ARJUNA;40

4K 204 15
                                    

Sebenernya udah mau di up kemarin. Tapi terbatas kuota tinggal kuota chatting xixixi🙈

***

Meja makan di rumah Arjuna tampak hening. Hanya dentingan suara sendok yang saling bersahutan mendominasi suara pagi itu. Ini sudah bukan kali pertama lagi bagi Arjuna untuk sarapan satu meja bersama ayahnya. Setiap hari, ayahnya akan datang membawa makanan sebelum ia selesai bersiap. Dan ketika Arjuna keluar kamar, meja makan sudah penuh dengan menu makanan.

Jujur, itu sedikit mengurangi rasa kesepian Arjuna semenjak ditinggal sang bunda. Ia kira, setelah Amira pergi tidak akan ada lagi menu sarapan pagi yang menyapa indera penciumannya. Ternyata, ia masih bisa merasakannya walau dengan orang berbeda.

Ayahnya berdeham, sejenak membuat acara makan Arjuna terhenti. Namun tidak berangsur lama karena setelahnya Arjuna kembali menikmati.

"Ayah ingin berbicara sama kamu."

Beberapa minggu belakang ini terus bersama, nyatanya tidak langsung membuat kecanggungan diantara ayah dan anak itu memudar. Ketegangan yang semulanya berada di tengah mereka memang telah selesai. Namun, bukan berarti canggung juga ikut selesai.

"Bicara saja," jawab Arjuna seadanya. Mengingat kembali pesan sang bunda terakhir kali, ternyata Panji tidak setega itu meninggalkan dirinya dan Amira.

Di dalam surat yang ditulis Amira, wanita itu ingin mengatakan yang sebenarnya pada Arjuna jika dari awal kedua orang tuanya menikah sang nenek dari pihak ayahnya tidak pernah merestui. Dan puncaknya saat Panji harus meninggalkan mereka karena nenek membuat ancaman. Hingga dua tahun berikutnya saat nenek telah tiada, Panji ingin kembali memperbaiki hubungan namun Amira terlanjur membencinya. Beberapa hari yang lalu Panji sempat meminta maaf. Benar Panji tidak salah sepenuhnya, tapi jika saja saat itu Panji mau bercerita jujur pada Amira sebelumnya, mungkin saat ia kembali Amira tidak akan memiliki rasa benci padanya.

Bukan hanya itu saja, Arjuna juga baru tau jika bundanya kecelakaan tidak jauh dari perusahaan milik sang ayah. Bisa dipastikan jika saat itu bundanya ingin menemui sang ayah. Namun, naas. Sebelum itu mobil menyambarnya lebih dulu.

"Kamu sudah selesai makan?"

Arjuna bergeming. Namun satu alisnya terangkat saat Panji bukannya melanjutkan ucapan yang tadi tapi malah menanyakan hal lain. Arjuna menghentikan makannya, lalu mengambil segelas air dan meneguk hingga tersisa setengah gelas.

"Ayah mau bicara apa?" tanya Arjuna mengembalikan Panji pada ucapan sebelumnya. Dalam diamnya Panji tersenyum tipis. Walaupun sudah beberapa hari ini Arjuna memanggilnya ayah, namun tetap saja Panji merasa baru merasakan menjadi ayah. Ya, tidak menutup fakta jika Arjuna kadang masih bicara sedikit formal padanya. Tapi, hal itu tertutupi oleh rasa senangnya karena Arjuna yang telah memanggilnya dengan panggilan 'ayah'.

Panji berdeham sebentar, "Kamu mau kan tinggal sama Ayah?"

Gerakan tangan Arjuna yang mengaduk makanan terhenti. Pandangannya yang tertuju pada makanan perlahan terangkat menatap Panji yang menunggu jawabannya dengan raut wajah cemas.

Satu menit.

Dua menit.

Akhirnya jawaban yang lebih dulu Panji terima ada sebuah helaan nafas dari Arjuna. "Maaf, saya nggak bisa. Lagi pula rumah dan mobil peninggalan Kakek."

Kakek yang Arjuna maksud adalah kakek dari pihak ibunya. Setelah ditinggal oleh Panji, Amira memang langsung meninggalkan rumah mereka berdua dan memilih pulang ke rumah sendiri. Dan setelah kakek meninggal, rumah beserta mobil yang hanya kakek tinggalkan.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang