"Gue jadi ikutan mikir. Kira-kira siapa cowok yang lo ceritain jalan bareng Kak Fany." Dara buka suara lebih dulu setelah beberapa menit mencerna penjelasan tentang apa yang Ariana lihat kemarin.
"Ciri-cirinya lo bisa nebak siapa?" tanya Hilma.
Ariana diam. Lantas mengangguk. Namun tidak beberapa lama ia menggeleng. Jelas, hal itu membuat ketiga temannya menatap dia bingung diselingi dengan decakan.
"Yang bener deh," ucap Alifa dengan nada kesalnya.
Ariana menghela nafasnya pelan.
"Gue kayak kenal ciri-ciri itu. Tapi gue lupa siapa."Ketiganya menghela nafas pelan. Lalu memilih melanjutkan tugas Sejarah yang gurunya sedang izin ada urusan.
"Lagian, untungnya lo kalau tau siapa cowok itu apa sih?" tanya Alifa. Dara dan Hilma langsung menatapnya kesal.
"Mulai lagi ya, lo Al?" tanya Dara.
Alifa mendengus. "Mulai apa sih? Gue tanya baik-baik tuh."
"Ya tapi--" ucapan Hilma terpotong.
"Sekarang gue tanya sama lo, Ar." Alifa meletakkan pulpen lalu menutup bukunya. Ia melipat tangan diatas meja dan menatap Ariana serius. "Kalau lo tau. Pasti lo bakal kasih tau Kak Juna, kan? Terus, Kak Juna bakalan putusin Kak Tiffany? Intinya, lo pengen hubungan mereka berakhir?"
"Hus, ngomong apa sih lo, Al!" hardik Dara.
"Jujur sama gue. Iya kan? Karena sekarang lo suka sama Kak Juna?" tanya Alifa dan Ariana merasa terpojok dengan pertanyaan itu.
Beberapa menit belum ada jawaban yang keluar dari mulut Ariana. Membuat dua teman lainnya ikut penasaran akan jawaban yang Ariana beri nantinya. Ariana masih saja bergeming. Tatapan matanya mulai mengedar sembari mencoba mencari jawaban yang sekiranya mewakili perasaannya saat ini tanpa membuat ketiga temannya mengetahui yang sebenarnya terjadi.
Dan tatapannya kali ini terhenti pada sebuah objek hingga membuatnya mematung untuk beberapa saat. Tiga temannya menunggu jawabannya, tapi ia malah sibuk memikirkan apa yang sekarang tengah ia lihat.
"Eh, astaga. Ar!" sentak Dara yang kepalang kepo akan jawaban yang nantinya Ariana beri. Namun, tetap saja Ariana tidak menggubris. Ia terlalu fokus dengan sosok yang juga duduk berjarak beberapa meja dari tempatnya.
Alifa lebih dulu sadar dengan apa yang Ariana tatap saat kini. Mendengus pelan, Alifa menepuk pelan bahu Ariana.
"Itu Kak Jonathan yang kemarin pulang bareng lo, kan?" Detik itu juga, Hilma dan Dara mengikuti arah pandang dua orang itu. Ariana yang tersadar langsung menoleh kearah Alifa yang juga tengah menatapnya penuh selidik.
"Jadinya lo beneran suka sama Kak Juna?" tanya Alifa mengulang.
"Nggak tau!" jawab Ariana tegas.
"Menurut teori. 99,9% orang yang menjawab 'nggak tau' itu biasanya orang yang mau jawab 'iya' tapi lagi bimbang. Dan lo termasuk kan, Ar?"
Ariana gelagapan mendapat tudingan Dara yang bisa dipastikan hampir seratus persen benar. Namun, dengan cepat ia mengelak.
"Eh, apa? Enggak, tuh!"
"Ya ampun, Ar! Lo kayak kenal kita baru kemarin aja. Jujur aja ngapa, ish!" sahut Hilma.
Ariana menghela nafas, menatap satu persatu temannya dengan serius.
"Kalau iya kenapa?" Ketiganya mendelik kaget. Namun, tidak membuat Ariana gentar untuk tidak meluluhkan raut muka seriusnya. "Puas kalian?"
"Jadi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction"Gue bakalan dateng ke acara sama dia." Arjuna menunjuk dengan jari telunjuknya kearah seorang siswi yang terlihat tengah sibuk menempelkan kertas pada majalah dinding. "Lo gila, Jun?" tanya Dewa tak percaya. "Hampir menyerupai lo," sahut Arjuna...