"Kenapa sih kakak selalu diem aja setiap mereka bully kakak? Kenapa kakak nggak ngelawan? Mereka itu udah keterlaluan."
Eunwoo tersenyum ke arah remaja yang lebih muda setahun darinya itu. Yang merupakan satu-satunya teman yang ia punya. Remaja yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Yoon Sanha namanya.
"Kakak nggak bisa ngelawan mereka."
Sanha menghela nafasnya. Lagi-lagi ia mendengar jawaban yang sama dari Eunwoo.
"Aku heran sama kakak. Kakak kok bisa sih sesabar itu hadepin mereka?" Sanha heran, kenapa masih tersisa manusia sabar seperti Eunwoo di dunia ini.
Hingga sampai saat ini Eunwoo masih mampu bertahan dengan tujuan utamanya, yaitu menimba ilmu. Jika saja Sanha menjadi Eunwoo, pasti ia memilih untuk pindah ke sekolah yang baru.
"Kakak punya banyak kelemahan kalau kamu lupa." Eunwoo menarik kedua sudut bibirnya ke atas, menunjukkan senyum pahit yang selalu menjadi andalannya.
Eunwoo kelewat mengerti tentang kondisinya. Ia sangat lemah dan mudah untuk diruntuhkan. Lagipula, Eunwoo tak ingin membuat keributan dengan anak-anak nakal itu.
Apalagi Jungkook—yang merupakan ketua geng, termasuk golongan anak orang kaya yang tentu saja memiliki pengaruh yang cukup besar dibandingkan dengannya. Apalagi ayah Jungkook adalah pemilik sekolah ini. Jika Eunwoo berbuat kesalahan sedikit saja dengannya, bisa-bisa ia dikeluarkan dari sekolah ini.
Eunwoo mengerti dengan keadaannya yang penuh rintangan. Dan Sanha tidak ingin membiarkan Eunwoo berjalan sendirian lagi. Sanha ingin membantunya.
"Kalau kakak lagi butuh bantuan, kakak bisa panggil aku kapanpun. Sekarang kakak nggak sendirian lagi."
Pupil Eunwoo nampak bergetar. Ia merasa terharu karena masih ada orang yang peduli dengannya. Tak lama senyuman itu mengembang di bibirnya.
"Makasih, San."
****
Bel pulang telah berbunyi. Para murid berhamburan keluar dari kelas masing masing dengan penuh semangat. Ada yang sampai berteriak gaduh karena terlalu senang.
Siapapun pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk beristirahat di rumah. Bersantai di atas sofa yang empuk, membersihkan diri di bawah guyuran air dari shower atau tidur di atas kasur ditemani oleh bantal dan guling. Membayangkannya saja sudah membuat kita terasa nyaman.
Sore ini langit terlihat lebih gelap dari biasanya, padahal jam masih menunjukkan pukul 4 sore. Awan berwarna abu-abu yang menutupi langit sore itu sebagai penanda akan turun hujan.
Dan benar saja air hujan mulai turun secara perlahan. Lama kelamaan semakin deras ditambah dengan kehadiran angin yang berhembus kencang.
Jalanan menjadi basah kuyup. Banyak genangan di sana-sini, membuat anak berkursi roda itu harus ekstra hati-hati. "Kenapa hujan harus turun sekarang?" Ujarnya sambil menggerutu kesal.
Bajunya menjadi basah semua akibat diguyur air hujan. Tas sekolahnya juga ikut basah dan ia yakin jika buku-bukunya ikut basah.
Eunwoo tak ada niatan untuk berteduh dan menunggu hujan reda. Ia nekat menerobos derasnya air hujan. Tak peduli jika hawa dingin hujan membuat tubuhnya menggigil kedinginan seperti saat ini.
Anak itu mempercepat laju kursi rodanya. Supaya ia lebih cepat sampai ke tempat kerjanya. Namun karena hujan yang membuat pandangannya sedikit kabur itu membuat ia tak bisa melihat jika ada lubang di depannya. Alhasil, kursi roda itu kehilangan keseimbangan saat melewati lubang dan akhirnya ia terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔
FanfictionKetika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eunwoo sudah hampir menyerah dengan hidupnya, 'Dia' datang untuk memberikan semangat dan kata penenang...