberapa detik kemudian, sosok itu mengangkat wajahnya sambil tersenyum.

"Hai, lama tak jumpa."

SRAK!

Minho menjatuhkan tas plastik yang dibawanya. Kedua mata kucingnya membulat sempurna dengan raut wajah yang teramat kaget. Ia bisa merasakan waktu seolah berhenti, bersamaan dengan jantungnya yang juga seolah tak terasa detakannya. Kedua tangannya bergetar, dingin, dan tubuhnya pun seakan lemas hingga bisa jatuh kapan saja.

"Minho?" tanya sosok itu mulai khawatir.

Sedetik kemudian, semua yang ada di sana dapat melihat air mata yang mulai mengalir dengan anggun membasahi pipi laki-laki bermata kucing itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Minho mendekati sosok berhoodie putih tersebut, menarik tubuh kurusnya hingga mau tak mau menjadi berhadapan dengannya, dan dalam sekali gerakan, ia merengkuh sosok itu ke dalam pelukannya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Minho menangis di pelukan orang yang amat sangat ia cintai itu.

"Han Jisung, tolong katakan kalau kau bukanlah hanya sekedar imajinasi gilaku yang sebegitu merindukanmu."

"Imajinasi gilamu telah memanggilku dan membawaku kemari."

Mendengar itu, Minho kembali melepas pelukannya. Ditatap wajah itu cukup lama, sebelum akhirnya ia menarik tangan Jisung agar mengikutinya pergi dari sana. Benar. Ia butuh tempat dan waktu untuk benar-benar membuktikan bahwa sosok di depannya ini benarlah seorang Han Jisung, sosok yang selama ini mati-matian ia rindukan. Sedangkan yang lainnya masih diam membisu setelah menyaksikan adegan drama antara Minho dan Jisung barusan. Mereka bahkan ikut merasa emosional, karena mereka tau, sadar, dan paham betul kalau Minho sudah terlalu lama menunggu sosok itu kembali. Dan kini, keajaiban datang karena kesabaran dan kesetiaannya.

*****

Disinilah mereka sekarang, balkon dengan udara siangnya yang begitu segar karena mulai memasuki musim semi. Jisung terdiam sambil menatap lurus ke arah pemandangan kota. Ia jadi canggung dan malu saat hanya berdua dengan Minho yang bahkan sejak tadi terus menatap ke arahnya tanpa mengatakan apapun.

"Kemana saja kau selama ini?" tanya Minho memecah keheningan.

Jisung melirik Minho sekilas dengan ujung matanya.

"Hanya berkeliaran di Seoul." balasnya.

"Kenapa kau mengabaikanku?"

Jisung terdiam dan semakin menunduk dalam sambil mencengkeram erat pagar balkon. Melihat itu, Minho kembali emosional dan menarik tubuh Jisung agar menghadapnya.

"Tidak taukah kau seberapa tersiksanya aku karena begitu merindukanmu?! Setiap hari aku berharap kau mengirimiku pesan ataupun membalas pesanku. Tapi 2 tahun berlalu dan kau benar-benar menghilang seakan tertelan bumi! Di sini aku benar-benar gila karena lelah menunggumu, tapi juga dengan bodohnya aku masih tak sanggup melupakanmu!" teriak Minho begitu emosional.

It's Not Right, I Know ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang