Matahari belum terlihat, langit pun masih sedikit gelap. Udara di pagi ini cukup membuat tubuhnya menggigil. Dengan hanya berbalutkan kaos tipis dan jaket serta celana hitam panjang, pemuda itu mengayuh sepedanya pelan karena kakinya masih terasa sakit akibat kecelakaan.
Ngomong-ngomong sepeda yang ia pakai saat ini, baru saja dibelinya dua hari setelah ia keluar dari rumah sakit. Sepeda itu bekas, tetapi masih layak dipakai. Meskipun beberapa bagian sepeda yang terbuat dari besi itu sudah berkarat. Catnya pun sudah sedikit luntur. Ia tidak peduli, asalkan sepeda itu masih bisa dipakai untuk bekerja.
Senyum secerah mentari sesekali terukir di bibir, membuat dua lubang di pipinya semakin terlihat. Terkadang pemuda itu bersiul hingga menyanyikan beberapa bait lagu untuk menemani perjalanannya.
Satu-persatu rumah ia hampiri. Turun dari sepeda, berjalan dengan sedikit pincang untuk memberikan sebotol atau beberapa botol susu sapi sesuai pesanan kepada pemilik rumah. Atau jika tidak ada orang, Jaehyun akan meletakkannya di dekat pagar.
Hari ini pesanan lumayan banyak, tentu cukup membuatnya kelelahan. Tapi setidaknya lebih baik daripada pesanan yang sedikit dan membuat pemilik usaha susu sapi itu bersedih.
Ketika tugasnya telah usai, Jaehyun kembali ke rumah. Memarkirkan sepedanya di samping rumah dan berjalan menuju pintu. Mendorong pintu itu pelan lalu masuk.
Rumah terlihat sepi, karena Eunwoo masih berada di kamar dan bergelut dengan bantal serta gulingnya. Jaehyun melangkahkan kakinya menuju dapur, melepas jaketnya kemudian ia sampirkan di kursi.
Dengan lihai, Jaehyun memotong-motong bahan masakannya lalu memasukkannya ke dalam teflon yang sudah ia letakkan di atas kompor yang menyala. Pemuda itu memasukkan beberapa bumbu ke dalamnya sembari terus mengaduknya.
Jaehyun memang sangat pandai dalam hal memasak. Pemuda itu belajar memasak secara otodidak alias tak ada yang mengajarinya. Semuanya ia pelajari dari internet.
Suara gaduh yang ia ciptakan. Serta aroma harum masakan dari dapur, membuat Eunwoo terbangun dari tidurnya.
Anak itu mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan dirinya dengan pening yang melanda. Setelah merasa lebih nyaman, Eunwoo merubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk.
Anak itu menaiki kursi rodanya setelah selesai merapikan kamar tidurnya. Membuka pintu kamar, mengernyit keheranan melihat Jaehyun sedang berkutat di dapur.
"Kok tumben jam segini udah masak?"
Terlihat pemuda itu berbalik dengan cepat, memegangi dadanya karena merasa terkejut mendengar Eunwoo tiba-tiba bangun dan bersuara.
Jaehyun lihat rambut anak itu terlihat berantakan dengan mata redupnya. Sangat berkebalikan dengannya yang sudah rapi dan segar.
"Lah, kok udah bangun?"
Eunwoo berdecak malas. "Kakak berisik."
Jaehyun terkekeh samar, kemudian kembali pada kesibukannya. "Ya maaf. Kakak bikin bulgogi nih, makan yang banyak ya nanti."
"Pertanyaanku belum kakak jawab."
"Yang mana?"
"Kasihan, masih muda udah pikun."
Bukannya merasa marah karena dikata-katai, Jaehyun justru tertawa melihat wajah kesal anak itu.
"Kan udah kakak bilang kalau mulai sekarang harus berangkat kerja lebih pagi," ujar Jaehyun tanpa menoleh ke arah Eunwoo-yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya.
Anak lelaki itu masih diam sembari memandangi punggung Jaehyun. "Liat kakak masak jadi kangen ibu deh," lirihnya yang masih terdengar jelas di pendengaran Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔
FanfictionKetika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eunwoo sudah hampir menyerah dengan hidupnya, 'Dia' datang untuk memberikan semangat dan kata penenang...