ARJUNA;27

4.1K 232 7
                                    

Setelah menerima informasi dari Jonathan, Arjuna pun langsung melangkah untuk menemui pembina voli seperti apa yang Jonathan katakan tadi. Berbagai bahan bicara pun terjadi antara pembina voli dan Arjuna yang notabennya adalah ketua voli.

Hingga sekarang, disinilah Arjuna. Berdiri di undakan teras hall menanti semua anggota voli mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas untuk berkumpul.

Arjuna memang diberi amanat untuk menyampaikan apa yang pembina pesankan tadi. Maka, Arjuna pun meminta untuk seluruh anggotanya berkumpul.

"Saya tidak bicara banyak. Karena waktu yang di berikan pun cukup singkat. Jadi, akan langsung ke intinya." Arjuna menatap kearah anggotanya. Sejenak ia menghela nafasnya.

"Dua minggu lagi, kita akan ada pertandingan voli dengan SMA Kusuma. Disini, saya mewakili pembina. Memberi kabar agar kita bisa mempersiapkan pertandingan jauh-jauh hari. Pastinya agar kita semakin terasah untuk ikut pertandingan," jelas Arjuna. Penjelasannya pun disambut baik dengan terlihatnya semua anggota yang mengangguk paham.

"Pertandingan voli ini akan terbagi menjadi dua kelompok. Tim putra dan tim putri. Untuk mengetahui siapa saja yang terpilih mengikuti pertandingan. Nanti bisa di cek di mading sekolah. Dan yang terpilih, wajib mengikuti latihan setiap hari tepatnya setelah bel pulang sekolah," lanjut Arjuna.

Tidak banyak bicara, setelah Arjuna mengakhiri semua informasinya. Satu persatu anggota pun berlalu meninggalkan tempat. Memilih menuju kantin atau kembali ke kelas.

"SMA Kusuma?" Arjuna menoleh, mendapati Jonathan yang sedang berjalan di belakangnya. "Sekolahnya musuh jalanan lo si Dirga kan?"

Arjuna terkekeh kecil. Langkahnya terus tergerak menuju kantin dimana telah ramai penuh sesak. Padahal jika dihitung-hitung, bel masuk pelajaran selanjutnya tidak lebih dari sepuluh menit lagi.

Sampai disana, Arjuna sama sekali tidak mendapati ketiga temannya. Itu berarti, mereka bertiga sudah kembali ke kelas.

Arjuna menoleh, mendapati Jonathan yang masih berdiri di sampingnya. Beberapa tepukan ia layangkan di bahu Jonathan.

"Gue ke kelas dulu," pamitnya.

"Oke."

Arjuna melangkah keluar kantin. Niatnya ingin kembali ke kelas karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia lakukan. Dan benar saja, kedatangannya di kelas sudah disambut oleh teriakan melengking Clarisa karena ulah Dewa.

"BALIKIN KACA GUE, WA. ATAU GUE BILANGIN KE RENDI!" teriak Clarisa dengan sedikit ketakutan ketika melihat Dewa dengan teganya melempar-lempar kaca kesayangannya. Hanya satu yang di takutkan Clarisa. Tangan Dewa akan membuatnya pecah.

"Inget woi, Rendi kagak masuk. Halu aja." Dewa melirik sinis, lantas kembali menjalankan aksinya melempar kaca milik Clarisa dari satu tangan ke tangan satunya lagi.

Clarisa menoleh kearah Arjuna yang masih berdiri di dekat pintu. Tanpa pikir panjang, cewek itu langsung berlari menghampiri Arjuna dengan tangan yang sudah menarik lengan Arjuna.

"Tolongin gue, Jun. Itu kaca peninggalan nenek moyang gue ayolah." Mendengar, Dewa langsung membuang muka. Sedangkan Farza dan Surya yang ikut mendengar langsung berlagak ingin muntah.

"Cewek tuh gitu ya? Giliran cowok nya ga ada eh sahabat si cowok di pepet," celetuk Farza menoleh kearah Surya meminta persetujuan. Surya yang memang duduk di atas meja berdampingan dengan Farza mengangguk membenarkan.

"Astagfirullah, semoga jodoh gue nanti nggak macem gini," timpal Dewa.

"Heh Dewa! Lo kira gue cewek apaan?!" bentak Clarisa masih berdiri mengapit lengan Arjuna. Dewa melirik sinis.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang