ARJUNA;41

4K 203 9
                                    

Mobil yang dikendarai Jonathan membelah jalanan ibu kota yang ramai karena ini sore hari. Waktu dimana berbarengan dengan para pekerja yang pulang ke rumah mereka masing-masing. Baru saja beberapa menit yang lalu lampu bewarna hijau, kini lampu kembali bewarna merah sebelum mobil Jonathan berhasil melewatinya. Hal itu tentu saja membuat sang pengemudi mendengus seraya menyandarkan kepalanya frustasi.

"Lampunya cepet banget ganti!" ucap Jonathan memandang kesal jalanan penuh kendaraan di depannya. Bahkan, jarak mobil cowok itu dengan lampu lalu lintas masihlah jauh jadi tidak menutup kemungkinan cowok itu akan ketinggalan kesempatan.

Ariana yang duduk di sampingnya terkekeh pelan. "Namanya juga macet, Kak. Belum juga Kak Jo lewat udah merah duluan."

Jonathan lalu ikut terkekeh. Benar juga. Jika begitu harusnya tadi Jonathan membawa motor atau agar bisa menyita waktu lama bersama Ariana, Jonathan membawa sepeda.

"Kak Jo beli buku apa emangnya?" tanya Ariana dengan tatapan cewek itu mengarah keluar jendela. Jonathan menatap sebentar Ariana sebelum setelahnya kembali menatap jalanan di depannya.

"Biasa kalau udah mau kenaikan gini, ya buku persiapan kelas 12 lah," jawabnya.

Kelas 12 ya? Pikir Ariana tersenyum masam mengingat jika beberapa bulan lagi mereka akan mengikuti penilaian tengah semester genap, sedangkan kelas 12 akan mengikuti penilaian akhir semester yang mana setelah itu mereka akan mengikuti ujian dan lulus.

Mengingat itu, sekelebat bayangan tentang Arjuna dengan berani-beraninya hadir melintas di pikiran Ariana. Dan akhirnya Ariana tahu sekarang. Dia dan Arjuna ditakdirkan bertemu bukan untuk membuat cerita layaknya kisah roman dalam fiksi melainkan hanya membantu cowok itu membuat kenangan untuk masa SMA-nya. Ya, kenangan tentang bagaimana cowok itu mengajak cewek asing ke sebuah pesta. Suatu saat nanti, Arjuna pasti akan tertawa jika mengingatnya. Ya, jika cowok itu mengingatnya.

Makin memikirkan, pandangan Ariana yang menatap jalanan sore semakin mengabur. Ariana tidak menyangka ia akan selemah ini. Kenapa ia bisa sampai akan menangis hanya karena memikirkan nasibnya yang akan menjadi kenangan untuk cowok itu?

"Akhirnya lepas juga." Suara Jonathan disusul hembusan nafas lega cowok itu. Ketika Ariana menatap kearah sekelilingnya minus kearah Jonathan. Memang mereka sudah berada dijalan yang lengang dari kendaraan. Dan alasannya tidak menatap kearah Jonathan adalah takut cowok itu menyadari perubahan raut wajahnya.

Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat parkir mall terbesar di kawasan itu. Awalnya Ariana mengeryit karena Jonathan yang tidak langsung ke toko khusus buku. Namun, setelah mendapat penjelasan cowok itu Ariana mau tak mau mengangguk.

"Sekalian jalan-jalan, makan, trus cari barang-barang siapa tau nyantol," ucap Jonathan disambut tawa oleh Ariana.

"Dikira apaan nyantol."

"Ya beneran kan?"

"Iya!"

Mereka berdua keluar dari dalam mobil dan masuk bersamaan ke dalam mall itu. Seperti niatan awal, kedua nya memang langsung menuju toko buku. Kemudian mereka berpisah menuju buku yang mereka incar.

Tak lama, mereka bertemu di kasir. Mereka berdua saling berdiri bersebelahan ketika kasir masih menghitung total biaya buku mereka.

"Total semaunya dua ratus limapuluh ribu, Mas," ucap kasir itu yang sekarang tengah sibuk memasukkan buku-buku ke dalam kantung kresek.

Detik itu juga, Ariana langsung gelagapan.
"Mbak maaf, belanjaan saya dipisah aja."

Mendapat permintaan Ariana, tak lama kasir itu mengangguk hendak kembali berkutat pada buku dihadapannya namun suara Jonathan lebih dulu mencegahnya.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang