[20] Mother's Day

385 52 18
                                    

Ini bukan flashback lagi ya
















Hari ini adalah hari ibu. Hari dimana semua anak memberikan hadiah kepada ibu mereka. Entah itu berupa sebuah coklat, benda, bunga, kartu ucapan ataupun doa.

Mereka yang memiliki ibu yang sudah tiada akan merayakannya dengan berziarah dan mendoakan sang ibu.

Tapi,

Bagaimana dengan Eunwoo? Anak itu masih memiliki seorang ibu. Ia ingin seperti anak lainnya yang memberikan kado untuk ibu mereka. Meskipun kado darinya akan ditolak mentah-mentah oleh sang ibu seperti tahun-tahun yang lalu.

Anak lelaki itu meletakkan kedua lengannya di atas meja dan ia gunakan sebagai bantal kepalanya. Tanpa persetujuan darinya, air matanya tiba-tiba jatuh membasahi lengannya sendiri. Bahunya kembali bergetar mengingat bagaimana terakhir kali ia bertemu ibunya di kafe Taeyong hari itu. Yang dimana ibunya tak mau mengakui dirinya sebagai anaknya.

Meskipun sudah tahu ibunya berlaku seperti itu ketika bertemu dengannya, tetap saja Eunwoo selalu keras kepala ingin bertemu dengan ibunya di hari ibu ini. Ia ingin memeluk sang ibu, walau nanti hatinya kembali sakit karena ibunya pasti akan langsung menolaknya, sama seperti minggu lalu.

"Eunwoo?" Mendengar suara Jaehyun, Eunwoo menghapus air matanya dengan terburu-buru. Ia menarik nafas sedalam-dalamnya sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Jaehyun.

Jaehyun menangkup kedua pipi Eunwoo yang basah dan menatap matanya yang sembab.

"Kamu habis nangis? Kenapa?" Tanya Jaehyun khawatir. Eunwoo menggeleng pelan dan tersenyum terpaksa. Lalu melepaskan tangan Jaehyun dari pipinya.

"Enggak kok, ini aku kebanyakan mengucek-ngucek mata jadinya berair kayak gini ," jawabnya bohong.

Jaehyun tentu tidak percaya dengan kata-kata Eunwoo. Ia melihat dengan jelas bahu Eunwoo bergerak naik turun tadi. Tapi Jaehyun tahu jika anak ini sedang tidak ingin menceritakan masalahnya, oleh karena itulah dia berbohong.

Eunwoo menatap kepala sampai kaki Jaehyun dengan intens. Alisnya mengkerut keheranan melihat pemuda itu memakai pakaian rapi padahal hari ini adalah hari libur.

"Kakak mau kemana?"

"Aku mau ke Columbarium buat jenguk Bunda. Kamu mau ikut?" Eunwoo berpikir sejenak lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Ayo cepet siap-siap sana, kakak tunggu di luar." Jaehyun berjalan keluar dari kamar Eunwoo, membuat anak itu menghela nafas lega. Ia berhasil mengalihkan pembicaraan dan membuat Jaehyun tidak menanyakan alasan ia menangis.

"Hah, syukurlah. Kak Jaehyun nggak nanyain aku lagi."

****

Jaehyun menatap sendu sebuah guci yang berisikan abu jenazah ibunya. Guci tersebut diletakkan di sebuah lemari kaca bersama dengan foto ibunya. Jemarinya menyentuh lemari itu. Dan tak lama kemudian cairan bening mulai membasahi pipinya.

Keadannya selalu seperti ini ketika sedang berada disini. Ia sangat lemah. Ia sangat ingin menangis sekeras-kerasnya disini. Namun entah kenapa ia tidak bisa melakukan hal itu.

Setiap kemari, hatinya selalu saja dihantui oleh rasa bersalah. Jaehyun sering kali menyalahkan dirinya sendiri. Sering berpikir jika saja ia tidak lahir, mungkin ibunya tetap hidup hingga saat ini. Padahal ini semua bukan salahnya. Ini adalah sebuah takdir tuhan yang tidak akan pernah bisa diubah oleh siapapun.

Jaehyun menutup matanya sampai wajahnya berkerut. Air mata itu jatuh lebih deras, membentuk sebuah aliran di pipinya. Dadanya begitu sesak, membuat ia berulang kali menarik nafas dalam. Hatinya sakit mengingat setiap tahun ia hanya bisa menangis di tempat ini disaat semua anak memberikan pelukan, ucapan yang manis atau kejutan indah kepada ibu mereka.

Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang