Ariana memasuki kelasnya dengan perasaan dongkol. Sampai di bangkunya, ia langsung saja mendudukkan kasar tubuhnya, kemudian meremas rambutnya dengan kedua tangan.
Ia tak habis pikir. Mimpi apa dia semalam hingga hari ini Ariana bertemu seorang cowok semacam Arjuna. Cowok aneh yang tiba-tiba saja meminta nomor kontaknya, lalu apa tadi? Nanti malam akan mengajak Ariana ke pesta.
"Tampang lo udah kayak cewek di rumah sakit gila aja," celetuk seseorang. Ariana mendongak, kemudian mendengus.
"Lo tuh, yang sama-sama gila kayak kakak kelas tadi!"
"Kakak kelas siapa?" tanya Dara, teman sekelasnya sekaligus satu bangkunya. Alifa ikut menyahut.
"Parah, kakak kelas siapa?"
Ariana menghela nafasnya pelan. Ia memanyunkan bibirnya dengan pandangan sayu.
"Dia maksa gue buat jadi temen dia di pesta temennya nanti," jelas Ariana.
Hilma menaikan sebelah alisnya. Ia berdecak, kemudian menggeleng seolah-olah seperti seorang orang tua yang melihat kelakuan nakal anaknya.
"Terus kenapa nggak coba lo tolak, lol?"
Ariana menatap Hilma.
"Dia ngancem gue!""HAH?!"
Kaget ketiganya menatap Ariana tak percaya. Ariana mengangguk, kemudian mulai menceritakan kejadian awalnya pada tiga gadis di hadapannya ini.
"Parah sih parah," komentar Alifa menggelengkan kepalanya pelan.
"Lo sih." Hilma menggigit bibir bawahnya.
"Tapi nggak mungkin lo dicap penyebar hoax tanpa bukti kan?""Gue setuju sih, sama Hilma. Nggak mungkin juga lo dicap nyebar berita hoax. Padahal kan lo nggak ngelakuin," timpal Alifa sembari menopang dagunya menatap penuh prihatin Ariana. Mendengar cerita Ariana kasihan juga. Keputusan yang Ariana ambil pun tak sepenuhnya salah. Tapi juga tak sepenuhnya benar.
"Orangnya ganteng nggak, tuh?" Ketiganya menoleh cengo ke arah Dara. Sedari tadi Dara memang diam. Ketiganya berfikir Dara tengah mencari solusi.
"Eh, komuk lo pada kok gitu, sih?" tanya Dara. Hingga detik setelahnya ia berdecak dan menepuk keningnya pelan.
"Ck, bukan gitu maksud gue.""Ya terus?" tanya Hilma memandang tanya Dara.
"Kan kalau emang tuh cowok ganteng. Ariana nggak rugi. Gitu loh," jelas Dara mendapat anggukan ketiganya.
"Bisa jadi sih," timpal Alifa.
"Ganteng nggak tuh?" tanya Hilma.
"Pendapat kalian aja."
"Hah?"
***
"Gila. Gercep amat lo, nyet?" Farza bertepuk tangan dihadapan Arjuna yang kini tengah sibuk mengunyah batagor pesanannya pada siswi tadi. Arjuna hanya menanggapinya dengan senyum miring.
"Gue sih, oh aja."
"Suaminya Bu Sur mah, gitu. Iri kalau temennya pdkt," celetuk Farza. Surya berdecak, kemudian menggeleng.
"Nggak gitu, Za. Lagian hal biasa kalau Arjuna bertingkah kayak gitu," jelas Surya.
"Pangeran sih, oh aja." Ini lagi. Dewa, cowok yang berlagak seolah pangeran yang turun ke bumi mencari jodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...