Jangan lupa vote dan komen tentang cerita ini. Jangan komen minta lanjut mulu hiksss😭
Oke, capcuzzz baca gesss
__________________________________Ariana menyandarkan tubuh setengah basahnya pada sandaran kursi penumpang mobil Jonathan. Sedangkan si pemilik mobil tadi sempat pamit untuk membeli sesuatu terlebih dahulu.
Ariana diam menatap jalanan basah dari dalam mobil. Hujan sudah berhenti beberapa menit yang lalu. Meninggalkan suasana dingin belum lagi angin yang ikut berhembus. Wajahnya datar tanpa ekspresi bahkan pikirannya saat ini melayang entah kemana.
Pintu mobil seberangnya bersuara menandakan ada orang yang membukanya. Tanpa Ariana menoleh, ia sudah bisa menebak jika sosok itu adalah Jonathan yang telah menyelesaikan urusannya dan kembali ke mobil.
"Minum dulu." Jonathan menyodorkan sebotol air yang diterima baik oleh Ariana. Tidak ada drama dimana sang gadis akan menolak lalu si pemuda akan memaksa dengan ancamannya. Sebab, saat ini sang gadis tengah patah hati dengan pemuda lain.
Setelah merasa cukup, Ariana menaruhnya di dashboard mobil. Kembali, ia menyandar disandaran kursi. Pikirannya kembali pergi entah kemana.
"Oh iya. Gue bawa handuk juga." Ariana menoleh pada Jonathan yang sibuk mencari handuk dalam kresek hitam. Setelah dapat ia berikan pada Ariana. "Buat keringin rambut!"
"Makasih, Kak." Ariana kembali menerima dengan baik. Namun, tidak melakukan apa yang diucapkan Jonathan barusan, handuk itu malah ia dekap untuk mengurangi rasa dingin di tubuhnya.
Jonathan yang menatapnya menghela nafas. Ia pun memilih melepaskan atasan seragam sekolah menyisakan kaus putih di dalamnya lantas seragamnya ia sampirkan di bahu Ariana.
"Biar nggak kedinginan," jelas Jonathan saat mendapat tatapan penuh tanya dari Ariana.
"Lo baik-baik aja, kan?"Ariana mengangguk. "Memangnya aku kenapa nggak baik-baik aja?"
Jonathan menghela nafas saat Ariana malah balik bertanya. Bahkan tatapan cewek itu masih terpusat di luar jendela.
"Sorry gue tadi liat lo sama Kak Juna. Dan waktu Kak Juna ninggalin lo gue inisiatif buat samperin lo." Tidak sepenuhnya berbohong, Jonathan memang melihat Arjuna yang bersama Ariana. Dari mobil, ia melihat jika dua orang itu sedang tidak baik-baik saja. Alhasil Jonathan menerobos hujan untuk mendengar percakapan yang mereka bahas. Seperti dugaan, percakapan itu tentang Tiffany kemarin.
"Makasih, Kak." Lagi-lagi jawaban itu. Jonathan membuang nafas, sebelum setelahnya ia menancap gas untuk menjalankan mobil.
Di tengah perjalanan, keadaan mobil sangat hening. Jonathan sibuk dengan jalanan dan Ariana masih saja sibuk dengan pikirannya.
Sesekali Jonathan melirik dan beberapa kali juga mencoba berdeham guna menarik perhatian Ariana. Nihil. Cewek itu terlalu kalut dengan pikirannya."Nanti anterin ke rumah Dara aja, Kak." Jonathan menoleh. Ariana meminta tanpa mengubah posisinya. Untung saat ini lampu sedang menyala merah. Jadi, Jonathan bisa sepuasnya menilik wajah tanpa ekspresi milik Ariana. Jonathan membuang nafas, lalu mengangguk. Entah Ariana mengetahui atau tidak tapi ia akan menuruti apa yang diminta cewek itu.
"Rumah Dara kemana? Kasih tau gue, ya?" Mendengar itu, Ariana menunduk. Boleh saja hatinya sedang sakit. Tapi apa sopan jika ia berlaku sedemikian pada orang yang sejak tadi berbuat baik padanya? Menghela nafas, Ariana memilih menoleh kearah sisi kanannya dimana Jonathan duduk dengan fokus mengarah pada kendaraan berhenti di depannya.
Menarik nafas, Ariana mencoba mengulas senyum di antara matanya yang sejak tadi ingin kembali menangis. "Iya."
Merasa ditatap, Jonathan menoleh. Lantas ia disuguhi senyum Ariana namun dengan mata yang sembab. Sedikit senang tapi juga merasa kasian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...