ARJUNA;49

4.5K 253 11
                                    

Sedetik setelah pintu itu terbuka, Ariana melebarkan matanya. Ia menatap tidak percaya sebab keberadaan Arjuna di depan rumahnya sepagi ini.
Mencoba menyembunyikan ekspresi terkejutnya, Ariana segera menutup pintu dan berjalan menghampiri Arjuna yang tengah duduk di atas jok motor dan mata yang fokus kearah handphone.

"Ada apa?"

Arjuna memandang Ariana sejenak lantas mematikan handphonenya dan kembali memandang Ariana yang masih menatap ia penuh pertanyaan. Arjuna tersenyum tipis.

"Berangkat bareng," jawab Arjuna santai.

Ariana menggeleng membuat Arjuna mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Aku berangkat sama Papa!"

Arjuna menaikkan kedua alisnya. Sungguh, bukan respon seperti ini yang ingin Ariana lihat. Seharusnya Arjuna mengerti dan segera pergi. Namun, cowok itu seolah tuli jika Ariana memang benar akan berangkat bersama papanya bukan dia.

"Ya, trus kenapa masih disini?!" tanya Ariana dengan suara tertahan menahan kekesalan. Arjuna malah seenaknya menjawab dengan mengendikkan bahunya acuh. "Lebih baik Kak Juna berangkat sana. Aku berangkat sama Papa."

Ariana terus mendesak Arjuna untuk segera pergi. Namun, bukan Arjuna yang akan pergi dengan begitu mudah tanpa mendapat apa yang ia inginkan.
Tidak lama setelah itu, pintu di belakang Ariana berderit menandakan ada seseorang yang menggerakkannya.

Ariana berbalik. Sedangkan Arjuna tanpa berbalik ia sudah dapat mengetahui jika sosok yang baru saja membuka pintu adalah papa Ariana dengan mengenakan setelan jas nya.
Papa Ariana tampak mengamati apa yang tengah terjadi sejenak. Sebelum setelahnya ia menatap Arjuna dengan senyuman tipis.

"Arjuna, kan? Ada apa kesini pagi-pagi?"

Seperti yang telah diajarkan sang bunda, Arjuna memilih turun dari motor menghampiri papa Ariana dan menyalimi dengan sopan. Lantas setelah itu berdiri berhadapan dengan papa Ariana tanpa rasa takut. Jika begini, Arjuna malah tampak tengah melamar Ariana dengan berani.

"Mau berangkat sama Ariana boleh, Om?" Papa Ariana masih tersenyum belum menjawab. Netra nya melirik kearah sang putri yang memasang wajah super datar. Ia terkekeh kecil.

"Tanya sama yang diajak, dong. Om izinin aja. Asal kamu harus hati-hati bawa anak satu-satunya Om." Arjuna tersenyum cerah. Ternyata, papa Ariana tidak memberinya persyaratan neko-neko selain hanya agar Arjuna berhati-hati saat bersama Ariana.

"Kalau itu udah pasti dong, Om. Arjuna bakal selalu jagain Ariana," ucap Arjuna meyakinkan.

"Kalau gitu Om berangkat dulu," pamitnya membuat Arjuna mengangguk tetapi malah membuat Ariana melebarkan mata. "Ariana, Papa berangkat dulu."

Papanya memasuki mobil bagian penumpang. Belum sempat Ariana mengikuti untuk berangkat bersama, sopir lebih dulu mengemudikan mobil keluar pekarangan rumah.
Ariana mendengus kesal. Ya Tuhan, bahkan setelah mendengar penjelasan serinci itu dari Rendi, Ariana belum juga bisa memberi akses masuk kembali Arjuna dalam hidupnya.

Ariana paham jika Arjuna waktu itu mencoba menyangkal dengan mengatakan jika apa yang Ariana ucapkan itu salah. Dan seharusnya Ariana bisa menerima itu. Tapi, ucapan yang Arjuna katakan waktu itu bukan hanya tentang ketidakpercayaannya pada ucapan Ariana, tetapi juga tentang ucapannya yang sedikit menyentil perasaan Ariana.

Jelas Ariana kecewa. Maka dari itu, ia tetap memberi jarak walaupun ia sudah tahu dari Rendi. Ini sebagai rasa kecewa. Dan lagi, ini juga sebagai jembatan untuknya bisa melupakan perasaanya pada Arjuna.
Walaupun hubungan Arjuna dan Tiffany kandas. Belum tentu Arjuna akan paham jika sebenarnya Ariana menaruh hati padanya karena sikapnya yang bagi Ariana terlalu perhatian. Dan dengan bodohnya, Ariana melibatkan perasaan. 

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang