Arjuna menghentikan langkah saat tatapan matanya mendapati Ariana berjalan menuju arah berlawanan dengannya. Ia melengos memutus pandangan dengan gadis yang dulu sempat dekat dengannya. Jujur, ia masih kecewa dengan ucapan yang Ariana katakan kemarin. Tidak menyangka jika Ariana bisa setega itu mengatakan Tiffany bermain di belakangnya.
Berbeda dengan Arjuna yang melengos, Ariana menatap dalam Arjuna sebelum setelahnya ia menunduk dan melanjutkan jalan tanpa bertegur sapa.
Merasa Ariana telah menjauh, Arjuna menghela nafasnya pelan. Lantas kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin menyusul keempat sahabatnya yang lebih dulu berada disana. Memasuki kantin, mata Arjuna mengedar. Setelah menemukan keempat temannya, ia langsung melangkah dan duduk di salah satu kursi yang kosong.
"Ada urusan apa sih, lo? Lama!" Suara Dewa lebih dulu menyapa indera pendengaran Arjuna. Sekilas, Arjuna menampilkan senyum. Lalu kembali memasang wajah datar seperti sebelumnya. "Anjir. Lo ada apa sih?"
"Bacot banget, Wa. Diem ngapa?" Farza memperingati. Ia rasa, Arjuna sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu ia membuat suasana tenang. Termasuk dengan cara menyumpal mulut cerewet Dewa.
"Ya gimana, ya--"
"Wali kelas manggil buat kasih tau masalah SPP gue. Ya emang lama," jelas Arjuna tanpa menatap Dewa.
Setelahnya hening. Dewa yang juga baru ngeh Arjuna tidak baik-baik saja memilih kembali menyibukkan diri memakan makanannya. Arjuna belum mempunyai pesanan. Alhasil ia memilih meremas rambut dan memejamkan mata.
Asal kalian tau saja. Sejak saat Arjuna meninggalkan Ariana begitu saja di taman kemarin, Arjuna merasa tidak tenang. Ia takut Ariana kenapa-napa setelah ia tinggal pergi. Namun, mengingat kembali apa yang diucapkan Ariana membuat rasa kecewa menguasainya. Sampai saat inipun ia masih belum bisa percaya jika Ariana setega itu.
"Lo ada masalah?" tanya Rendi pada Arjuna dengan nada pelan. Tidak hanya Arjuna, semuanya ikut menatap Rendi dengan pandangan bingung. Pasalnya, belum tentu Arjuna akan menjawab pertanyaan Rendi. Karena suasana hatinya yang terlihat sedang tidak baik.
Arjuna mendesah. Ia membuang muka dan belum menjawab pertanyaan Rendi.
"Santai, Jun. Kadang ada masalah yang gak harus lo bagi ke kita," ucap Surya.
Arjuna menggeleng. Menatap keempat temannya yang juga tengah menatapnya.
"Masalah ini nggak terlalu penting. Cuma gue kecewa aja sama Ariana." Arjuna menatap satu persatu temannya. Lalu menghela nafas dan mengalihkan pandangan.
"Gue liat lo baik-baik aja," ucap Farza.
"Lah iya. Lo kemarin masih pulang bareng, kan?" tebak Dewa yang sayangnya benar sekali.
"Wah gue nggak liat. Mata lo bisa aja, Wa," sahut Surya.
"Ya dong. So, kenawhy lo kecewa?" tanya Dewa.
Arjuna menghela nafas. Lagi.
"Dia bilang Tiffany selingkuh?""Njir. Terus lo?"
"Ya nggak percaya lah," jawab Arjuna atas pertanyaan Surya barusan.
Surya menggaruk pipinya dengan bingung.
"Jun, dari awal kan emang lo curiga sama Tiffany. Kalau Ariana bilang gitu, lo nggak mikir kebelakang? Lo kan juga lagi dimasa penyelidikan.""Nah tuh. Kenapa nggak lo sangkutin sama sikap Tiffany yang buat lo curiga?" tambah Farza.
"Nggak paham. Tapi iya juga soalnya dari awal kan lo emang curiga." Dewa ikutan.
Satu lagi yang belum menjawab. Arjuna menatap Rendi yang menatapnya tanpa ekspresi. Menghela nafas pelan, bukannya menjawab Rendi malah bangkit berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...