Eunwoo masih meringkuk di atas lantai kamar mandi. Semalaman ia tidur disana dan sama sekali tidak keluar maupun bergerak.
Mau bergerak pun terasa sulit akibat tak memiliki tenaga sama sekali. Ditambah ia tidak makan dan minum sejak kemarin pagi.
Cklek
Ibu membuka pintu kamar mandi yang ia kunci semalaman. Emosinya tiba-tiba memuncak kala melihat Eunwoo yang masih terlelap di lantai kamar mandi.
"Ya ampun jam segini kamu masih tidur?! Eunwoo, ayo bangun! Kamu harus cari kerja!"
Ibu menendang-nendang punggung Eunwoo, membuat anak itu bangun sembari memegang punggungnya yang masih terasa perih itu.
"Ibu... aku cari kerjanya besok aja ya... punggungku masih sakit..."
Ibu menggeleng kuat. "Nggak ada besok-besok! Pokoknya sekarang kamu harus cari kerja! Kalau nggak kerja, kamu mau makan apa hah?!"
Ibu semakin geram ketika melihat Eunwoo yang masih terdiam di tempatnya dan tak beranjak pergi untuk bersiap. "Kok malah ngelamun?! Ayo cepet pergi sana!"
Eunwoo mengangguk cepat sesaat setelah ibunya menggertak dirinya. Tanpa ingin berlama-lama berada di kamar mandi, ia segera menyeret tubuhnya hendak dibawa menuju ke ruang tamu karena kursi rodanya masih ada disana.
Dengan pergerakannya yang lamban itu membuat ia begitu lama untuk mencapai ruang tamu. Karena merasa kesal, Ibu menginjak kedua kaki Eunwoo dengan sengaja.
"Arghh..."
"Ayo cepetan! Lama banget sih! Mangkanya kamu itu jangan jadi anak cacat ujung-ujungnya juga kamu yang repot 'kan?"
Ibu memandang Eunwoo sinis sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Eunwoo, sama sekali tak berniat untuk membantu bocah malang itu.
Ucapan Ibu seakan-akan memiliki mata pisau yang sangat tajam hingga mampu membuat hati Eunwoo merasa terluka setelah mendengarnya.
Rasanya sakit. Sangat sakit malahan.
Terlahir cacat bukanlah sesuatu yang Eunwoo inginkan. Ia pun juga ingin terlahir normal dan sempurna sama seperti manusia pada umumnya.
Tapi, kenapa Ibu selalu menyalahkannya seakan-akan terlahir dengan tidak normal adalah keinginannya sendiri?
Bukankah ini adalah takdir tuhan?
Eunwoo menghela nafasnya, memejamkan matanya ketika rasa sakit di punggungnya maupun di hatinya kembali menyerang.
Senyum manis itu kembali terbit di bibirnya. Senyuman yang terlihat dipaksakan. "Ibu bener. Seharusnya aku nggak terlahir cacat, atau mungkin aku nggak usah lahir aja..."
****
"Kamu yakin mau kerja disini?"
Eunwoo menganggukkan kepalanya. "Iya, pak. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini."
Sang pemilik restoran yang merupakan seorang pria paruh baya langsung tertawa, terdengar seperti sedang merendahkan Eunwoo. "Hei nak, nggak mungkin aku mau memperkerjakan anak cacat kayak kamu, lebih baik kamu pulang aja sana. Percuma nggak ada yang mau nerima kamu kerja."
Lagi-lagi Eunwoo hanya tersenyum menanggapi ucapan pria itu. Ia tak membantah ataupun marah dengannya. "I-iya pak. Terima kasih."
Anak itu menggerakkan kursi rodanya menjauhi restoran ayam itu dan mulai menyusuri trotoar yang tak begitu ramai siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity | Jaehyun ft. Eunwoo ✔
FanfictionKetika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eunwoo sudah hampir menyerah dengan hidupnya, 'Dia' datang untuk memberikan semangat dan kata penenang...