Bel pulang telah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Sekarang, koridor menuju gerbang dan parkiran sangat penuh dengan siswa-siswi yang akan pulang ke rumah masing-masing. Saling berdesak-desakan namun tidak sampai saling membuat jatuh satu sama lain.
Beberapa meter dari parkiran, empat cewek itu berjalan beriringan. Terlihat saling melempar lelucon hingga selanjutnya mereka tertawa bersamaan.
Berbeda dengan tiga lainnya yang tertawa tanpa beban. Salah satu cewek itu hanya ikut tertawa kecil namun sama sekali tidak paham dengan apa yang tiga sahabatnya itu bahas. Raganya memang ada, tetapi jiwanya masih berada di tempat kejadian yang beberapa jam lalu membuatnya merasa menjadi orang paling mudah untuk dibohongi."Gue bareng lo, Fa." Itu suara Hilma. Ariana jelas tahu, tapi ia hanya memandang kosong jalan didepannya.
"Iya-iya." Alifa mengiyakan permintaan Hilma. Matanya melirik pada Ariana. "Lo bareng siapa, Ar?"
Tidak ada jawaban.
Dara sekilas melirik, lantas menjawab mewakili Ariana. "Dia bareng sama gue."
Alifa mengangguk.
"Ya udah gue sama Hilma duluan," pamit Alifa lalu menarik tangan Hilma untuk ikut padanya."Yoi hati-hati," pesan Dara. Setelah merasa dua sahabatnya itu tidak lagi terlihat, Dara mengalihkan pandangan pada Ariana yang masih diam disampingnya.
"Sakit lagi kan, lo?"
Ariana menoleh menatap Dara yang menatapnya dengan pandangan sedikit kesal.
"Jangan sampai Alifa sama Hilma tau."
Terakhir saat Ariana disakiti Arjuna, ia juga berpesan untuk tidak mengatakan pada Alifa dan Hilma.Dara menghela nafas. Bukan berarti ia ingin meninggalkan sahabatnya disaat seperti ini. Tapi, masalah Ariana bukan masalah yang Dara bisa selesaikan. Hanya Ariana sendiri yang bisa menyelesaikannya.
Selanjutnya, mereka diam. Ariana belum merespon ucapan Dara, dan Dara jadi bingung harus membuka suara mengenai hal apa lagi.
Langkah keduanya terhenti saat seseorang berdiri dihadapan mereka mencoba menghadang. Untuk melihat siapa, mereka harus mendongak karena orang yang berdiri dihadapan mereka sedikit lebih tinggi. Melihat wajah orang itu, Dara diam. Lantas, melirik kearah Ariana yang membuang muka.
"Pulang bareng gue." Ajakan itu tidak direspon sama sekali oleh Ariana. Arjuna mengerutkan kening, apa ini karena tadi pagi dia yang tiba-tiba mencium sampai membuat cewek itu marah?
Membayangkan, Arjuna terkekeh kecil."Ar--"
Belum sempat Arjuna menyelesaikan ucapannya, Ariana sudah lebih dulu melangkah meninggalkannya dan juga Dara. Bahkan Ariana pergi tanpa sepatah katapun.
"Ar!" Arjuna berbalik berniat mengejar namun tangannya lebih dulu ditahan Dara hingga mengharuskan Arjuna kembali berbalik menatap Dara dengan alis bertaut.
"Apa?" tanya Arjuna tanpa basa-basi.
Dara mendengus.
"Jauhin Ariana!""Jauhin?" Arjuna terkekeh sinis.
"Lo pacar Danur anak basket, kan? Nggak ada urusan lo buat nyuruh gue pergi!"Dara menghela nafas.
"Kak Arjuna, gue minta ini karena gue nggak mau lo nyakitin sahabat gue, puas?" Dara menjelaskan dengan lantang dan tegas seraya menatap tajam Arjuna.
"Maksud lo gue nyakitin apa?" tanya Arjuna sembari menepis genggaman tangan Dara. Ia membalas tatapan Dara dengan santai. "Gue nggak pernah main tangan sama dia asal lo tau!"
"Nggak pernah main tangan tapi main hati!"
"Maksud lo apasih?" tanya Arjuna tidak paham.
Dara tersenyum miring, tubuhnya berdiri tegak dengan tangan bersedekap. Biarlah bila kali ini Ariana akan marah karena Dara akan membeberkan perasaan Ariana, yang terpenting jika Arjuna tidak bisa membalas, maka Arjuna pasti akan pergi sendiri tanpa perlu Dara dan yang lain usir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...