"Sejauh ini kondisinya jauh lebih baik. Hanya saja dia masih sedikit bingung, apalagi dia tidur hampir 24 jam. Tapi itu tidak akan lama, mungkin membutuhkan waktu lima belas sampai dua puluh menit ke depan. Tidak perlu khawatir, kakakmu baik-baik saja."
Hembusan napas lega terdengar tepat setelah dokter yang memeriksa Jaehyun menyelesaikan kalimatnya. Pandangannya teralihkan kepada sosok yang tengah berbaring di atas brankar. Senyum itu seketika mengembang di bibirnya, merasa bahagia sekaligus lega.
Pria paruh baya itu menepuk pundak Eunwoo pelan. "Jaga kakakmu ya."
Eunwoo mengangguk dan tersenyum hangat. "Terima kasih banyak dokter."
Kemudian pria itu berlalu setelah meninggalkan dua kali tepukan di pundak Eunwoo. Suara langkah kakinya masih terdengar sampai pintu berwarna putih itu menutup dan menyisakan keheningan di ruangan itu.
Eunwoo mendekat ke arah Jaehyun, sementara Jaehyun sendiri tak menyadarinya karena terlalu sibuk menatap kosong langit-langit ruangan.
Sampai pada akhirnya ia menoleh ketika merasakan tangan kanannya digenggam hangat oleh Eunwoo. "Kak," panggil Eunwoo pelan.
Eunwoo bisa melihat kedua sudut bibir Jaehyun terangkat. Rasa takut yang sejak kemarin membelenggu Eunwoo seketika sirna seiring melihat senyum yang sangat ia rindukan itu.
Jaehyun dengan perlahan menggeser tubuhnya supaya bisa lebih dekat dengan Eunwoo. Tangannya perlahan ia rentangkan, memberi isyarat bahwa ia ingin memeluk anak itu.
Mengerti dengan apa yang dimaksud Jaehyun, pandangan Eunwoo semakin mengabur sesaat ia mencondongkan tubuhnya dan membiarkan Jaehyun memeluknya dengan erat.
"Kok malah nangis? Kamu nggak suka kakak udah bangun?" Eunwoo semakin terisak. Tangannya memeluk Jaehyun semakin kencang seolah tidak ingin melepaskan.
Eunwoo membenamkan wajahnya di dada pemuda itu dan membiarkan tangisnya pecah di dalam pelukan Jaehyun, lalu melebur bersama dengan segala ketakutan yang terus menghantuinya sejak kemarin.
Bisa ia rasakan tangan besar Jaehyun semakin erat mendekapnya, begitu hangat dan nyaman. Ia bahkan merasakan deru napas Jaehyun yang menerpa rambutnya. Sangat sederhana, namun entah bagaimana bisa membuat Eunwoo merasa tenang.
"Udahan dong nangisnya," ujar Jaehyun sembari menepuk-nepuk punggung Eunwoo.
"Maaf." Suara Eunwoo terdengar parau, isakannya tak kunjung berhenti padahal Jaehyun tahu anak itu mulai kesulitan bernapas.
"Maaf buat apa?"
Secara perlahan, pelukan itu merenggang dan pada akhirnya terlepas. Isakan Eunwoo mulai mereda meski air mata tetap mengalir di pipinya. Ia mengusap air matanya sebentar sebelum kembali menatap Jaehyun yang terlihat sedang menunggu jawabannya.
"Maaf, gara-gara aku kakak jadi terluka," jawabnya dengan nada penuh sesal.
Jaehyun lantas tersenyum. Lalu menggenggam erat tangan yang berukuran lebih kecil darinya itu. "Jangan nyalahin diri kamu sendiri. Ini bukan salah kamu. Ini salah kakak sendiri yang nggak liat-liat dulu sebelum nyebrang."
Eunwoo menggeleng kuat, matanya terlihat kembali berkaca-kaca. "Tetep aja, kak. Aku yang salah. Harusnya aku nggak biarin kakak buat beliin aku obat, pasti kejadian ini nggak akan terjadi dan kakak nggak akan terluka."
"Udah-udah jangan diinget lagi. Yang penting sekarang kakak udah baik-baik aja."
Eunwoo mengangguk.
"Luka kamu udah diobatin belum?"
"Udah."
Jaehyun hanya menghela napas lega. Hening kembali melanda. Hingga suara dentingan jam yang terpasang di dinding ruangan serta suara layar pendeteksi jantung terdengar semakin keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔
FanfictionKetika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eunwoo sudah hampir menyerah dengan hidupnya, 'Dia' datang untuk memberikan semangat dan kata penenang...