Bukan Arjuna namanya jika datang memasuki kelas tanpa mengganggu siswa yang bertugas piket. Mulai dari menendang beberapa benda yang ukurannya sedikit lebih besar, sampai menginjak sapu ijuk yang tengah di gunakan siswa untuk menyapu.
"Eh. Sorry, Yossi. Gue sengaja." Tidak menggubrisnya. Yossi memilih melanjutkan kegiatan piket nya. Yossi memang begitu. Ada namanya atau tidak, cewek itu pasti akan ikut menyapu pagi bersama anggota yang bertugas hari ini.
Kejahilan Arjuna tidak sampai hanya dengan menginjak sapu yang Yossi gunakan, melainkan juga mengambil kertas bagian tengah buku tulis yang tak sengaja di dapatkan lalu menyobeknya menjadi beberapa bagian dan ia sebar ke seluruh kelas. Terakhir, ia duduk bergerombol bersama teman-temannya yang lain di pojok kelas tanpa merasa bersalah.
"Juna hari ini lo juga piket ya?" teriak Yossi. Arjuna menepuk jidatnya pelan. Mungkin berpura-pura lupa adalah jalan terbaiknya.
"Bersihin kertas lo sekarang juga!"Senggolan kaki Farza di kakinya membuat Arjuna seketika menoleh kearah Farza yang menatapnya tajam.
"Piket," ulang Farza. Arjuna menaikan sebelah alisnya lalu berdecak.
"Ya terus? Kelas udah bersih tanpa perlu gue bersihin," jawab Arjuna.
"Lebih bersih lagi kalau lo nggak datang, Jun. Sumpah," celetuk Dewa mengundang gelak tawa Surya yang berada di sampingnya. Arjuna langsung beralih pandang, menatap dua orang itu tajam.
"Sayang, gue bantuin aja ya?" tawar Farza seraya bangkit dari duduknya hingga sekarang ia berdiri sejajar dengan Arjuna.
Dewa dan Surya saling tatap.
"Sayang," beo mereka berdua dengan nada menggoda.
Arjuna menahan tawa.
"Nggak waras," celetuknya memilih duduk di tempat yang Farza tadi duduki.
"Sayang," ulang Farza tidak menyerah. Masih sama, Yossi enggan menggubris. Malah cewek itu tengah membuka perbincangan dengan teman piket nya. "Yossi."
"Apaan sih?" ketus Yossi menatap Farza tajam. Sedangkan yang di tatap tengah menggaruk tengkuk.
"Gas poll bos que," ucap Dewa yang duduk berderet bersama Arjuna dan Surya di belakang Farza.
"Jangan kasih kendor," sahut Surya.
"Yang lanang, jangan jadi cowok tempe," tambah Arjuna yang mendapat balasan decakan Farza.
"Gue dari tadi manggil lo," ujar Farza. Yossi tampak mengerutkan kening.
"Manggil gue apaan, orang lo teriak-teriak kuyang." Seketika tawa tiga orang yang berada di belakang Farza meledak. Bahkan ketiganya sampai memegangi perut sangking lepasnya tawa mereka. Farza berdecak keras, ia berbalik menatap tajam satu-persatu temannya.
"Bangsat lo pada," umpat Farza.
"Cinta di tolak emang nggak enak," nyanyi Dewa sembari menetralkan tawanya.
Setelah tiga tawa laknat teman-temannya itu berakhir, Farza mendengus.
"Abis si Yossi sama gue," ucap Farza mendorong Arjuna agar sedikit lebih menggeser tubuhnya. Lalu cowok itu duduk diantara Arjuna dan Dewa.
"Abis apaan? Otak lo perlu di londry. Nggak cocok sama otak Yossi yang suci," celetuk Surya sambil memilih kesibukan dalam bermain handphone.
"Oh iya, Jun. Lo kemarin ada adegan-adegan pegangan tangan trus saling tatap nggak sih?" Arjuna melirik Dewa dengan satu alis terangkat. Sepertinya tidak hanya Arjuna yang tidak paham. Bahkan Farza dan Surya pun sama-sama melirik satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...