"Jadi kemarin Kak Arjuna ke rumah lo, gitu?" Ariana mengangguk menanggapi ucapan Dara. Tatapannya kosong menatap segelas pop ice cokelatnya sedangkan tangannya sibuk mengaduk-aduk tanpa berniat meminumnya.
"Gila, terus lo udah tahu siapa yang nyebar berita itu?" Hilma berpangku tangan dihadapan Ariana, ikut menyimak. Ariana mencerna sebentar, lalu menggeleng pertanda ia tidak tahu. Ya, bagaimana Ariana bisa tahu jika Arjuna saja tidak memberi tahu. Padahal Ariana yakin jika Arjuna tahu siapa pelakunya.
"Punya temen bodoh banget," ketus Alifa.
"Lo nggak niat cari tahu, gitu?""Ck, gue juga cari tahu kali."
"Kalau udah tahu siapa, bilang sama gue," pesan Alifa kembali menusuk batagor dan memakannya. "Habis dia sama gue, sekalipun kakak kelas!"
Dara dan Hilma tertawa mendengarnya jelas hal itu mengundang tatapan tajam Alifa pada mereka.
"Kenapa?" tanya Alifa sinis.
"Kalian mau juga gue habisin?""Uhh, si mbak sadis bener," celetuk Dara.
"Cewek itu yang kalem," timpal Hilma.
"Otak lo nggak buat mikir?" Alifa menyingkirkan piring batagor dari hadapannya. Tangannya terlipat di atas meja menatap bergantian Dara dan Hilma.
"Lo bakalan kalem padahal udah digosipin gitu?" Alifa melirik Ariana, merasa tersindir Ariana hanya bisa menghela nafasnya pelan tanpa mau berkomentar. "Lagian lo tinggal maksa Kak Juna buat jujur apa sulitnya?"
Ariana lagi-lagi menghela nafasnya pelan.
"Iya gue bakalan coba maksa."Alifa hanya meresponnya dengan mendengus. Berharap jika kali ini Ariana tak hanya berucap saja tapi mau melakukannya. Alifa memang tak takut sekalipun yang menyebarnya adalah kakak kelas. Baginya, gosip yang membuat sahabatnya ini dikatakan sebagai perusak hubungan segera lenyap.
"Hello." Mereka berempat menoleh kearah sumber suara. Seorang gadis berambut sebahu yang kini tengah berdiri diantara Ariana dan Hilma. Tapi tatapannya tertuju pada Ariana dan enggan beralih.
"Siapa?" tanya Alifa tanpa basa-basi. Gadis itu tak lain adalah Clarisa, hanya menatap sekilas Alifa dan terkekeh sinis.
"Gue ada urusan sama temen lo," jawab Clarisa, tatapannya kembali tertuju pada Ariana. "Bibit calon perusak hubungan."
Ariana diam mengalihkan pandangan dari tatapan Clarisa. Bukannya takut, hanya saja Ariana tak ingin terpancing suasana hingga pada akhirnya akan membuat malu sendiri.
"Jaga ucapan lo!" tegas Alifa.
Clarisa melipat tangannya di depan dada, menatap Alifa dengan alis bertaut.
"Lo tuh cuma junior," sinis Clarisa mengibaskan rambutnya yang ujungnya pirang. "Nggak ada tata krama banget lo?!"
"Buat apa tata krama sama orang macem lo?" Alifa menaikkan dagunya. Berbeda dengan Alifa yang menantang, Dara dan Hilma hanya diam saling berpandangan.
Clarisa tak sendirian, karena ia juga membawa dua anak buahnya. Kali ini mereka menjadi pusat perhatian, pertengkaran memang menjadi salah satu alasannya, tetapi alasan lainnya karena Clarisa dkk. memang sudah sering menjadi pusat perhatian.
"Guys, ajak perusak hubungan kecil ini ikut sama kita," perintah Clarisa membungkukkan tubuhnya menatap lekat Ariana.
"Pelajaran apa yang pantes buat lo?"Alifa tak tinggal diam, ia menatap kesal Ariana yang bahkan diam tak berkutik. Dasar bodoh.
"Lo mau ngapain?" tanya Alifa. Clarisa melirik Alifa. Ia berdiri tegak, lalu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...