ARJUNA;08

6.1K 461 86
                                    

"Cinta kita memang tidak semudah yang dibayangkan. Dulu kita saling menyakiti dan hampir menyerah."

"Tapi kini kita ada tuk saling menyempurnakan. Ku berdoa untuk, bisa hidup dan menua bersamamu."

Petikan gitar Farza yang di padukan dengan suara milik Dewa memang sudah bukan lagi menjadi rahasia publik. Siapa sangka jika dua anak sableng itu memiliki bakat dalam bermain gitar yang keren dan suara yang bagus?

Ditempat biasa, bangku paling pojok kantin. Tempat mereka berlima berkumpul. Arjuna, Rendi, dan Surya yang asik bermain game, berbeda dengan Farza dan Dewa yang malah sibuk bernyanyi.

Sesekali Farza melempar senyum manis seraya mengangguk pelan tatkala seorang siswi menatapnya yang tengah bermain gitar. Farza memang cowok dengan tinggi rumayan, tidak seperti keempat temannya. Tapi jika masalah manis, tampang Farza memang tidak pernah main-main.

"Heran, gue yang nyanyi kenapa lo yang di sapa?" Dewa berdecak. Menurutnya percuma saja, sedari tadi dia yang menyanyi, dia juga yang mengeluarkan suara bagus. Sedangkan Farza? Ia hanya bermain gitar saja. Tapi kenapa kebanyakan siswi malah meliriknya ke Farza.

"Muka lo perlu di suntik plastik kali," celetuk Surya menguasai kan permainan game nya lalu ikut bergabung dengan pembicaraan Farza dan Dewa.

"Nggak perlu," jawab Dewa, tangannya tergerak mengambil handphone milik Surya lalu digunakan bercermin.

"Kalau Ayahanda gue ganteng, gue pun pasti ngikut ganteng," ngawur Dewa yang halu nya kembali kumat. Surya merebut handphonenya dari genggaman Dewa, jelas saja membuat Dewa berdecak kesal.

"Layar gue pecah kalau dibuat ngaca sama manusia kayak lo," ujar Surya. "Pangeran sampah iya mungkin."

"Sembarangan," sahut Dewa.

Farza yang entah terkena angin apa kali ini memilih diam tak menanggapi dan kembali bermain dengan gitarnya. Sesekali memainkan nadanya tanpa vokal.

"Sialan lo Ren," ujar Arjuna tiba-tiba sembari meletakkan handphonenya kasar di atas meja. Dewa yang melihatnya langsung tertawa.

"Kalau emang noob bilang aja Mas," jawab Dewa menanggapi ucapan Arjuna, sontak Arjuna langsung menatap datar Dewa.
"Sensi amat yang tadi pagi abis jemput."

Arjuna terdiam. Suaranya yang hampir keluar membalas balik ucapan Dewa tiba-tiba saja tertahan. Rendi menyelesaikan permainannya, kemudian menatap Arjuna seperti yang di lakukan oleh Farza dan juga Surya.

"Beneran lo, tong? Tadi pagi Arjuna jemput siapa?" tanya Farza. Dewa hanya menahan tawanya, sedangkan Arjuna sudah diam tak berani bergerak maupun berekspresi. Tapi jika mereka tahu tadi pagi ia berangkat bersama Ariana pun Arjuna tidak apa-apa. Bahkan semuanya juga sudah tahu.

"Ariana, ya?" tebak Rendi. Arjuna mengangguk menjawab. Farza berdecak, ia meletakkan gitar miliknya. Kemudian melipat tangannya di atas meja, dan menatap selidik Arjuna yang duduk di hadapannya.

"Geblek," celetuk Farza.
"Ini nih, calon fakboy main alus."

"Gue cuma barengin kali, Za."

"Woi Jun," panggil Dewa. Arjuna menolehkan kepalanya menatap Dewa, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Kucing tetangga gue baru aja di bunuh." Cerita Dewa tak masuk akal sama sekali. Arjuna berdecak.

"Ya terus? Gue mesti ngelayat gitu?" Arjuna memalingkan mukanya kesal.

"Masalahnya, kucing itu dibunuh karena abis buat hamil dua kucing betina sekaligus," lanjut Dewa. Arjuna yang baru saja paham langsung memberi tatapan tajam pada Dewa.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang