ARJUNA;20

5.2K 299 30
                                    

Berhenti berlagak seolah lo ada diposisi gue.
Nyatanya lo itu bukan gue.

~ARJUNA~

***

Arga membalik lembaran itu dengan gusar. Berulang kali ia membuka lembaran pertama, kedua, lalu kembali ke lembaran pertama. Nihil, ia tak menemukan apa yang ia cari. Ia menyerah, kemudian menghela nafasnya pelan dan mendongak menatap Ariana yang menunggu dihadapannya.

"Sorry banget, lo kurang cepet," ujar Arga menatap tidak enak kearah Ariana. "Ekstra teather udah penuh. Dan itu artinya lo nggak bisa masuk."

"Masa sih, Kak? Ini baru sepuluh menit setelah bel istirahat loh," selidik Ariana yang tidak yakin dengan ucapan Arga. Sesekali ia melirik jam tangan dan jam dinding yang menunjukan angka sama. Berarti bel istirahat kedua memang baru saja dimulai sepuluh menit yang lalu. Tapi kenapa ekstra teather sudah penuh?

"Pilihannya cuma dua, teather sama voli. Gue pun kalau jadi mereka bakalan lebih milih teather apapun rintangannya. Sama kayak lo kan?" Ariana mengangguk. Arga  tersenyum miring, ia merapikan lembaran itu, kemudian menjadikannya satu dan menggesernya di sisi meja.

"Coba cek lagi. Barangkali ada---"

"Lo dari tadi nggak liat gue bolak-balik lembar teather, he?" potong Arga membuat Ariana langsung menutup mulutnya. Arga menghela nafasnya pelan. "Esktra nya tinggal voli. Terserah lo mau ambil apa nggak."

"Tapi aku---"

"Nggak bisa voli?" Ariana mengangguk.

"Lah, dulu gue juga gitu ke ekstra gue. Tapi karena sering, gue akhirnya bisa."

"Semua anak OSIS udah punya ekstra masing-masing. Kalau lo nggak daftar voli sekarang, gue takutnya kuota voli keburu abis. Dan lo satu-satunya OSIS yang nggak punya ekstra."

Penjelasan Arga kali ini cukup membuat seorang Ariana langsung kebingungan. Padahal ia sudah mencoba seawal mungkin untuk menemui Arga. Tapi tetap saja, sepertinya teather tidak memihak padanya. Lalu, apa harus Ariana berakhir ke voli? Yang tidak ia pikirkan sama sekali.

"By the way, lima menit lagi bel masuk," celetuk Arga. Ariana melirik jam dinding besar yang ada di ruangan itu. Benar saja apa yang Arga katakan. Lantas jawaban apa yang harus Ariana berikan?

"Iya deh, Kak."

"Iya gimana? Yang jelas kalau ngomong."

"Iya, aku masuk voli aja."

Arga menghela nafasnya pelan.
"Oke, lo bisa keluar. Semua ekstra dimulai minggu depan."

Ariana mengangguk pelan, ia pun bangkit. Kemudian berpamitan pada Arga dan setelahnya keluar dari ruang OSIS.

Arga yang menatap kepergian Ariana tersentak tatkala dering suara handphone miliknya memecah suasana hening. Menatap pemilik nama, tanpa lama Arga langsung mengangkatnya.

"Udah beres, Kak. Ariana udah masuk voli."

***

"Bangke tangan lo bisa diem nggak sih?" Marah cewek itu menatap tajam Farza yang hanya cengengesan tidak jelas. Bukannya menurut dengan apa yang cewek itu minta. Farza masih saja menyobek kertas dengan kedua tangannya lalu ia buang asal di atas
lantai yang tengah cewek itu sapu.

"Nggak," jawab Farza santai. Jawaban itu sekaligus mendatangkan malapetaka bagi Farza ketika sebuah sapu yang tadi sempat di genggam cewek itu melayang tepat ke wajah Farza. Semua kelas yang menyaksikan tertawa. Farza menatap tajam cewek itu. "Lo yang bangke!"

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang