Barisan mulai tertata rapi untuk persiapan pemanasan sebelum nanti latihan voli akan dimulai. Barisan dibagi dengan sisi kanan tim putra dan sisi kiri tim putri. Arjuna yang merupakan ketua tim voli maju ke depan menghadap langsung pada barisan.
Sebelum membuka suara, ia sempatkan untuk menghela nafas pelan. Jujur, sudut bibirnya masih rumayan sakit untuk membuka suara keras-keras. Dan ini akan ia lakukan.
"Sebelumnya, mari kita berdoa menurut keyakinan masing-masing. Berdoa mulai!"
Beberapa menit kemudian, Arjuna mendongak. "Berdoa selesai!"
"Pemanasan pertama, kita mulai dari kepala. Miringkan ke sebelah kiri, tahan dengan tangan," titah Arjuna seraya ikut memberi contoh pemanasan awal yang akan dilakukan.
Sekitar 15 menit, akhirnya pemanasan selesai. Arjuna memerintah anak cowok untuk mengambil net dan memasangnya. Sedangkan anak cewek bagian mengambil bola. Setelah semuanya berkumpul, latihan dimulai. Dari cara servis, pasing, smash, dan blok dilakukan agar mereka semakin terasah.
"Jun!" Arjuna yang sejak tadi diam mengamati segera menoleh kearah sumber suara. Hendra. Anak 12 IPA 3 yang sekarang tengah memegang bola voli bermaksud mengajak Arjuna. Tidak ada pilihan lain untuk Arjuna selain melangkah mendekati Hendra dan ikut bermain.
Mereka berdua bermain passing dengan saling memberi umpan. Terlihat, hanya Hendra yang main dengan penuh semangat. Sedangkan Arjuna hanya menerima umpan dengan baik tapi terlihat lesu.
Bola yang Arjuna umpan pada Hendra tidak tertangkap baik oleh Hendra, hingga mengharuskan permainan berhenti sejenak selagi Hendra mengambil bolanya. Tatapan Arjuna berkelana. Melihat satu persatu anggota volinya tengah fokus latihan. Tidak sengaja tatapannya tertuju pada Ariana yang tengah belajar smash. Cewek itu tengah melakukan smash bawah. Namun, bukannya bola melambung ke depan tapi malah keatas.
Senyum tipis terukir di wajah Arjuna untuk pertama kalinya setelah kejadian kemarin. Biarpun sudut bibirnya sedikit perih karena menarik senyum, tapi Arjuna enggan melewati hal ini dengan tidak tersenyum.
"Jun?!" Baru saja langkah Arjuna tergerak menghampiri Ariana bermaksud membantu cewek itu, panggilan Hendra membuatnya menghentikan langkah dan menoleh. "Mau kemana?"
Tidak menjawab lebih dulu, Arjuna kembali menoleh kearah Ariana. Namun, yang ia lihat sekarang ada Jonathan yang sudah mengajari cewek itu cara smash. Arjuna mengurungkan niatnya, lalu balik fokus dengan kegiatan awalnya.
"Tumben lo diem?" tanya Hendra disela menerima umpan dan mengumpan kearah Arjuna. "Nah tuh, bibir lo tuh kenapa?"
Arjuna berdecak pelan, lalu menggeleng. Ekor matanya melirik kearah Ariana dan Jonathan. Mereka tampak berlatih dengan senang. Ariana tidak terlihat mengeluarkan raut kesal seperti biasanya saat bersama Arjuna.
DUG!
Arjuna memegangi pelipisnya saat bola pemberian Hendra mendarat di sana. Tidak begitu keras, sebab Hendra yang melakukannya juga dengan pelan.
"Sorry woi! Lagian lo ngelamun," ucap Hendra yang hanya Arjuna berikan acungan jempol tanda ia baik-baik saja.
"Lo main sendiri dulu ya, gue mau kesana." Setelah mengucapkan itu, Arjuna langsung berlari dan duduk di pinggir lapangan dengan kedua lutut tertekuk. Tidak lupa kedua tangannya berpangku pada lutut.
Tatapannya masih tertuju kearah Ariana. Namun, pikirannya masih membahas soal kemarin. Aneh memang, tapi memang begitu.
"Kak istirahat dulu kan ya?" Masih ingat Rafi? Anak kelas 11 yang satu ekstra dengan Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...