[25] The Truth Untold

456 54 13
                                    

"Kak," panggil remaja 15 tahun itu sambil menarik-narik ujung kaos Jaehyun.

Jaehyun yang sedang mencuci piring itupun segera menoleh ke arahnya. "Kenapa?"

"Kakak ada nasi sisa sama tulang ikan bekas sarapan tadi nggak?" Pertanyaan Eunwoo sukses membuat Jaehyun mengerutkan keningnya. "Emangnya buat apa?"

"Mau ngasih makan kucing."

Jaehyun hanya ber-oh saja. Kemudian ia memberikan sebuah kantong plastik berisi nasi dan tulang ikan sisa sarapan pagi tadi. "Nih. Jangan sampai berantakan nasinya."

"Iya. Makasih, kak."

Setelah menerima kantong plastik itu, Eunwoo segera ke teras dimana empat kucing liar yang sering ia beri makanan itu sedang menunggunya.

Melihat kedatangan Eunwoo, kucing-kucing itu langsung berlarian ke arahnya. Lalu menggosokkan kepala dan tubuh mereka di kaki Eunwoo sambil mengeong.

"Iya-iya sabar." Eunwoo terkekeh pelan sembari membuka plastik hitam itu, kemudian ia sedikit membungkukkan badannya untuk meletakkannya di tanah.

Kucing-kucing liar itu langsung menyerbu kantong plastik tersebut dan memakan isinya dengan lahap.

"Jangan sampai berantakan ya, nanti kak Jaehyun marah."

Mau sekeras apapun Eunwoo berbicara dengan kucing-kucing itu, tentu saja mereka tak akan paham. Kucing-kucing itu justru mengobrak-abrik isi plastik hitam tersebut hingga nasi dan tulang ikannya berserakan di halaman rumah.

Eunwoo menghela napasnya. "Ya udah deh nggak apa-apa, biar aku yang bersihin nanti."

Setelah kucing-kucing tersebut menghabiskan makanannya hingga habis tak bersisa. Mereka kembali mendekat ke Eunwoo dan bermanja ria dengan anak itu.

Jika mereka adalah manusia, mungkin mereka akan mengucapkan banyak terima kasih kepada Eunwoo. Karena hanya anak itulah yang sering memberi mereka makan, disaat semua orang merasa tak peduli dengan kucing liar seperti mereka.

Tanpa ada rasa jijik sama sekali, Eunwoo memangku salah satu dari kucing-kucing itu. Ia mengelus lembut bulu putih kucing tersebut sambil tersenyum ketika melihat Putih—nama yang Eunwoo berikan padanya—terlihat nyaman sekali dengan sentuhan darinya. Sementara kucing yang lain hanya bisa mondar-mandir di dekat kursi roda Eunwoo saja.

"Kakimu masih sakit nggak, Putih?" Tanya Eunwoo yang hanya dibalas meongan oleh kucing berbulu putih tersebut.

"Yang sabar ya, bentar lagi luka di kaki kamu bakal sembuh kok," ujar Eunwoo setelah melihat kondisi kaki Putih yang terluka.

Eunwoo tahu alasan mengapa kaki Putih terluka. Itu semua karena ia melihat sendiri bagaimana anak-anak tetangganya yang nakal itu sengaja melempari petasan ke arah kaki belakang sebelah kanan kucing tak berdosa tersebut. Sampai-sampai Putih tak bisa berjalan selama beberapa minggu.

Merasa kasihan, akhirnya Eunwoo membawa kucing itu ke rumah dan merawatnya hingga Putih bisa berjalan kembali. Jaehyun mengizinkan Eunwoo untuk merawat kucing itu tapi dengan satu syarat, Eunwoo tak boleh membawa kucing itu masuk ke dalam rumah.

Semenjak itulah rasa kesepian, rasa sedih dan rasa kehilangan Eunwoo perlahan digantikan dengan kesibukannya merawat si Putih beserta ketiga temannya yang lain.

"Putih, Belang, Coklat, Hitam, makasih ya udah jadi temen mainnya Eunwoo. Sekarang Eunwoo nggak sedih lagi karena Eunwoo punya kalian."

Eunwoo tersenyum sambil mengelus satu-persatu kucing-kucing itu. Namun kenyataannya, masih ada saja yang merusak 'kebahagiaannya' itu.

Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang