"Nak, tolong antarkan pesanan ini ke dua orang yang duduk di dekat jendela itu ya."
"Iya, paman." Pemuda bersurai hitam pekat itu segera mencuci tangannya yang penuh busa. Sembari mengulas senyuman, Jaehyun menerima nampan yang berisi dua mangkuk tteobokki itu lalu mengantarkannya kepada pelanggan.
Setelah itu ia kembali bergegas ke dapur, menyelesaikan tugas untuk mencuci piring yang sempat tertunda tadi. Sambil sesekali mengelap bulir-bulir keringat yang memenuhi keningnya.
Paman Choi-paman baik yang memberinya pekerjaan dan menganggapnya seperti anak sendiri-tidak memiliki pekerja lain selain Jaehyun. Kedainya tidak terlalu ramai, tapi tidak terlalu sepi. Kedai kecil yang selalu disukai orang-orang karena tteobokki-nya yang terkenal enak dan murah.
Jaehyun sudah mengenal Paman Choi sejak dua tahun yang lalu. Oleh karena itu, Jaehyun sangat dekat dengannya. Baginya, Paman Choi itu sudah seperti orang tua keduanya setelah Ayah dan Bunda.
Pemuda itu mendudukkan dirinya di kursi setelah selesai mencuci piring dan mangkuk kotor bekas beberapa pelanggan yang baru saja pergi. Jaehyun mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Jari-jarinya terlihat begitu lincah menggeser layar sembari mencari aplikasi notes.
Jadwal hari ini
04.30 - 06.00 Antar susu ✔
07.00 - 10.15 Antar koran ✔
10.30 - 17.00 Kedai Paman Choi ✔
17.30 - 21.00 Myeongdong RestaurantJaehyun memberi emoji centang pada kedai paman choi. Memandangi jadwalnya sekali lagi, lalu menatap jam dinding yang terpasang di dekat pintu dapur.
"Kamu mau pulang sekarang, Jaehyun?" Jaehyun menoleh ke arah Paman Choi yang sedang memasukkan sampah-sampah ke dalam kantong plastik besar berwarna hitam.
Pemuda itu mengangguk sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Paman Choi berjalan mendekat ke arahnya, menyodorkan paper bag kecil berwarna coklat yang isinya satu porsi tteobokki sembari berkata, "ini buat kamu, jangan lupa dimakan ya. Oh ya, kamu tadi udah makan belum? Kalau belum, kamu makan dulu aja habis itu pulang."
"Aku sudah makan tadi. Terima kasih banyak ya, paman," ucap Jaehyun sambil menerima paper bag itu dari Paman Choi dengan senyum yang mengembang.
"Iya sama-sama. Kamu langsung pulang kan?"
Jaehyun menggeleng. "Setelah ini aku harus ke restoran yang ada di Myeongdong dulu baru pulang."
Paman Choi kemudian tersenyum. Menghela napas beratnya, menatap iba Jaehyun. Disaat pemuda yang seumuran dengannya di luar sana tengah menikmati masa-masa mudanya dengan cara memperluas jaringan pertemanan atau berhubungan asmara dengan lawan jenis seperti yang ada di drama-drama, Jaehyun justru bekerja keras demi bertahan hidup. Memikul bebannya sendirian layaknya orang dewasa.
Paman Choi tentu tahu dimana keberadaan orang tua Jaehyun, itu karena Jaehyun sudah menceritakan semuanya kepadanya. Sedekat itu hubungannya dengan Jaehyun.
Ditepuknya pundak pemuda itu pelan. "Habis itu langsung pulang, ya? Kamu kan juga harus istirahat."
Lagi-lagi Jaehyun menampakkan senyumannya sembari menganggukkan kepala. Netranya sedikit melirik ke arah tempat sampah yang penuh. "Paman, sampahnya aku buang ya."
"Iya, makasih ya, nak."
Pemuda itu berdiri, sedikit membungkukkan punggungnya ke arah Paman Choi sambil berpamitan pulang. Ia berjalan dan keluar melalui pintu depan setelah mengambil satu kantong besar sampah di sudut ruang dapur.
Lalu Jaehyun menaiki sepedanya yang terparkir di samping kedai. Mengayuh sepedanya menuju ke restoran seafood yang ada di Myeongdong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔
FanfictionKetika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eunwoo sudah hampir menyerah dengan hidupnya, 'Dia' datang untuk memberikan semangat dan kata penenang...